The Sleepless Princess [Bahasa Indonesia] - Chapter 19
- Home
- The Sleepless Princess [Bahasa Indonesia]
- Chapter 19 - Jiwa Orang Mati di bawah Bunga-Bunga (1)
Takdir buruk! Xue Yao benar-benar orang yang tidak peka dan ia bahkan membuat adik seperguruannya yang baik pergi dengan sakit hati. Chu Yue mendesah dan memukul dadanya. Dalam kesedihannya, ia tak sengaja menyenggol sebuah vas bunga.
Ia menatap vas bunga yang terjatuh itu dengan putus asa. Vas bunga itu hancur di atas lantai dengan suara yang keras, menabrak lantai dan pecah bersamaan dengan hatinya.
Suara itu memasuki telinga Jenderal Besar Xue. Xue Yao membuka pintu dengan paksa, membuat embusan angin yang kuat menyapu wajah Chu Yue. Wajah Chu Yue pucat pasi dan ia terdiam kaku di samping jendela. Ia memanggil dengan gemetar, “Halo suamiku.”
“Ternyata kau masih punya keberanian untuk pulang ya? Katakan dengan jujur. Kau pergi ke mana? Siapa yang ikut bersamamu? Sejak kapan kau diam-diam merencanakan ini?”
Chu Yue kebingungan karena dibombardir oleh serangkaian pertanyaan itu. Ia menyeka keringatnya lalu berkata, “Suamiku, apa kau bercanda? Setelah aku terjatuh dari dinding, aku kebetulan bertemu Nona Su di luar sana. Kami berbicara sedikit, lalu bukankah aku sudah berusaha untuk pulang dengan cepat? Itu… Kediaman Xue adalah rumahku. Ke mana pun aku pergi, aku pasti akan merindukannya!”
“Bohong!”
Chu Yue memprotes, “Setiap kalimat yang kukatakan itu benar. Aku tidak berani berbohong sedikit pun.”
Wanita itu jelas-jelas mencoba membodohinya. Wanita itu pasti ditarik kembali oleh adik seperguruannya, tetapi wanita itu tetap saja masih berani menakuti dirinya dengan mengatakan setengah kebenaran saja.
Kali ini Xue Yao benar-benar merasa marah. “Apa kau tahu hari ini berapa banyak orang di kediaman ini yang mencarimu? Tampaknya aku terlalu baik padamu.”
Xue Yao tiba-tiba mengulurkan tangannya dan menarik rok Chu Yue lalu memegang pergelangan kakinya. Wajah Chu Yue memucat karena ketakutan. “Kau mau melakukan apa?! Cepat lepaskan aku! Atau aku akan berteriak meminta tolong! Tolong aku, tolong…” Sebelum ia selesai berbicara, mulutnya sudah dibungkam dengan kuat oleh salah satu tangan Xue Yao.
Xue Yao bertanya padanya dengan dingin, “Masih ingin berteriak?”
Chu Yue berulang kali menggelengkan kepalanya. Xue Yao bertanya lagi, “Masih ingin lari?”
Chu Yue masih menggelengkan kepalanya. Xue Yao melepaskan tangannya lalu berkata dengan suara kecil, “Malam ini,” Pria itu menatap Chu Yue dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Aku tak percaya kau bisa berada di atasku, juga tidak percaya kau bisa berada di bawahku.”
Chu Yue hanya mendengar suara ‘kriet’ yang samar-samar. Di kakinya terdapat sebuah rangkaian yang berisi beberapa buah lonceng tembaga. Ia bergerak. Bel-bel kecil itu bergemericing, suaranya sangat jernih dan nyaring.
Ia sibuk mengulurkan tangannya dan menarik lonceng itu, tetapi hal itu hanya menyebabkan pergelangan kakinya kesakitan. Lonceng itu tetap menggantung di sana dan tak bergerak sedikit pun. Suara lonceng itu sangat heboh. Chu Yue kehilangan kesabarannya. “Apa ini? Apa kau menganggapku sebagai anjing?”
“Ini bel kaki yang dipakai oleh para tahanan di Negara Xi Zhao. Suaranya bisa mencapai daerah yang sangat jauh. Ke mana pun kau berlari, aku pasti bisa mendengarnya. Sebelum kau menjelaskan semuanya dengan jelas, aku takan membiarkanmu melepasnya.”
Chu Yue masih ingin memprotes ketika Bai Liqi berjalan masuk. “Tuan Jenderal, ada surat yang datang.”
.
.
.
Malam sudah larut. Setelah membaca surat, Xue Yao terdiam dalam waktu yang lama. Bai Liqi bertanya padanya, “Tuan Jenderal, berita apa yang ditulis oleh Komandan Luo di dalam surat itu?”
“Luo Ji berkata ia sudah bertanya ke mana-mana. Kakak dan Tuan Putri benar—benar tidak punya hubungan. Para pembunuh malam itu menurut Luo Ji adalah orang-orang yang diperintahkan oleh musuh Tuan Putri untuk melukainya. Tentang dia yang mengenal kakak, mungkin hanya kebetulan.
Bai Liqi berpikir dalam-dalam dan berkata, “Katanya Selir Su dan Tuan Putri sudah tidak akur selama bertahun-tahun. Orang di dalam istana yang paling mungkin bertindak seperti itu, orang-orang yang berusaha untuk mengikuti Selir Su dengan melukai Tuan Putri hamba takut tidak sedikit. Mungkin… Tuan Putri benar-benar ingin dibunuh karena tidak bersalah?”
“Tampaknya sekarang dia memang tidak tahu apa-apa. Hanya saja… mengapa dia tidak menyebut tentang saat aku menyelamatkannya hari itu?” Xue Yao menggelengkan kepalanya. “Dia selalu mengatakan sebagian dan menyembunyikan sebagian. Ini menyebabkan penyelidikan kita tidak bisa menyelidikinya dengan jelas. Hatiku sulit sekali tenang.”
“Kalau begitu kita harus bagaimana agar Tuan Putri mau berkata jujur?”
“Aku punya sebuah cara. Tetapi saat ini masih ada satu hal yang lebih penting…” Xue Yao mengeluarkan sesuatu dari lengan bajunya, yaitu sebuah dahan yang terpotong.
Ia menatap patahan yang disebabkan oleh pedang itu dan merasa hatinya sangat sakit. “Siang tadi adik seperguranku memotong banyak sekali lengan dan kakinya. Jika kita tidak segera menyambungkan kaki ini, takutnya tanaman itu tidak bisa hidup lagi.”
“Jenderal, Anda masih begitu menyukai tanaman ini ya.”
Xue Yao berkata dengan kaku, “Bagaimanapun, hati manusia bisa berubah, tetapi tanaman tidak. Hanya dengan menyiraminya dengan sepenuh hati, dia pasti akan memberimu balasan.”
.
.
.
Centinni menerjemahkan ini untukmu.
Kami juga membuka donasi via Gojek pay ya guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas Indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/v4pveKG
- Home
- The Sleepless Princess [Bahasa Indonesia]
- Chapter 19 - Jiwa Orang Mati di bawah Bunga-Bunga (1)
Donasi pada kami dengan Gojek!
