The Legitimate Daughter Doesn't Care! (Bahasa Indonesia) - Chapter 22
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/qHkcfMc
~o0o~
Happy reading^^
Tong Yan tidak pernah terlalu peduli denga perasaan orang lain. Jika ia tidak menyukai sesuatu, maka tetap tidak suka. Setelah menerima hadiah Xu Xinduo, ia benar-benar merasa tidak bahagia dan hal itu terlihat jelas di wajahnya.
Ia mulai mengabaikan Xu Xinduo. Hal yang langka melihat Xu Xinduo menatap ke arahnya.
Xu Xinduo juga merasa tersinggung. Ia sudah menyiapkan hadiah ulang tahun ini cukup lama sekali. Kenapa Tong Yan tidak menyukainya?
Xu Xinduo merasa bingung.
Apa ia sudah terlalu memanjakan Tong Yan, membuatnya berpikir kalau dia bisa melakukan semua yang dia inginkan?
Ketika Xu Xinduo pergi untuk mengambil kursus tambahan, Tong Yan mengeluarkan buku catatan dan membuka-buka beberapa halaman. Ia menemukan bahwa di dalamnya benar-benar ada gambar ilustrasi. Xu Xinduo juga menggambar seekor landak sebagai maskot dari keseluruhan set catatan itu.
Landak itu memiliki tato di lehernya. Namun, karena landaknya begitu kecil, maka tidak memungkinkan untuk membuat tulisan, jadi tato itu digantikan dengan sebuah garis berombak.
(T/N: Tong Yan juga memiliki tato di lehernya.)
Setelah Tong Yan membaca beberapa halaman, sudut bibirnya perlahan-lahan melengkung ke atas dan kemarahannya berangsur-angsur menghilang.
Xu Xinduo benar-benar bekerja keras untuknya.
Ia memutuskan untuk membeli satu cup teh Oolong untuk berbaikan dengan Xu Xinduo.
Ia membeli teh Oolong dan pergi ke kelas kursus tambahan, tapi ia tidak menemukan Xu Xinduo di sana. lalu ia berjalan menuju ke gedung multimedia dan akhirnya melihat Xu Xinduo duduk di ruang kelas kesenian teh.
Bukan soal Xu Xinduo yang berada di kelas kesenian teh yang jadi masalah, namun posisi Xu Xinduo sedang duduk berhadapan dengan Shao Qinghe.
Tong Yan berdiri di depan pintu dan mengamati mereka berdua sejenak. Murid lain di kelas itu memperhatikannya, tapi tidak dengan Xu Xinduo. Ia bahkan menuangkan secangkir teh untuk Shao Qinghe.
Hal itu membuat Tong Yan marah. Ia memutar bola matanya dan melempar teh Oolong ke dalam tempat sampah.
Apa-apaan itu!
‘Harusnya aku tidak memaafkanmu!’
Lalu ia pergi dengan kesal.
Xu Xinduo di lain pihak, baru saja mengetahui bahwa anak laki-laki tidak menyukai hadiah seperti itu.
Ia juga merasa tersinggung. Ia tidak punya teman laki-laki yang baik selama bertahun-tahun. Jadi ia tidak tahu apa yang akan disukai Tong Yan. Ia ingin bertanya pada Wei Lan dan Su Wei, tapi mereka sangat berbeda dengan Tong Yan. Pribadi antara Wei Lan dan Tong Yan sangat bertolak belakang.
Yang satu menyukai pakaian yang bagus-bagus, sementara yang satunya tidak mau memakai pakaian apapun selain yang berwarna hitam.
Di atas semua itu, Tong Yan tidak kekurangan apa paun. Dia memiliki segalanya dan tidak menunjukkan sedang menyukai apa pun yang khusus.
Ia berpikir bahwa ia harus memberikan pada Tong Yan sesuatu yang tidak akan didapatkan Tong Yan dengan mudah, jadi ia benar-benar berusaha keras.
Namun, Tong Yan jelas-jelas tidak menyukainya.
Ia juga ingin memberikan hadiah pada Mu Qingyi hari ini. Kalau ia memberikan sesuatu yang salah lagi, ia akan merasa bersalah.
