The Sleepless Princess [Bahasa Indonesia] - Chapter 4
Rembulan yang bulat menggantung dengan tinggi, cahayanya membuat sketsa samar-samar sebuah paviliun. Chu Yue berlari sambil terengah-engah. Karena tak berhati-hati, ia pun tersandung. Salah satu sepatunya terlepas, dan ia tak mengambilnya.
Ia berlari sambil berbicara di dalam hatinya: Langit, bukalah matamu. Tinggal beberapa langkah lagi. Aku masih harus membawa Tao Yao keluar istana dan memberikannya kehidupan yang bebas dan bahagia, masih harus melihat Xing Chen menikah dan memberikanku keponakan laki-laki dan keponakan perempuan untuk bermain, masih harus bertemu dengan Tuan Guan Shanku, tolong jangan buat hidupku yang indah ini berakhir di sini!
Tetapi, semakin kau takut pada sesuatu, ia akan semakin datang mendekat. Dari dalam semak-semak, keluarlah beberapa bayangan hitam yang mirip dengan yang ada di dalam mimpinya, tangan masing-masing dari mereka memegang sebuah pedang.
Dalam sekejap, Chu Yue sudah terkepung. Ketika ia melihat ada seseorang yang ingin menyerang dan meraih tenggorokannya, Chu Yue menetapkan hatinya. Ia mengeluarkan gunting yang sudah lama ia simpan di dekat dadanya dan menggenggamnya, lalu mengarahkannya ke lehernya. “Jangan mendekat! Siapa sebenarnya kalian?!”
Seorang pria yang tampaknya merupakan pemimpin para pembunuh ini berjalan mendekati Chu Yue dari belakang. Wajah pria itu tertutupi oleh kain hitam, dan hanya sepasang matanya yang berkilat dengan kelicikan saja yang tampak. “Tuan Putri Chu Yue, tolong menyerah saja.”
Chu Yue merasa kakinya melemas, namun ia menguatkan dirinya untuk membentak dengan keras dan tenang, “Aku bilang menyingkirlah! Jika tidak…” Ia menekankan tangannya, membuat ujung tajam gunting itu meninggalkan sebuah jejak darah di lehernya.
Saat ini, di sisi gelap Paviliun Guo Xi, bersembunyilah sebuah sosok manusia. Ia juga merupakan seorang pria ramping yang mengenakan pakaian hitam. Pria itu menatap Chu Yue dan tertawa mengejek di dalam hatinya: ‘Benar-benar berani. Keberanian tuan putri ini benar-benar tidak kecil. Tapi wanita istana ini tampaknya belum pernah menghadapi bahaya. Dia bahkan tak menyadari sudah ada pembunuh lain yang diam-diam bergerak ke belakangnya dan sudah siap untuk menahannya.’
Kemunculan gadis ini di Paviliun Guo Xi pasti ada hubungannya dengan insiden itu. Saat ini, nyawa gadis ini tidak boleh berada dalam bahaya. Ia harus menyelamatkannya.
Chu Yue begitu panik hingga telapak tangannya penuh keringat dan licin hingga ia benar-benar tak bisa memegang gunting. Tiba-tiba, terdengar suara dengungan sebuah pedang, dan sebilah pedang panjang datang memotong udara. Sebuah bayangan manusia keluar entah dari mana, dan dalam secepat kilat, ia sudah menumbangkan dua orang pembunuh dan melindungi Chu Yue.
Siapa orang ini? Chu Yue tak mengenal punggung orang ini. Wajah orang itu juga tertutup dan ia tak bisa melihat wajahnya. Orang yang baru datang ini bertarung dengan sekelompok pembunuh, pedang panjang yang ada di tangannya menari di udara. Ia bergerak dengan cepat dan kejam, suara pedang dari segala sisi tak ada hentinya, tetapi tak ada seorang pun yang bisa mendekatinya.
Gunting yang ada di tangan Chu Yue terjatuh ke tanah dengan bunyi yang keras. Punggung ini melindunginya. Tak apa jika gunting itu ia singkirkan. Karena bayangan kematian tampaknya sudah menjauhinya. Mungkinkah… orang ini adalah pahlawan yang ditakdirkan untukku? Yang turun dari surga dan ingin menyelamatkanku dari bahaya?
