The Sleepless Princess [Bahasa Indonesia] - Chapter 34
Kaisar terdiam karena terkejut. “Jenderal Xue ini memang terobsesi dengan bunga dan bahkan memiliki hobi aneh untuk memanggil ranting bunga dengan lengan dan kaki. Masalah ini bahkan sudah diketahui oleh semua orang. Aku juga pernah mendengar tentang ini. Apa yang perlu dicurigai? Lanjutkan!”
“Baik. Selanjutnya Tuan Putri berkata… berkata Jenderal Xue memiliki sifat tirani dan sering… Uhuk. Mengikat orang di kepala ranjang dan menghinanya dengan berbagai cara. Seluruh orang di Kediaman Xue sudah pernah melihat hal itu dengan mata mereka sendiri dan bisa menjadi saksinya.”
Kaisar memukul mejanya. “Masalah di antara suami dan istri bukan sesuatu yang baik untuk dibicarakan… ada apa lagi?”
“Lalu Tuan Putri berkata bahwa Jenderal Xue memaksa Beliau untuk menemaninya pergi ke barak militer dan berlatih. Saat berlatih memanah, Tuan Jenderal membuat Tuan Putri menjadi target hidupnya dan membuat nama keluarga kekaisaran menjadi rusak. Hamba pernah mendengar tentang masalah ini. Jenderal Xue benar-benar membawa Tuan Putri ke barak militer. Karena masalah ini, Pangeran Shun hampir bertengkar dengan Jenderal Xue.”
“Ini bukan masalah besar! Hanya saja Xue Yao masih bisa pergi untuk melatih para prajurit tentang panahan… tampaknya dia sehat. Mungkinkah dia benar-benar tak memiliki hubungan dengan para pembunuh malam itu?”
“Takutnya begitu. Di dalam surat ini, Tuan Putri juga tidak menyebut masalah tentang para pembunuh itu sedikit pun. Oh ya, Tuan Putri juga berkata bahwa Jenderal Xue menjemur Beliau di bawah matahari, tepat di atas dinding. Jenderal Xue juga memaksa Beliau untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan berat siang malam.”
“Tuan Putri juga berkata Jenderal Xue mirip dengan iblis dan suasana hatinya sulit diprediksi. Jenderal Xue kasar, aneh, dan tidak baik. Beliau berharap Yang Mulia Kaisar mengizinkan Beliau dan Jenderal Xue untuk bercerai…”
Kaisar memotong Kasim Gao dengan tak sabaran, “Cukup! Chu Yue ini, aku sering mendengar Permaisuri berkata bahwa saat di dalam istana dia sangat gila. Jadi ternyata dia seperti ini! Biarkan dia bersama Xue Yao. Bukan hanya dia tak membiarkanku beristirahat sedikit pun untuk mendengarkannya, dia bahkan melibatkan Pangeran Shun hingga dia belakangan ini selalu termenung! Dan dia bahkan mau bercerai! Dia menganggap perniakahan yang kuberikan ini sebagai apa? Kau pergilah ke Kediaman Xue dan beri tahu dia agar ia tetap di sana dengan patuh!”
.
.
.
Xue Yao selesai membaca surat itu. Wajahnya menggelap sebagian dan memucat sebagian. Untuk waktu yang lama, ia terdiam.
Kasim Gao berkata, “Titah Yang Mulia Kaisar sudah selesai hamba sampaikan. Kalau begitu, hamba akan kembali ke istana.”
Xingchen merasa cemas. “Maksud Ayahanda Kaisar adalah Beliau tidak memedulika hidup dan mati kakak? Kasim Gao, kau juga sudah melihatnya. Jika kau tidak datang hari ini, aku tidak tahu kakakku akan dihina dengan cara seperti apa oleh Xue Yao.”
Xingchen menundukkan kepalanya dan menatap bekas air mata yang belum hilang di wajah Chu Yue. Ia berkata dengan penuh kemarahan, “Kakak, kita akan pergi!”
Kasim Gao tergesa-gesa menahan Xingchen. “Pangeran! Ini masalah sepasang suami istri. Sebagai seorang adik, Anda tidak memiliki hak untuk ikut campur! Dengarkanlah sepatah nasihat dari pelayan tua ini. Anda pasti tahu bagaimana sifat Yang Mulia Kaisar. Jika Anda menentang Yang Mulia Kaisar dan memaksa untuk membawa Tuan Putri pergi, hamba takut bahwa Anda bukan hanya akan membahayakan diri Anda sendiri, tetapi Anda juga akan membahayakan Tuan Putri.”
