The Legitimate Daughter Doesn't Care! (Bahasa Indonesia) - Chapter 26
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/qHkcfMc
~o0o~
Happy reading^^
Ketika Yin Hua (Ibu Tong Yan) tiba di villa pribadi Tong Yan, Tong Yan dan teman-temannya masih bermain-main, memainkan beberapa permainan bersama-sama. Untungnya, mereka sudah pindah lebih masuk ke dalam villa, jauh dari pintu masuk.
Ketika dia berjalan memasuki villa, dia melihat Liu Yating sedang duduk sendirian di sudut taman, diam-diam menyeka air matanya.
Liu Yating seketika berdiri setelah ia menyadari kehadiran Yin Hua. Ia menyeka bekas air mata terakhirnya dengan panik dan berkata, “Bibi.”
Yin Hua mengamati Liu Yating dan bertanya, “Kenapa kau menangis? Apa Yanyan berbuat jahat padamu?”
Liu Yating menjawab dengan marah: “Kuharap dia berbuat jahat padaku. Dia hanya mengabaikanku.”
“Jadi kau menangis?”
Setelah mengambil nafas dalam, Liu Yating menoleh ke belakang ke arah villa dan menjawab, “Bibi, lebih baik Bibi tidak usah masuk ke dalam, mereka masih bermain-main. Di dalam sangat kacau. Kita ngobrol saja di tempat lain.”
Yin Hua tidak menolak permintaannya dan berbalik berjalan menuju ke arah sisi lain villa dengan Liu Yating. Yin Hua dengan sengaja memilih tempatnya. Mereka duduk di lantai dua, di dekat sebuah jendela ala Perancis yang besar, mereka bisa melihat dari jendela itu apa yang terjadi di lobi lantai bawah.
Ketika Yin Hua memperhatikan sosok wajah Xu Xinduo yang tidak ia kenal, ia bertanya pada Liu Yating, “Apa kau mengenal kedua gadis itu?”
Liu Yating bergerak mendekati jendela untuk melihat. Ia merasa bimbang sejenak dan akhirnya menjawab, “Aku tidak mengenal mereka.”
Sebenarnya, Liu Yating tahu bahwa Tong Yan berkencan dengan Xu Xinduo. Kalau ia mengatakan bahwa ia mengenalnya (Xu Xinduo), Yin Hua pasti akan menanyakan tentang identitas Xu Xinduo. Ia tidak akan bisa menyembunyikan identitas Xu Xinduo sebagai anak angkat.
Meskipun Liu Yating tidak menyukai Xu Xinduo, ia tidak ingin mengungkapkan identitas Xu Xinduo untuk saat ini, ia hanya ingin membawa Yin Hua menjauh dan mengamati mereka dari kejauhan.
Yin Hua menatap Liu Yating sesaat sebelum ia melanjutkan melihat sekelompok anak-anak yang sedang bermain-main.
Tatapanya berkali-kali jatuh pada Xu Xinduo, seolah dia sedang menilainya dan mempelajari semua rahasi gelapnya.
Kehadiran Lu Qichao di pesta ulang tahun Tong Yan, berarti pesta itu memang dimaksudkan untuk menjadi pesta yang istimewa.
Tong Yan mengkhawatirkan masalah yang akan ditimbulkan oleh Lu Qichao. Ia bersandar di sofa dan menutupi wajahnya dengan sebelah tangan. Ia benar-benar tidak ingin melihat sekelompok orang yang sedang menari berputar-putar seperti monster dengan jaket jas mereka diikatkan ke pinggang mereka.
Xu Xinduo sudah terbiasa dengan teman-teman Tong Yan dan tidak mempedulikan kekonyolan mereka yang antik. Ia hanya duduk di sudut bersama dengan Lou Xu, memakan camilan dan menonton tariannya. Ia khawatir Lou Xu akan merasa tidak nyaman karena dia tidak kenal dengan siapapun di sini.
Namun, berbanding terbalik dengan pikiran Xu Xinduo, Lou Xu merasa sangat senang. Tong Yan tidak keberatan ia mengambil foto-foto dirinya tanpa seijinnya. Sepertinya dia bukanlah orang yang tidak masuk akal seperti yang diceritakan legenda dan pribadinya juga cukup asik.
Xu Xinduo memutuskan untuk mengambil teh susu untuk Lou Xu. Jadi ia berjalan menuju ke mesin pembuat teh susu dan mulai memencet beberapa tombol. Cairan teh susu itu mulai memancar keluar secara mengadat-ngadat.