Di seluruh keluarga Mu, Xu Xinduo hanya memiliki hubungan yang baik dengan Mu Qingyi dan merasa bahwa kakaknya telah memberikan perasaaan sebagai keluarga. Ia sangat khawatir tentang hadiah ini, jadi ia berencana bertanya pada sahabat terbaik Mu Qingyi.
Ia bertanya pada Lou Xu tentang kelas tambahan apa yang diambil oleh Shao Qinghe dan lalu ia datang kemari.
Tadinya, kelas seni meminum teh itu sangat tidak populer, tapi karena kedatangan Shao Qinghe, ruangan kelas itu dipenuhi oleh para murid. Xu Xinduo juga menarik perhatian Shao Qinghe dan ia mengambil inisiatif untuk membimbingnya ke kursinya sebelum duduk di depannya.
Namun, gadis-gadis lain di dalam kelas itu sepertinya tidak menyukai kedatangannya dan menatapnya dengan tatapan mata yang tidak ramah.
Xu Xinduo sebenarnya tidak ingin mengikuti kelas itu. Ia ingin pergi setelah mengajukan beberapa pertanyaan. Setelah duduk, ia bertanya pada Shao Qinghe: “Hadiah ulang tahun apa yang harus kuberikan pada Mu Qinggyi?”
Ia tidak ingin mengacaukannya lagi.
Shao Qinghe lumayan terkejut: “Apa kau belum menyiapkan satupun?”
“Sebenarnya, aku baru saja menerima hadiah dari dia jadi kupikir aku juga harus memberikannya hadiah.”
“Uh…” Shao Qinghe menggaruk-garuk dagunya dan terlihat sedikit resah, “Sebenarnya, aku juga agak mengkhawatirkan soal masalah ini. Meskipun kami sudah saling mengenal cukup lama, aku selalu khawatir setiap kalinya.”
“Kalau begitu apa yang kau berikan padanya sebelumnya?”
Shao Qinghe berusaha keras untuk mengingatnya dan berkata, “Apa aku ceroboh kalau memberinya kaca mata, dasi, manset, dan lain-lain?”
“Tak masalah. Apa dia menyukainya?”
“Dia membenci semua hadiah-hadiah itu.”
“Ah?”
“Meskipun dia tidak menyukainya, dia tetap menyimpan semuanya.”
Shao Qinghe sama sekali tidak membantu dan Xu Xinduo merasa semakin resah. Tiba-tiba, ia melihat ke arah set peralatan teh di depannya danbertanya, “Apa ujian kesenian minum teh itu mudah?”
“Menurutku sangat sederhana. Selain itu, lumayan nyaman di sini. Ini salah satu mata pelajaran yang paling menenangkan.”
“Nilai prestasiku untuk tahun akademik ini tidak bagus. Lagipula, aku melewatkan beberapa ujian. Ketua kelas memintaku untuk mendaftar ke beberapa kelas, mengambil lebih banyak ujian, dan ikut serta di lebih banyak kompetisi.”
“Bagaimana kalau kau mencoba kesenian minum teh ini?”
Xu Xinduo tidak menolak. Ia mengangkat tangannya dan menuangkan secangkir teh untuk Shao Qinghe. Ia memberikannya padanya dan bertanya, “Apakah caraku menuangkan stabil? Apa ada setetes air tehnya yang jatuh?”
Shao Qinghe melihat cangkir teh di depannya selama beberapa lama sebelum mengangkat kepalanya dan bertanya, “Kau memenuhi seluruh cangkirnya?”
“Tak bolehkan? Cangkirnya sangat kecil sampai-sampai kau tidak mungkin bisa menyesapnya beberapa kali kecuali diisi dengan penuh.”
“Apa kau tidak pernah mendengar ada pepatah yang mengatakan ‘memenuhi cangkirr dengan teh adalah sebuah penipuan sementara menuangkan segelas penuh anggur adalah sebuah pujian’?”
Xu Xinduo benar-benar tidak mengerti dengan kesenian minum teh.
Ia tidak terlalu sering minum teh ketika ia tinggal di desa. Nenek Xu selalu merebus gula merah dan jujube untuk ia minum.
Ketika ia masuk ke dalam tubuh Tong Yan, keluarganya tidak terlalu menaruh perhatian pada teh karena mereka lebih memilih minum kopi. Tong Yan juga bukan peminum teh, jadi dia tidak belajar tentang teh sama sekali.