Kasim Gao menoleh pada Chu Yue. “Tuan Putri, cepatlah nasihati Pangeran. Pangeran baru saja lulus dari Akademi Kekaisaran. Yang Mulia Kaisar menaruh harapan besar pada Beliau. Inilah waktu yang tepat bagi Beliau untuk menunjukkan segala kehebatan Beliau. Jika Beliau membuat Yang Mulia Kaisar marah hanya karena masalah ini, Beliau bisa kehilangan masa depannya!”
Xingchen tak memedulikan Kasim Gao dan menuntun Chu Yue ke arah luar. “Aku tidak peduli. Aku hanya ingin kakakku selamat! Kakak, kau tidak perlu mendengarkan Kasim Gao yang menakutimu. Ikuti aku.”
Bai Liqi mengirimkan sinyal berupa kedipan. Dari segala arah, muncul suara tarikan pedang. Seluruh prajurit mengepung Chu Yue dan Xingchen. Ujung tajam pedang mereka hampir menggores bahu dua orang manusia itu.
Xue Yao melambaikan tangannya. “Lepaskan. Biarkan mereka pergi.”
Xingchen menuntun Chu Yue melangkah selangkah demi selangkah menuju ke arah luar. Dua orang manusia itu semakin mendekat. Xue Yao mengepalkan tinjunya dengan erat dan menahan keinginannya untuk mengulurkan tangan. Saat bahu mereka bersentuhan, tiba-tiba ada sebuah tangan yang lembut dan mulus yang terulur dan memegang lengannya.
Chu Yue menundukkan kepala dengan ekspresi yang tidak bisa ia lihat dengan jelas. Wanita itu berbicara dengan lembut, “Suamiku, semua masalah hari ini adalah salahku. Aku tak seharusnya bertingkah seperti anak-anak dan menulis surat yang memfitnahmu. Aku harap kau bisa memaafkanku.”
Xue Yao dan Xingchen tercengang. Xingchen tidak bisa memercayai semua ini. “Kakak? Apa yang kakak lakukan? Kakak tidak boleh menunduk seperti ini! Kita tidak bersalah!”
Apa yang dikatakan Kasim Gao adalah benar. Xingchen tidak boleh menentang Ayahanda Kaisarnya secara terbuka seperti ini. Jika tidak, seluruh kerja keras Xingchen selama bertahun-tahun belakangan akan hancur dalam satu hari.
Semakin Xingchen berusaha melindunginya, semakin ia tidak boleh membiarkan Xingchen kehilangan kesuksesan yang hampir dicapainya karena dirinya. Chu Yue menetapkan hatinya, mendorong Xingchen, dan mengangkat kepalanya untuk menunjukkan sebuah senyuman.
“Xingchen, kau masih kecil. Kau tidak mengerti. Tidak ada hal yang namanya permusuhan semalam di antara suami dan istri. Aku sudah menikah dengan suamiku dan membentuk sebuah keluarga dengannya. Bagaimana mungkin hanya karena sebuah pertengkaran kecil, aku pergi begitu saja dengan adikku? Benar kan, suamiku?”
Xue Yao menatap wajahnya yang dihiasi senyuman dan termenung. “Karena kau menganggapku sebagai iblis, kenapa kau mau menyerahkan dirimu untuk menjadi istri seorang iblis?”
“Bukankah itu hanya kata-kata sesaat yang aku ucapkan karena marah? Bagaimana mungkin itu benar.” Chu Yue mendekati Xue Yao dan menarik tangannya. “Bahkan jika kau adalah iblis, aku juga pasti akan rela bersamamu… menemanimu dalam neraka selamanya.”
“Ini…kau sudah mengatakannya.” Xue Yao mengulurkan tangannya dan menggendong Chu Yue, lalu mengambil langkah besar dan berjalan ke arah luar.
Chu Yue menekankan wajahnya ke dada Xue Yao. “Kau mau menggendongku ke mana?”
Suara Xue Yao terdengar dingin dan langsung mengucapkan satu buah kata, “Neraka.”
Donasi pada kami dengan Gojek!
