The Sleepless Princess [Bahasa Indonesia] - Chapter 7
- Home
- The Sleepless Princess [Bahasa Indonesia]
- Chapter 7 - Tikus Besar di Kamar Pengantin (1)
Dari gerbang istana hingga kediaman Xue, terdapat rakyat-rakyat yang berkumpul di sepanjang tepi jalan untuk menyaksikan kehebohan itu. Sutera merah dan bunga-bunga bertebaran, kereta pengantin penuh warna bergerak dengan perlahan, disertai dengan tabuhan guyue1 dan alunan shengxiao2, benar-benar persitiwa yang sangat heboh.
-
- Guyue adalah semacam drum.
Seekor kuda mendekat dengan cepat. Penunggangnya adalah seorang pemuda tampan dengan wajah yang tampak lelah. Pemuda itu bergerak langsung menuju kereta pengantin yang ada tepat di tengah-tengah para prajurit pengiring pengantin.
Sejak melihat pemuda itu dari jauh, Bibi Si Xi yang memiliki mata yang bagus sibuk memberi isyarat pada para prajurit yang mengikuti mereka untuk memberinya jalan. Pemuda itu menghentikan kudanya. “Kakak akan menikah hari ini. Aku datang khusus untuk mengantarnya.”
Di dalam kereta pengantin, Tao Yao menatap Chu Yue yang tak sadarkan diri dengan cemas. Setelah mendengar suara dari luar, ia mendadak menjadi sangat bahagia. Ia membuka tirai kereta pegantin, lalu berteriak, “Pangeran Shun, akhirnya Anda datang!”
Yang ada di dalam hati Xu Xingchen hanyalah Chu Yue yang saat ini sedang berbaring di tempat tidur lembut yang ada di dalam kereta pengantin.
Chu Yue mengenakan pakaian pengantin yang semerah api, sangat cantik. Tetapi mahkota phoenix serta jubah penuh bordirannya membuat wajahnya semakin pucat, dan bahkan pemerah pipi tak bisa menyembunyikan pucatnya dirinya. Ia juga semakin kurus.
Ia mendengar bahwa kakaknya hampir dibunuh di dalam istana saat ia pergi meninggalkan ibu kota selama beberapa hari karena sebuah masalah. Karena itulah ia memacu kudanya untuk segera kembali. Namun, di tengah perjalanan, ia mendengar bahwa kakaknya tak sadarkan diri, dan Ayahanda Kaisarnya sudah menyerahkannya pada Xue Yao dalam sebuah pernikahan untuk menyembuhkannya.
Xingchen masuk ke dalam kereta pengantin dan memegang tangan Chu Yue. Denyut nadi Chu Yue mulus dan teratur. Ia hanya sedikit lemah, tetapi Xingchen tak bisa menemukan keanehan apa pun padanya. Ia mengernyitkan dahinya dan bertanya pada Tao Yao, “Katakan dengan merinci. Bagaimana kakak bisa hampir terbunuh?”
“Hari itu Tuan Putri sengaja tertidur. Beliau bermimpi ada pembunuh yang datang ke Istana Burung Pipit Emas untuk membunuh Beliau. Tuan Putri membuat kami melarikan diri secara terpisah. Awalnya hamba ingin memanggil prajurit, tetapi di perjalanan hamba tak bisa menemukan siapa pun. Kemudian ketika hamba bertemu Tuan Putri kembali, Beliau sudah seperti ini. Tabib istana berkata bahwa mereka juga tidak tahu mengapa tuan putri tak sadarkan diri seperti ini. Mungkin ini karena akibatnya akan segera datang…”
Xingchen mengeluarkan sebuah perkamen. Di atas perkamen itu terdapat dua belas Cabang Bumi yang disusun secara berurutan, dan terdapat sebuah lukisan dua belas ekor shio yang mewakili dua belas Cabang Bumi tersebut di bagian belakang perkamen tersebut.
Sebagian besar shio itu sudah tercoreng oleh kuas merah dan hanya tersisa empat ekor shio: tikus di urutan pertama, harimau di urutan ketiga, kuda di urutan ketujuh, dan babi di urutan kedua belas. “Kapan terakhir kali kakak mengubah mimpinya?”