Xu Xinduo hanya bisa mendesah, “Memangnya ada bedanya?”
Sementara Xu Xinduo masih mengamati cangkir tehnya dan mendesah, Shao Qinghe memperhatikan punggung Tong Yan yang berlalu pergi dari depan pintu, tapi ia tidak memberitahukan hal itu pada Xu Xinduo. Ia hanya melanjutkan tersenyum dan berkata, “Tak masalah, aku bisa mengajarimu.”
“Sudahlah. Aku akan mulai dengan apa yang aku bisa. Aku akan mengurusi masalah kursus tambahan ini nanti.”
“Apa yang kau bisa?”
“Seni bela diri campuran, Brazilian jiu-jitsu, Taekwondo, skateboarding, naik motor …” Saat Xu Xinduo melanjutkan menyebutkan hobi-hobinya, ekspresi Shao Qinghe perlahan-lahan menjadi semakin dan semakin tak biasa.
Xu Xinduo menyadari perubahan pada ekspresi Shao Qinghe. Setelah berpikir, ia berkata, “Aku juga bisa bermain piano dan menulis sedikit kaligrafi.”
“Apa di desamu ada begitu banyak kursus?”
“Oh.” Setelah memikirkannya, Xu Xinduo berbohong dengan sambil lalu, “Teman sekelasku yang mengajariku kaligrafi dan piano. Kami juga punya kelas musik.”
Shao Qinghe tersenyum dan berkata dengan ramah: “Aku percaya kalau kau berkata begitu.”
Xu Xinduo merasa kalau percakapan mereka sedikit melenceng dari topik, jadi ia bertanya: “Apa aku bisa memberinya scarf?”
“Setiap kali dia merayakan ulang tahunnya, dia menerima bermacam-macam hadiah. Bahkan scarf dari berbagai gaya dan warna.”
“Ah?” Xu Xinduo menjatuhkan kepalanya ke dalam lengannya dengan frustasi.
“Benar. Satu hal yang lebih menarik adalah ada beberapa gadis yang bahkan membeli perhiasan pasangan, yang akan mereka berikan satu pasangannya pada Mu Qingyi sementara pasangan satunya mereka simpan untuk diri mereka sendiri. Setelah mengetahui hal itu, Mu Qingyi biasanya tidak memakai benda-benda seperti itu.”
“Bagaimana kalau aku tidak memebrinya perhiasan tapi sesuatu yang lebih sederhana?” Xu Xinduo bertanya lagi.
“Jangan terlalu khawatir. Bahkan kalau kau memberikan gantungan baju pada Mu Qingyi, dia akan melepaskan seragamnya hanya untuk bisa menggunakannya.”
“OK, terima kasih. Aku akan memikirkannya baik-baik dan pergi ke mall setelah pulang sekolah.”
Xu Xinduo baru saja hendak berdiri dan meninggalkan kelas setelah ia selesai bicara, tapi gurunya baru saja berjalan masuk ke kelas. Gurunya adalah seorang wanita yang sangat cantik berusia tiga puluh tahunan. Dia berpakaian menggunakan Hanfu* dan terlihat tenang dan elegan.
(T/N: Hanfu adalah pakaian tradisional Tionghoa. Info lengkap tentang Hanfu bisa dilihat di sini:Hanfu
Ketika ia melihat Xu Xinduo, ia bertanya, “Apa kita punya teman kelas baru hari ini?”
Shao Qinghe membantu Xu Xinduo menjawab: “Dia datang kemari untuk melihat-lihat bagaimana kelas ini.”
“Kelas kami adalah kelas yang terbaik untuk mengasah karakter seseorang. Kau bisa menenangkan tubuh dan pikiranmu di sini. Kita mencoba untuk mengkultivasi tubuh kita dan meminum teh. Kalau sudah memutuskan untuk mengambil kelas ini, duduklah. Kita mulai kelasnya.”
Xu Xinduo tadinya berniat untuk pergi, tapi lalu ia berpikir kalau akan sangat tidak menghormati guru dan memutuskan tetap tinggal mengikuti kelas.
Setelah ia duduk, ia bertanya pada Shao Qinghe dengan suara lirih, “Apa kelasmu ini berisi tentang menuangkan teh berulang-ulang?”