Mesin pembuat teh susu itu berulang kali mengalami masalah yang sama. Jadi dengan cepat Xu Xinduo membuka sebuah laci, mengeluarkan sebuah jarum panjang, memasukkan jarum itu ke dalam mesin dan menyentuh bagian papan kontaknya. Mesin pembuat teh susu itu berhasil diperbaiki dengan hanya begitu saja.
Jika itu Tong Yan, dia pasti sudah sejak lama mengganti mesin pembuat teh susu itu. Namun Xu Xinduo cenderung berpikir hemat dan merasa hal itu tidak perlu, jadi ia memperbaikinya sendiri beberapa kali. Latihan membuatnya sempurna.
Setelah ia mengambil teh susunya, Xu Xinduo membawanya untuk Lou Xu. Ia memperhatikan bahwa yang lainnya sedang memainkan pemahaman yang tak terucapkan.
Mereka sedang memainkan permainan yang sangat terlarang malam ini.
Lu Qichao berkata pada Tong Yan, “Yo, Saudara Yan, ayo kita bermain dengan pacarmu. Siapa yang paling mengenal pasangannya. Yang kalah harus melepaskan pakaiannya, dan melompat ke dalam kolam renang dan memberikan kami pertunjukan berenang yang seragam.”
Setelah Lu Qichao berkata begitu, dia menarik Tong Yan ke grup yang lain, sudah jelas bahwa dia sedang mencari masalah.
Menurut pendapatnya, Xu Xinduo dan Tong Yan masih saling mengenal selama beberapa hari terakhir jadi mereka sama sekali tidak saling akrab satu sama lain.
Pasangan lain yang dipilih oleh Lu Qichao sudah saling mengenal sejak mereka masih kecil. Mereka tumbuh bersama, jadi tidak perlu dikatakan lagi kalau mereka sudah saling akrab satu sama lain.
Salah satu timnya adalah Wei Lan dan Su Wei.
Xu Xinduo dan Tong Yan duduk bersisian di tengah, dan ditanyai beberapa pertanyaan.
Yang lainnya yang berada di dalam ruangan itu bergantian menanyakan pertanyaan, dan seiring berjalannya waktu pertanyaannya berubah menjadi lebih sulit dan menipu.
Pada awalnya, mereka menanyakan tentang masing-masing ukuran sepatu. Masing-masing dari mereka harus menuliskan ukuran sepatu mereka sendiri di atasnya, lalu bawahnya tebakan ukuran dari pasangan mereka masing-masing. Jika mereka berdua menebak dengan benar, maka akan dihitung sebagai satu poin.
Orang berikutnya bertanya, “Jam berapa pasangan kalian bangun tidur?”
Lu Qichao bertanya: “Bagaimana kalau tidak punya waktu yang pasti dan mereka hanya bagun begitu saja?”
Cowok itu langsung menambahkan, “Kalau begitu tulis saja perkiraannya waktu kau bangun.”
Ketika Wei Lan menuliskan jawabannya, ia menggumam: “Ini sedikit sulit.”
Namun, Tong Yan dan Xu Xinduo sudah selesai menuliskan jawaban mereka. Ketika sudah tiba waktunya menunjukkan jawaban mereka, mereka berdua membuka penutup lembarnya, menunjukkan jawaban mereka yang sama.
Xu Xinduo bangun jam 5 pagi setiap hari.
Tong Yan bagun jam 6:30 pagi setiap hari.
Mereka sering saling menggunakan ponsel mereka masing-masing, dan mereka berdua saling tahu jam alarm mereka masing-masing. Xu Xinduo bisa otomatis bangun. Sebelum alarmnya berbunyi, Tong Yan bisa bangun dengan linglung. Ketika dia mendengar alarmnya, dia akan bangun dan mencuci muka.
Wei Lan mulai meragukan hidupnya sendiri: “OMG, apa kalian berdua sudah membicarakan sampai sedalam itu?”
Tong Yan menjawab dengan yakin: “Kami teman sebangku, jadi kami punya banyak waktu untuk ngobrol.”
Wei Lan memutar bola matanya: “Kurasa itu tidak normal untuk seseorang memberitahukan waktu kapan dia bangun pada teman sebangkunya.”
“Mungkin itu bukan hal yang normal bagimu karena kau orang yang egois, ya gak?” balas Tong Yan.