Tao Yao berpikir sejenak. “Mungkin ketika tuan putri bermimpi bahwa Bibi Si Xi akan terjatuh ke sumur, lalu menyelamatkannya. Akibatnya baru terjadi sekitar satu hari kemudian saat siang hari. Hari itu hamba tak bisa menemukan tuan putri di mana-mana. Akhirnya hamba menemukan bahwa tuan putri pergi ke kandang kuda hari itu dan memakan satu baskom besar sekam. Beliau baru sadar setelah berlari sejauh sepuluh mil seperti orang gila setelah memakan semua sekam itu…”
Xingchen merasa marah hingga ia hampir melemparkan perkamen yang ada di tangannya. “Bagaimana aku tidak tahu sedikit pun tentang ini?!”
“I..itu tuan putri yang tak mengizinkan…”
Xingchen mencoret kuda yang ada di perkamen dengan penuh kebencian. “Aku juga tidak tahu kali ini kakak akan berubah menjadi apa… Aku harus memikirkan cara untuk membangunkan kakak. Jika kakak terbangun sebelum memasuki pintu keluarga Xue, mungkin masih ada sedikit kesempatan.”
Xingchen melihat sekilas bahwa ada sebuah kotak kayu kecil di samping bantal Chu Yue. Ia mengulurkan tangan untuk mengambil dan membuka kotak itu. Di dalam kotak itu terdapat sebuah buku berjudul [Kisah Perjalanan Guan Shan]
Kakaknya tidak tidur di malam hari, dan ia sangat suka membaca hal-hal yang romantis sebagai cara yang bagus untuk menghabiskan malamnya yang panjang. Ia mengingat saat terakhir kali ia menemui Chu Yue sebelum meninggalkan ibu kota, Chu Yue saat itu sedang memeluk buku ini dengan wajah yang penuh kegembiraan.
“Aku menemukannya. Tak ada satu pun buku di seluruh Nan Sang yang bisa menandingi kisah perjalanan ini. Setiap kali pergi berdagang ke berbagai tempat, Tuan Guan Shan ini selalu menulis kebudayaan daerah tepatnya untuk memperkenalkannya pada tunangannya. Membaca cerita ini lebih membuat seseorang lebih tertarik daripada cerita tentang seorang jenius dan wanita cantik mana pun.”
Xingchen memikirkan sebuah ide yang bagus. Ia membuka buku itu dan membaca setiap kalimatnya:
“Wan Wan istriku, kualitas sutera di Jiang Zhun sangat bagus, dan pakaian yang dibuat di sana pun adalah yang terbaik. Karena itulah, para pedagang dari berbagai wilayah datang dan pergi untuk berdagang. Aku juga tidak punya pilihan lain selain pergi meninggalkan rumah. Saat kapal bergerak menuju selatan, sepasang pohon willow di kedua sisi Ba Ling sangat mirip dengan matamu…”
Mata Chu Yue bergerak. Tampaknya ia akan segera bangun. Tao Yao memangilnya dengan terkejut, “Tuan putri bereaksi! Tolong lanjutlah membaca, pangeran!”
Xingchen merasa giginya sakit, tetapi ia tetap lanjut membaca sambil menahan ketidak nyamanan itu. “…Tetapi di dalam hatiku, matamu adalah bulan ketiga yang paling indah di dunia ini…”
Kereta pengantin itu tiba-tiba berhenti dan suara guyue pun tiba-tiba berhenti pula. Pembawa acara menarik suaranya panjang-panjang, “Tiba di Kediaman Xue——“
Di luar kereta pengantin, Xue Yao datang untuk menyambut. Melihat ini, Bibi Si Xi menjadi sangat gembira: ‘Menantu kaisar ini bukan hanya merupakan Dewa Perang Nan Sang, tetapi wajahnya juga tampan. Benar-benar cocok dengan Tuan Putri.’
Pembawa acara berteriak lagi, “Waktu yang bagus tiba. Pengantin wanita silakan turun dari kereta—-“
.
Dua belas Cabang Bumi dan dua belas Shio:
.
.
Centinni menerjemahkan ini untukmu.
Kami juga membuka donasi via Gojek pay ya guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat satu chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/v4pveKG
- Home
- The Sleepless Princess [Bahasa Indonesia]
- Chapter 7 - Tikus Besar di Kamar Pengantin (1)
Donasi pada kami dengan Gojek!
