The Sleepless Princess [Bahasa Indonesia] - Chapter 23
- Home
- The Sleepless Princess [Bahasa Indonesia]
- Chapter 23 - Dibawa ke Paviliun Bulan Purnama (1)
Di dalam kediaman Pangeran Shun, Chu Yue dilayani dengan semeja penuh makanan yang lezat. Sumpitnya bergerak dengan cepat, semulut demi semulut penuh makanan masuk ke dalam mulutnya. Tangannya masih memegang sebuah mantou1 putih dan ia tak mau melepaskannya. “Ini baru bisa disebut makanan yang benar. Di Kediaman Xue hanya ada teh tawar dan makanan sederhana saja, di sana aku tampaknya hanya bertahan hidup hanya dengan sekam dan tanaman liar.”
- Mantou adalah sejenis roti kukus khas daerah Tiongkok.
Xingchen memberikannya segelas teh sambil tersenyum. “Tidak ada yang berebut denganmu. Makanlah dengan pelan. Jangan sampai tersedak.” Di dalam hatinya, ia menekan banyak sekali pertanyaan. Tetapi ia terus menahannya dan menunggu Chu Yue makan hingga kenyang dan minum dengan puas.
Ia bertanya, “Sebenarnya saat aku pergi berkunjung ke Kediaman Xue beberapa hari yang lalu, Dong Shi sudah tahu sejak awal kalau kakak sudah bangun. Apa Xue Yao melihat kakak saat kakak berubah?”
“Mungkin tidak?” Chu Yue menyeka bibirnya. “Aku juga tak tahu. Orang itu terkadang baik dan terkadang jahat padaku. Saat ia baik, ia mempermainkanku dan berkata akan memberiku sebuah pesta pernikahan. Tetapi tidak mungkin ada orang yang ingin tidur dengan seorang monster kan…”
Mendengar hal itu, Xingchen terkejut. Ia terburu-buru memotong Chu Yue, “Tidur? Dia tak melakukan apa pun pada kakak kan?!”
“Tentu saja tidak ada.” Chu Yue terburu-buru menggelengkan kepalanya. “Aku tidak menyukainya. Jenderal Besar Xue juga tampakknya tidak akan menggunakan kekerasan. Jangan berpikir sembarangan.”
Xingchen mengembuskan napas lega. “Apa kakak ingin meninggalkan Kediaman Xue?”
“Aku… Tentu saja aku mau. Aku sudah pernah mencoba melarikan diri lewat dinding, tetapi dalam sekejap mata aku sudah ditangkap kembali untuk pulang. Sekarang dia mengawasiku dengan ketat, jadi aku harus berpikir baik-baik bagaimana aku bisa melarikan diri.”
Xingchen menghiburnya. “Karena kakak sudah datang ke kediamanku, kalau begitu kakak tidak perlu pergi. Jika Xue Yao datang, aku bisa menghadangnya untukmu.”
Chu Yue merasa ragu. “Tetapi… Ini bisa melibatkanmu…”
“Apa yang perlu kakak takutkan?” Xingchen tersenyum penuh percaya diri. “Kakak, walaupun beberapa tahun ini aku selalu belajar di Akademi Kekaisaran, tetapi sebenarnya aku sudah sejak lama melakukan persiapan agar kakak bisa meninggalkan istana.” Ia merendahkan suaranya dan berpura-pura bersikap misterius. “Kakak hanya perlu ikut denganku.”
Xingchen menarik Chu Yue sepanjang jalan menuju ke depan sebuah bangunan yang baru. Di atas plakat yang ada di pintu tertulis tiga buah kata, “Paviliun Bulan Purnama”.
Xingchen mendorong pintu paviliun hingga terbuka, menyingkap sepaang tirai mutiara yang berkilau, melewati aula depan, lalu melewati tabir tinta2 dan akhirnya mereka memasuki sebuah ruangan.
- Sejenis tabir lukisan.
Perlengkapan ruangan itu sangat mewah. Seluruh perabotan dan dekorasinya adalah hasil karya seorang pemahat yang hebat. Chu Yue berjalan masuk ke dalamnya dan melihat bahwa di dinding yang ada di hadapannya, berdirilah sebaris rak-rak buku yang tinggi. Semua buku yang ada di dalamnya adalah buku-buku romansa yang paling ia sukai.
Ia berlari ke depan meja rias dan menarik lacinya. Di dalam laci itu tersebar berbagai macam perhiasan yang sangat indah, sekelompok perhiasan dari mutiara dan permata.
Sebuah senyum tanpa sadar muncul di wajah Xingchen saat ia menatap Chu Yue yang berlarian di dalam ruangan itu, menyentuh beberapa barang untuk sesaat, lalu kemudian akan melihat barang yang lainnya. “Paviliun Bulan Purnama ini adalah rumah yang aku siapkan untuk kakak. Apa kakak menyukainya?”
“Aku suka! Hanya orang bodoh yang tidak menyukainya!” Chu Yue memegang sebuah buyao3 emas dan mengarahkannya ke luar jendela. “Berkilau. Sangat berkilau. Mataku hampir memburam.” Ia menyelipkan buyao itu ke dalam rambutnya. “Cantik?”