Wie Lan: “…”
Pertanyaan orang berikutnya behkan lebih sulit untuk dijawab. Dia bertanya tanpa basa-basi: “Berapa ukuran dada pasanganmu?”
Namun setelah mendengar pertanyaannya, Tong Yan berkata: “Ganti pertanyaan, kalau tidak aku akan menghajarmu. Mana mungkin aku memberitahukan ukuran dada seorang gadis padamu?”
Orang itu menjawab: “Kau tidak perlu menuliskan ukuran dada Duoduo, tulis saja ukuran dadamu. Duodo juga hanya perlu menuliskan ukuran dada Saudara Yan saja.”
Xu Xinduo tidak ragu-ragu kali ini. Ia menuliskan ukuran Tong Yan dan menunjukkannya pada mereka.
Wei Lan mengambil kedua papan untuk melihat jawabannya. Ketika ia melihat angka jawaban yang sama, Wei Lan bertanya dengan suara yang bergetar: “Apa kau juga berbagi informasi seperti ini dengan teman sebangkumu?”
Menyadari ekspresi Wei Lan, Lu Qichao tidak bisa menahannya lagi. Dia tertawa terbahak-bahak, sambil menepuk-nepuk pahanya. Ia penasaran bagaimana akhir kompetisi ini nanti?
Lou Xu bahkan lebih eksentrik dan bertanya: “Berapa kali pasangan kalian jatuh cinta.”
Setelah mendengar pertanyaan itu, Wei Lan menoleh pada Lou Xu dan bertanya, “Apa kau menargetkanku?”
Di sisi lain, Su Wei terlihat cemas saat dia mulai menghitung dengan jarinya, membuat sekelompok orang itu tertawa. Hal yang paling menyebalkan adalah bahwa Wei Lan sendiri juga harus berhitung dan mencoba untuk mengingat.
Xu Xinduo dan Tong Yan tidak terlihat ragu sama sekali, saat mereka menuliskan jawaban mereka dengan cepat dan menunjukkan jawaban “0” yang sama.
Mereka berdua bertukar tubuh selama bertahun-tahun jadi mereka tahu siapa saja yang berhubungan dengan mereka berdua. Mereka memiliki pemahaman dasar untuk satu sama lain. Bukan lagi rahasia kalau tidak satupun dari mereka yang pernah jatuh cinta.
Lu Qichao berjalan mendekat dan melihat jawaban mereka. Setelah melihat bahwa jawaban mereka sama, dia berkata: “Sepertinya ini cinta pertama untuk mereka berdua.”
Setelah dia berkata begitu, semua orang bersorak.
Orang berikutnya melanjutkan bertanya: “Apakah pasangan kalian mendengkur saaat tidur?”
Lu Qichao adalah orang pertama yang menolak pertanyaan itu: “Bagaimana mungkin aku tahu apa aku mendengkur waktu aku tidur? Itu tidak mungkin bisa dijawab!”
Orang itu bertanya dengan cemas: “Kau pikir aku bertanya padamu? Siapa yang peduli kau mendengkur atau tidak?”
Barulah Lu Qichao paham dan menjawab dengan nada yang panjang: “Oh—”
Namun, pertanyaan ini juga masih belum bisa terjawab jadi si penanya harus merubahnya. Dia menanyakan pertanyaan lainnya: “Apakah pasangan kalian sedang menyukai seseorang?”
Su Wei adalah orang pertama yang menunjukkan jawabannya. Dia menjawab bahwa dia tidak sedang menyukai seseorang tapi Wei Lan iya.
Wei Lan menuliskan bahwa dia tidak sedang menyukai siapapun dan Su Wei juga tidak.
Wei Lan melihat ke papan jawaban Su Wei dan berkata, “Aku baru saja menyerah. Aku masih belum punya target baru.”
Su Wei membalas: “Kau memang orang paling plin-plan kalau soal cinta.”
Wei Lan: “……”
Tong Yan juga dengan cepat menuliskan jawabannya. Ketika ia melihat Xu Xinduo ragu-ragu, ia menoleh padanya. Ia melihat bahwa Xu Xinduo menuliskan kalau ia (Tong Yan) tidak sedang menyukai siapapun, tapi Tong Yan melihat Xu Xinduo ragu-ragu terhadap jawabannya sendiri.
Tong Yan tertegun sejenak dan melihat wajah Xu Xinduo yang ragu-ragu begitu lama. Apa dia sudah punya cowok yang dia sukai dan karena itulah dia ragu-ragu?
Kapan itu terjadinya?
