The Sleepless Princess [Bahasa Indonesia] - Chapter 6
Terdengar suara langkah kaki dari jauh. Xue Yao kemudian menyapa dengan pelan, “Komandan Luo.”
Luo Ji menurunkan persembahan yang ada di tangannya. Setelah memberikan persembahan itu dengan serius, ia berkata, “Dua malam lalu, di dalam istana ada seorang pembunuh yang melakukan serangan yang tak tahu malu di Paviliun Guo Xi. Untungnya malam itu ada seseorang yang mengirimkan sebuah surat, yang katanya diberikan oleh Komandan Xue. Surat itu meminta untuk mengamankan Paviliun Guo Xi. Para saudara berhasil datang ke sana tepat waktu sehingga para pembunuh itu tak berhasil melukai Yang Mulia Kaisar. Tetapi pembunuh itu melukai seorang putri yang keluar berjalan-jalan di malam hari. Ada seorang pembunuh yang terluka di bahu karena sebuah panah. Sayangnya mereka berhasil kabur. Yang Mulia Kaisar saat ini marah, dan sekarang ini meminta agar semua orang memburu mereka.” Ia menatap bahu Xue Yao. “Tubuh Tuan Jenderal terluka. Anda harus menyembunyikannya baik-baik.”
Xue Yao tertawa dengan tenang. “Apa kau yakin itu aku?”
“Tuan Jenderal sangat mirip dengan Komandan Xue. Saat saya melihat dari jauh malam itu, saya merasa bahwa orang itu Anda. Tuan Jenderal ingin tahu apa yang akan terjadi di Paviliun Guo Xi, jadi Anda masuk ke istana dan memeriksanya.”
Sebuah ekspresi mengingat-ingat muncul di wajah Luo Ji. “Saya berutang budi pada Komandan Xue ketika Beliau masih hidup. Beliau adalah penyelamat saya, juga merupakan teman terbaik saya. Karena Tuan Jenderal merasa bahwa ada alasan lain di balik kematian komandan, kalau begitu tolong temukanlah apa itu. Saya tak masalah jika saya harus menyerahkan nyawa saya ini pada Anda.”
Xue Yao mengulurkan telapak tangannya. “Aku memang tak salah menilaimu.” Luo Ji mengulurkan tangannya, dan telapak tangan kedua orang itu saling berjabatan dengan erat.
Bai Liqi keluar entah darimana. “Tuan Jenderal, Yang Mulia Kaisar memerintahkan Anda untuk menghadap Beliau.”
.
.
.
Xue Yao mengikuti Kasim Gao masuk ke Ruang Belajar Kekaisaran. Ia menundukkan kepalanya dan memberi hormat kepada kaisar.
“Berdirilah, Menteri Ai.” Yang mulia kaisar sudah tua. Kelelahan pun tak bisa disembunyikan dari penampilannya. “Aku hari ini memanggilmu kemari untuk membicarakan sesuatu denganmu.”
“Hamba juga ingin melaporkan sesuatu pada yang mulia.”
“Oh? Katakan saja kalau begitu, Menteri Ai.”
Xue Yao mengeluarkan sebuah lencana kemiliteran dari pinggangnya dan berlutut serta menundukkan kepalanya. Kedua tangannya menyerahkan benda itu kepada sang Kaisar. “Setelah bertarung bertahun-tahun di garis depan, dengan berkat Yang Mulia Kaisar, hamba akhirnya bisa memimpin dengan benar dan menaklukkan Xi Zhao. Sekarang hamba hanya ingin pensiun dari kemiliteran. Hamba ingin pulang dan merawat bibi hamba dengan sepenuh hati. Hamba mohon agar Yang Mulia mengambil kembali benda ini.”
“Ini…” Kaisar berkata dengan penuh keraguan, “Sekarang seluruh rakyat memanggil Menteri Ai sebagai Dewa Perang Nan Sang. Maksudku adalah, Menteri Ai seharusnya tetap berada di dalam kemiliteran dan tetap mengambil alih seluruh pasukan. Tetapi karena Menteri Ai memiliki niat ini, aku tidak tega menentang rasa baktimu ini… kita bicarakan masalah ini nanti saja. Aku hari ini memanggilmu kemari karena sebuah masalah lain. Putri Chu Yue hampir terbunuh beberapa hari lalu. Ia sudah pingsan hingga hari ini. Seluruh tabib kekaisaran sudah memeriksanya, tetapi mereka tetap tak bisa menemukan penyebabnya. Aku tak tega melihatnya terus tak sadarkan diri seperti ini. Aku mendengar bahwa ada sebuah legenda bahwa ada sebuah cara untuk menyelamatkan seseorang yang sakit dengan sebuah pernikahan. Jenderal Xue…. Apa kau mau menikahi Chu Yue?”
Xue Yao terkejut. Ia tak bisa menahan diri untuk tak mengangkat kepalanya. “Tetapi hamba hanya seorang prajurit biasa. Hamba tidak pantas untuk Tuan Putri…”
“Menteri Ai tidak perlu merasa rendah diri. Kau adalah seorang pahlawan muda. Dari mana kata tidak pantas ini? Mungkinkah… Menteri Ai ingin tak mematuhi perintah kaisar?”
Kaisar menatap Xue Yao dalam-dalam. Ia sudah memikirkan tentang pembunuh beberapa malam lalu. Ia merasa bahwa sosok itu entah bagaimana mirip dengan Xue Yao. Tetapi, sayangnya ia tak memiliki bukti. Ia tak boleh menampakkan kecurigaannya. Ia ingin melihat apakah Xue Yao akan mematuhi perintahnya ini atau tidak.
Xue Yao diam-diam mengepalkan tinjunya. Berdasarkan hukum Nan Sang, kerabat kaisar tidak boleh memimpin pasukan. Jika ia menikahi putri itu, maka Kaisar akan memiliki hak untuk memotong kekuatan militernya, dan ia mungkin bisa berakhir mendapat nama buruk. Putri ini, di masa depan akan ia letakkan di dalam kediamannya… tetapi hal ini bisa menenangkan hati Kaisar untuk sementara, dan juga sejalan dengan rencananya. Terlebih lagi, dari awal ia sudah berencana untik menyelidiki Putri Chu Yue ini. Membuat putri ini berada di sisinya juga merupakan ide yang bagus.
Xue Yao menundukkan kepala dan mengembalikan ketenangannya. “Hamba dengar Tuan Putri adalah seorang wanita yang cantik dan berbudi luhur. Bisa menikahi Tuan Putri adalah kehormatan bagi hamba.”
Kaisar tertawa dengan senang. “Bagus sekali, bagus sekali. Berdasarkan kondisi tubuhnya, Tuan Putri tampaknya tak bisa bertahan lama. Pernikahan ini jauh lebih baik dilaksanakan sesegera mungkin. Bagaimana jika kita mengadakan pernikahan ini besok?”
Donasi pada kami dengan Gojek!