“Bukan, di dalamnya juga termasuk mencicipi teh. Para murid akan mencoba berbagai macam jenis teh dan mencoba mencari keunikan rasa mereka sendiri. Guru juga akan memberikan informasi pada kami tentang berbagai jenis teh dan bagaimana membedakan jenis-jenis teh berasarkan bentuknya.”
Xu Xinduo hanya bisa mendengarkan pelajaran ini dengan serius.
Selama kelas berlangsung, Shao Qinghe selalu tersenyum sepanjang waktu dan berkali-kali memberikannya petunjuk. Sepertinya kemampuannya dalam seni teh tidak terlalu berbeda jauh dengan kemampuan guru.
Apa yang dikatakan Lou Xu memang benar. Shao Qinghe memberikan perasaan seorang laki-laki sejati. Dia terlihat sangat ramah ketika tersenyum kepada semua orang. Tak ada yang bisa melihat ada kekurangan apa pun pada dirinya.
Setelah selesai mengikuti kelas seni teh, Xu Xinduo pergi ke kelas kursus tambahan lainnya. Ketika ia memasuki sebuah kelas, ia melihat Tong Yan juga berada di sana bersama dengan Wei Lan dan Su Wei.
Rasanya luar biasa melihat kelas Jiu-jitsu bisa dipenuhi dengan gadis-gadis. Tentu saja, kebanyakan dari para gadis itu ada di sana untuk melihat Tong Yan dan Wei Lan.
Ia datang kemari untu mendapatkan nilai tambahannya. Ia memutuskan untuk mencari nilai tambahan di bidang aktivitas. Alasan utamanya adalah ia bagus dalam hal itu, jadi pasti bisa meningkatkan jumlah nilai tambahannya.
Namun, dikarenakan ini adalah pertama kalinya ia mengikuti kelas itu, guru khawatir kalau ia akan kesulitan, jadi ia diminta untuk berlatih tingkat dasar di samping gurunya selama kelas berlangsung dan melihat murid-murid lainnya berlatih.
Xu Xinduo tidak keberatan dan melakukan apa yang diminta gurunya. Ketika ia kadang-kadang melirik ke arah Tong Yan, ia menyadari bahwa Tong Yan terlihat marah.
Apa kau sebenci itu dengan hadiahku? Kenapa kau bersikap seperti ini?
Ia memutuskan untuk mengabaikan Tong Yan.
Semuanya masih tetap berjalan seperti itu hingga kelas berakhir. Setelah kelasnya selesai, murid-murid lain meninggalkan kelas, sementara u Xinduo masih merapikan tas sekolahnya. Ketika ia baru saja hendak pergi, ia dihentikan oleh Tong Yan dan ditanyai, “Mau bertarung?”
Xu Xinduo melihat tatapan provokasi si cowok. Ia sama sekali tidak takut, malahan ia bersemangat. Ia mangangguk dan berkata, “Oke!”
Sepertinya ada seseorang yang ingin menonton, Tong Yan memelotot padanya, membuat anak yang ingin menonton itu berlari pergi.
Wei Lan ingin tetap berada di sana, tapi ia diusir keluar oleh Tong Yan.
Xu Xinduo sudah sedari tadi melakukan gerakan ‘bridge’ jadi ia merasa sedikit lelah. Ia menghela nafas sejenak dan mengikuti Tong Yan ke atas matras.
(T/L: Salah satu jenis gerakan dalam olah raga Brazilian Jiu-jitsu.info lengkap lihat di sini: BJJ)
Tidak ada batas area untuk kompetisi di ruang kelas ini, tapi ada banyak matras. Ketika mereka berdua saling berhadapan, Tong Yan berkata: “Aku bisa mengalah padamu.”
“Tak perlu!” Xu Xinduo juga merasa sangat marah!
Mengatakan hal seperti dia akan mengalah padanya.
Tong Yan hanya ingin menahan Xu Xinduo dan menyelesaikan masalah dengannya. Namun, Xu Xinduo tidak bertindak layaknya seorang gadis. Tong Yan sama sekali tidak bisa mendapatkan kesempatan menangkis serangannya sama sekali. Ia juga merasakan kesakitan sekarang.
Mereka berdua akhirnya berakhir dengan posisi diam yang tampak aneh.