Seorang pembunuh melirik sedikit kilatan pedang itu dari sudut matanya, lalu mengambil keuntungan dari kekacauan itu untuk meluncurkan sebuah anak panah secara diam-diam, dan mengincar celah pahlawan itu.
Chu Yue tak memiliki waktu untuk berpikir. Ia melangkah dengan cepat, dan menghalangi pahlawannya dari samping. Anak panah itu menusuk bahunya, dan bahkan sebelum ia bisa berteriak kesakitan, pandangannya sudah memburam.
Panah ini pasti beracun… pahlawan… rasanya seolah ada sebuah lengan yang kuat yang melingkari pinggangnya. Chu Yue menggunakan sedikit energi terakhirnya untuk mengangkat kepalanya. Pahlawan itu masih berada di sampingnya, kedua matanya bersinar bak bintang yang jauh di langit sana. Binar matanya itu, apakah sebuah kecemasan? Ketika ia kehilangan kesadarannya, ia belum mendapat jawaban pertanyaan itu.
Pria berpakaian hitam itu melindungi Chu Yue yang pingsan dengan salah satu tangannya, sehingga gerakannya terganggu. Tiba-tiba, ia merasa bahwa jika ia berada dalam kondisi darurat, ia takkan mampu menahannya. Ketika ia ceroboh, penutup mukanya dilepas oleh si pembunuh. Pembunuh itu menatap wajah si pria berpakaian hitam, ketakutan muncul di matanya. “Xue Mu?!”
Dari kejauhan, terdengar suara manusia, yang diikuti dengan nyala api obor yang tak beraturan. Suara pertarungan itu ternyata sudah menarik perhatian para prajurit istana yang sedang berpatroli.
Tampaknya operasinya hari ini harus berhenti di sini. Pemimpin para pembunuh itu dengan keberatan mengangkat sinyal tanda mundur. Para pembunuh itu langsung berhenti, lalu masuk dan bersembunyi di dalam kegelapan, tanpa jejak.
Hampir setengah bagian pakaian Chu Yue sudah dinodai oleh darah. Pria berpakaian hitam itu merobek pakaiannya sehingga bahu Chu Yue tampak. Tampaknya panah beracun itu sudah masuk dengan dalam. Luka Chu Yue membiru dan darah kehitaman mengalir dari sana. Racun yang kuat! Jika ia tak menyelamatkannya sekarang, takutnya nyawa gadis ini takkan selamat.
Pria itu menggertakkan giginya dan menundukkan kepalanya untuk mengisap racun dari luka Chu Yue dan meludahkannya. Sejumlah besar prajurit istana kini hanya berada beberapa langkah jauhnya dari mereka. Di dalam cahaya obor itu, kerumunan orang itu mengelilingi sebuah sosok berpakaian kuning cerah. Apa Yang Mulia Kaisar juga ada di sini?
Kerumunan orang itu tiba. Dari kejauhan mereka hanya melihat si pembunuh dengan pakaian hitam dan wajah yang ditutup dengan kain, sedang memeluk seorang wanita yang memakai pakaian istana di dadanya, dengan kepalanya yang berada di antara leher wanita itu.
Pemimpin para prajurit, Luo Ji, tergesa-gesa maju segera setelah ia mengenali wanita itu sebagai Putri Chu Yue yang sering berjalan-jalan di dalam istana di malam hari. Ia tak bisa menahan diri untuk tak berteriak dengan keras, “Kau pencuri cabul yang berani, lepaskan tuan putri sekarang!”
Para pemanah melontarkan panah mereka satu kali. Pria berpakaian hitam itu menggendong Chu Yue dan menghindar. Tetapi ia tetap tertusuk di bahu. Ia mengambil gunting yang ada di atas tanah lalu melemparkannya pada Kaisar.
Kerumunan orang itu tergesa-gesa melindungi sang kaisar. Tetapi dalam seketika, pria yang berpakaian hitam itu sudah menghilang tanpa jejak.
.
.
.
Centinni menerjemahkan ini untukmu.
Kami juga membuka donasi via Gojek pay ya guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat satu chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/v4pveKG
Donasi pada kami dengan Gojek!