Setelah dia tiba di sini?
Shao Qinghe?
Xu Xinduo menoleh melihat Tong Yan. Melihat kalau Tong Yan sudah menulis jawaban ‘tidak’ dua kali, ia juga menuliskan kata ‘tidak’ dua kali tanpa ragu-ragu.
Tindakannya ini membuat yang lainnya protes: “Kau tidak boleh mengintip papan white board pasanganmu.”
“Sial, dua orang ini sulit sekali dikalahkan … mereka selalu saja waspada. Tidak ada peluang sama sekali.”
Orang berikutnya bertanya: “Merek pasta gigi apa yang dipakai pasangan kalian.”
Ketika pertanyaan ini ditanyakan, Wei Lan langsung menyerah. Dia tidak pernah peduli merek pasta gigi apa yang dipakai saudaranya.
Xu Xinduo dan Tong Yan dengan cepat menuliskan jawaban mereka lagi dan jawaban mereka sekali lagi sama.
Lu Qichao menoleh pada Wei Lan dan berkata: “Xiao Wei, kau harus menang, jangan menyerah. Aku percaya padamu!”
Wei Lan bertanya: “Saudara Chao, apa rasanya menyenangkan melihat ada orang yang mempermalukan dirinya sendiri?”
Lu Qichao menjawab tanpa menunda: “Iya.”
Pada akhirnya, Wei Lan dan Su Wei menyerah dan kalah. Mereka pergi menuju ke kolam renang untuk melompat. Xu Xinduo dan Lou Xu pergi bersama dengan senang untuk menonton pertunjukan itu.
Ketika Wei Lan tiba di kolam renang, dia melepaskan setelannya. Setelan kelas atas ini hanya sekali pakai. Bukan jenis setelan yang bisa tahan air. Dia sangat enggan untuk melepaskannya.
Dia menoleh pada pelayan dan berkata, “Bisa kau ambilkan handuk untukku?”
Saat dia baru saja selesai bertanya, dia ditendang oleh Tong Yan: “Lompat saja, aku bisa menyiapkan selimut untukmu nanti!”
Su Wei tiba-tiba menangkap pergelangan tangan Xu Xinduo: “Aku tidak peduli. Aku akan lompat, tapi aku akan mengajak Nona Duo bersamaku. Kau harus lakukan yang terbaik Kakak Yan!”
Akan tetapi, Xu Xinduo tidak peduli sama sekali. Ia dengan cepat memutar pergelangan tangannya, dan melepaskan diri dan mendorong Su Wei ke dalam kolam renang. Ketika ia melihat mereka berenang di kolam renang, ia tertawa lepas.
Setelah Yin Hua melihat mereka memainkan permainan itu, dia menoleh untuk melihat Liu Yating. Tapi Liu Yating masih mencoba untuk mengirim pesan kepada Tong Yan, memberitahunya bahwa Bibi sudah datang ke acara pesta, tapi ia baru tahu bahwa ia sudah diblokir oleh Tong Yan.
Liu Yating memutar bola matanya dan meletakkan ponselnya. Ia tidak peduli lagi. Kau bisa membela dirimu sendiri.
Yin Hua menunjuk ke arah Xu Xinduo dan berkata, “Dia punya sedikit kebiasaan seperti anak laki-laki, yang sedikit mirip seperti Yanyan.”
Liu Yating tidak terlalu memikirkannya dan menjawab dengan lirih: “Mungkin…dia hanya sedikit tomboy. Ayo ke sana dan bersenang-senang.”
“Tentu, ayo turun dan menyapa mereka.”
Liu Yating tiba-tiba merasa panik. Dia biasanya tinggal dan menemani Yin Hua, tapi hari ini dia merasa enggan dan berkata dengan suara agak bingung, “Aku akan turun dulu dan menyuruh anak-anak nakal bau itu bersih-bersih dulu.”
Dengan begitu, ia dengan cepat berlari menuruni tangga untuk memberitahukan pada Tong Yan lebih dulu bahwa ibunya ada di sini tapi ia lupa membawa serta ponselnya bersamanya.
Yin Hua mengambil ponsel Liu Yating dan membukanya, sebelum ia mematikan layar ponselnya dan mengembalikan ke tempat ia menemukannya.
Yin Hua mulai berjalan menuruni tangga tanpa menunggu Liu Yating kembali.