Xu Xinduo berbaring di matras, sambil mencengkeram Tong Yan. Satu tangannya mengunci erat tangan Tong Yan, sementara kedua kakinya melilit di sekeliling pinggang Tong Yan.
Tong Yan hanya bisa diam dan tak bisa bergerak sama sekali.
Mereka berdua seperti kepiting yang saling mencengkeram satu sama lain. Tidak ada yang bisa melepaskan diri atau bersedia melepaskan cengkeraman mereka. Mereka berada pada posisi yang saling terkunci.
Xu Xinduo yang pertaman berkata dengan marah: “Aku tidak mengerti kenapa kau sangat marah padaku. Berapa lama kau berencana marah padaku?”
“Kau pikir ini soal hadiahmu?”
“Benar, memangnya soal apa lagi!”
“Apa yang tadi kau lakukan dengan Shao Qinghe?”
“Aku menanyakan padanya hadiah apa yang rencananya akan dia berikan pada Mu Qingyi dan apa yang disukai Mu Qingyi. Tapi, gurunya masuk waktu aku mau kelaur kelas jadi terpaksa aku mengikuti kelas. Memangny apa yang salah dengan itu?”
Tidak ada!
Tong Yan benar-benar merasa sangat malu.
Tong Yan benar-benar sangat malu.
Namun tak lama kemudian, rasa malu Tong Yan berganti dengan kemarahan dan ia memanggil Xu Xinduo dengan nama panggilannya: “Xu Yanghua, dasar plin-plan!”
(T/L: ‘Yang’ berarti matahari, sementara ‘Hua’ berarti bunga. Ini biasanya digunakan untuk nama laki-laki.)
Pada nama Xu Xinduo, kata ‘Xin’ menggambarkan cahaya matahari pagi, sementara ‘duo’ berhubungan dengan bunga.
Tong Yan sudah sangat jarang memanggilnya seperti itu sejak ia sudah beranjak remaja, tapi sekarang ia memanggilnya dengan panggilan itu lagi.
Tak disangka, Xu Xinduo langsung melepaskan cengkeramannya dari posisi terkunci itu dan langsung mencengkeram leher Tong Yan dengan tangannya: “Kau panggil apa aku tadi?!”
“……” Tong Yan langsung terdiam.
Jika ia mengatakan kata-kata yang salah lagi, kemungkinan besar ia akan dicekik sampai mati oleh Xu Xinduo.
Ia hanya bisa menatap Xu Xinduo. Ia tidak tahu sejak kapan sabuk seragam Taekwondo Xu Xinduo terlepas, tapi seragam latihannya menjadi terbuka lebar, menampakkan kaos tank top di dalamnya. Tulang selangkanya yang menonjol, cerukan di tengahnya dan kulitnya yang halus terpampang jelas.
Tubuh Xu Xinduo sangat akrab dengan Tong Yan tapi ia tidak mengerti kenapa ia merasa tidak nyaman saat melihatnya sekarang ini?
Xu Xinduo meregangkan cengkeramannya dan menarik Tong Yan berdiri, tapi ia tidak pernah melepaskan pegangannya di leher Tong Yan.
Ia tetap memegang leher Tong Yan dengan sebelah tangannya, sementara ia bangkit berdiri dan lalu meraung: “Tong Yan, kalau kau memanggilku dengan nama itu lagi, aku akan membunuhmu!”
“Bibi Xu.” Bahkan seorang hero pun takut memprovokasi Yama (Dewa Kematian).
Xu Xinduo akhirnya melepaskan Tong Yan dan sudah hendak berjalan pergi keluar dengan marah, tapi tubuhnya ditarik kembali oleh Tong Yan.
Xu Xinduo tidak berbalik. Tong Yan mengulurkan tangannya dari belakang tubuhnya. Kelihatannya seperti seolah ia hendak memeluk pinggang Xu Xinduo dari belakang, tapi sebenarnya ia hendak membantunya memasang tali Taekwondo Xu Xinduo.
~o0o~
Kami juga buka donasi via gojek pay guys. Setiap Rp 10.000, kalian akan dapat 1 ekstra chapter. Dan kalian juga perlu nulis untuk buku apa kalian berdonasinya. QR codenya ada di halaman muka yaa
Donasi pada kami dengan Gojek!