- Buyao adalah sejenis aksesoris wanita berupa jepit rambut atau tusuk konde dengan ujung yang berjuntaian.
“Cantik. Apa pun yang dipakai oleh kakakku, dia pasti akan tampak cantik.”
Chu Yue berlarian tanpa henti ke samping tempat tidur. Ia menjatuhkan diri di atas tempat tidur dan berguling ke sana ke mari. “Lembut, lembut sekali. Seumur hidupku aku belum pernah tidur di atas tempat tidur yang senyaman ini… Ah, Xingchen, dari mana kau dapat uang sebanyak ini?”
“Aku mendapat keuntungan dari berbisnis.”
“Tapi bukankah kau selalu menghadiri kelas di Akademi Kekaisaran?”
Xingchen duduk di samping tempat tidur dan membantu Chu Yue merapikan poninya yang berantakan. “Hal yang diajarkan guruku tidak terlalu sulit. Belajar sedikit saja, aku sudah paham. Aku punya banyak waktu luang yang bisa kugunakan untuk berbisnis. Saat kecil, di istana kita tak memiliki uang dan kekuasaan sehingga kita sering diganggu. Ke depannya, ini takkan terjadi lagi.”
Chu Yue tertawa. “Xingchenku benar-benar hebat! Tetapi tentang kau yang berbisnis, jangan biarkan Ayahanda Kaisar mengetahuinya. Jika tidak Ayahanda Kaisar akan memarahimu karena kau tak melakukan tugasmu.”
“Ayahanda Kaisar?” Ekspresi Xingchen sedikit muram. “Yang benar-benar ada dalam mata Ayahnda Kaisar sejak awal hanyalah Pangeran Ning dan Selir Su. Sejak kecil aku sudah tahu bahwa aku hanya memiliki kakak. Kakak juga hanya memiliki aku. Menyedihkan…”
Ia berpura-pura mengembuskan napas dengan sedih. “Jika kakak hari ini tidak tega untuk melibatkanku, di Paviliun Bulan Purnama ini sudah tidak ada bulan yang tampak lagi. Aku sebaiknya menghancurkannya saja.”
“Jangan!” Chu Yue merentangkan tangan dan kakinya. Ia seperti seekor cicak yang berbaring tertelungkup di atas tempat tidur. “Tidak masalah! Paviliun Bulan Purnama ini adalah rumah emas, dan aku adalah nyonya rumah ini4!”
4. Berasal dari ungkapan 金屋藏娇, yang secara harafiah berarti sebuah rumah emas untuk menyembunyikan seorang simpanan kesayangan.
“Kalau begitu… aku hanya bisa menyembunyikan kakak.” Xingchen tersenyum lembut, membuat Chu Yue senang.
Tiba-tiba, Xingchen mendengar suara gemericing dari pergelangan kaki Chu Yue. Ia bertanya dengan ragu, “Ini apa?”
Karena takut Xingchen akan cemas, Chu Yue berpura-pura menunjukkan bel yang ada di pergelangan kakinya dengan senang. “Ini ya? Ini adalah perhiasan terbaruku. Lihat, dengan begini, ke mana pun aku pergi, akan ada suara gemericing. Siapa pun akan tahu kalau aku datang. Benar-benar membuatku bereputasi!”
Xingchen masih merasa sedikit ragu. Ia baru saja akan membuka mulutnya ketika Qin Yixiao mengetuk pintu. “Pangeran, Jenderal Xue datang.”
Xingchen langsung memasang ekspresi seriusnya. “Kau beri tahu dia. Kakakku baik-baik saja di Kediaman Pangeran Shun dan tak ingin kecewa saat melihatnya. Biarkan dia kembali ke tempat dia datang!”
Qin Yixiao menjawab dan pergi. Chu Yue duduk, lalu ia berjalan mondar-mandir tak keruan di dalam kamar. “Tidak. Walaupun Paviliun Bulan Purnama ini bagus, tetapi gelarku masih istri Xue Yao. Bagaimanapun, aku pasti akan kembali.”
Xingchen berbisik pada dirinya sendiri, “Ternyata aku masih harus meminta Ayahanda Kaisar untuk menarik kembali dekretnya dan membuat kakak dan Xue Yao bercerai. Ayahanda Kaisar keberatan. Jika kakak menemukan hal yang mencurigakan dari Xue Yao, mungkin kita bisa memikirkan sebuah cara…”
“Hal yang mencurigakan?” Chu Yue menemukan ide yang bagus. “Aku bisa membuat-buat bukti kejahatannya dan membuat Ayahanda Kaisar curiga…”
.
.
.
Centinni menerjemahkan ini untukmu.
Kami juga membuka donasi via Gojek pay ya guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas Indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/v4pveKG
- Home
- The Sleepless Princess [Bahasa Indonesia]
- Chapter 23 - Dibawa ke Paviliun Bulan Purnama (1)
Donasi pada kami dengan Gojek!