Ketika Yin Hua masuk ke dalam ruangan, dia melihat sekelompok remaja yang mulai panik. Wei Lan dan Su Wei dengan canggung berlari ke lantai atas dengan handuk yang melilit di tubuh mereka. Mereka mencoba menghindari tatapan Yin Hua, berharap Yin Hua tidak melihat mereka membuat kekacauan.
Yin Hua dengan sopan membalas sapaan para tamu Tong Yan.
Ketika Liu Yating akhirnya bisa memperingatkan Tong Yan, dia hanya menjawab sekenanya: “Tak masalah.”
Liu Yating menunjuk pada Xu Xinduo dan bertanya, “Bagaimana dengannya?”
“Ada apa dengannya?” Tong Yan tidak paham.
“Bibi tidak akan mengijinkan kalian melanjutkan komunikasi!”
Tong Yan menatap Liu Yating dan ragu-ragu sejenak. Ia berpikir untuk menyembunyikan Xu Xinduo untuk sementara, tapi Yin Hua sudah tiba sebelum ia bisa melakukan apa pun.
Ketika Yin Hua tiba di depan Tong Yan, Liu Yating dengan cepat minggir ke samping, mencoba agar tidak tertangkap oleh perhatian Yin Hua. Ia tidak peduli lagi sekarang karena ia sudah mencoba melakukan yang ia bisa untuk menolongnya, tapi sekarang tidak ada yang bisa ia lakukan.
Lou Xu terlihat sangat terkejut ketika ia melihat mata tenang Yin Hua dari samping. Ia tidak bisa percaya bahwa sosok legendaris dengan kecantikan tiada tara, dewi di industri entertaimen, mantan ratu film Yin Hua berdiri di depannya!
Yin Hua sekarang berumur lebih dari 40 tahun tapi dia tidak terlihat tua sama sekali. Dia memiliki aura dahsyat di sekelilingnya.
Dia memiliki fitur wajah yang sangat baik, riasan yang indah dan berkelas, dia memakai pakaian cheongsam buatan penjahit dengan syal di bahunya. Dia bisa menatap orang dengan senyuman, tanpa menunjukkan tanda provokasi apa pun.
Tong Yan bertanya, “Ma, kenapa kau di sini? Bukankah kau sudah mengatakannya padaku kalau aku boleh memilih pestaku sendiri?”
“Putraku sedang merayakan pesta ulang tahunnya, jadi mana mungkin Mamamu ini tidak bersamamu.” Setelah mengatakan itu, dia melihat ke arah Xu Xinduo. Setelah Xu Xinduo melihat Yin Hua, dia begitu senang sekali dan ingin menyapanya, tapi lalu tiba-tiba dia menghentikan dirinya sendiri.
Setelah beberapa lama, dia menyapa dengan lirih: “Halo, Bibi.”
“Dia…” Yin Hua menunjuk ke arah Xu Xinduo dan bertanya.
Lu Qichao yang menjawab lebih dulu, “Teman, dia teman saya!”
Lu Qichao teringat saat Xu Xinduo pernah mengatakan padanya bahwa statusnya dan status Tong Yan tidak cocok. Dia juga mengenal karakter Yin Hua, jadi dia mengambil inisiatif untuk maju ke depan.
Yin Hua tersenyun, melihat Lu Qichao, dan lalu bertanya, “Siapa nama temanmu?”
Lu Qichao memberi isyarat pada Xu Xinduo: “Perkenalkan dirimu.”
Xu Xinduo berkata dengan sopan, “Halo Bibi, nama saya Xu Xinduo.”
Yin Hua berjalan mendekat dan meraih tangan Xu Xinduo. Dia berkata dengan penuh perhatian, “Hanya ada sedikit gadis yang berada di dekat Tong Yan jadi waktu aku melihatmu, aku harus bertanya. Marga Xu… itu…”
Dia sepertinya sedang berpikir tentang keluarga mana yang bermarga Xu dan punya anak seperti Xu Xinduo.
Xu Xinduo mengambil inisiatif untuk berkata: “Saya anak angkat keluarga Mu.”
“Oh benarkah? Jadi begitu.”
Xu Xinduo menatap Yin Hua, penasaran apakah dia benar-benar tidak tahu kalau ia anak angkat, atau kalau ia adalah anak kandung.
~o0o~
Kami juga buka donasi via gojek pay guys. Setiap Rp 10.000, kalian akan dapat 1 ekstra chapter. Dan kalian juga perlu nulis untuk buku apa kalian berdonasinya. QR codenya ada di halaman muka yaa
Donasi pada kami dengan Gojek!
