The Legitimate Daughter Doesn't Care! (Bahasa Indonesia) - Chapter 13
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/qHkcfMc
~o0o~
Happy reading^^
Xu Xinduo mengangguk dan bertanya, “Ada apa?”
“Kalau kau meminta maaf padaku sekarang juga, aku akan melepaskanmu.”
Xu Xinduo menatap Zhen Longtao lama, lalu mengulurkan tangan dan menyentuh kepala Zhen Longtao: “Tubuhmu cukup tinggi tapi kenapa kau tidak punya otak?”
Zhen Longtao dengan cepat menepis tangan Xu Xinduo: “Pergi.”
Xu Xinduo memiringkan kepalanya dan menatap ke arah gadis-gadis yang berdiri di belakang Zhen Longtao. Ia sama sekali tidak takut, bahkan menganggapnya menarik.
Salah satu gadis menatap Xu Xinduo dan pipinya tiba-tiba memerah. Dia memutuskan untuk tidak memukul wajahnya saat memukulinya.
“Jangan membuat masalah di sini. Ada anak-anak di sini dan itu akan meninggalkan pengaruh buruk bagi mereka. Ayo pergi kesana.” Xu Xinduo berkata sambil ia menginjak skateboardnya lagi dan bermain skateboard menuju tempat yang tidak terlalu banyak orang.
Zhen Longtao berteriak dengan percaya diri, “Jangan berani-berani kau kabur!”
Seorang biksu bisa melarikan diri, tapi kuil tidak bisa*.
(T / N: Artinya meskipun seseorang menghindari sesuatu untuk sementara waktu, tapi tidak bisa menyingkirkannya karena kesulitan lain.)
Xu Xinduo akhirnya berhenti di belakang sebuah patung. Tidak terlalu banyak orang di sekitar tempat itu dan lebih tenang.
Ia memegang skateboard di tangannya dan melihat Zhen Longtao serta gadis-gadis lainnya mendekat. Setelah Zhen Longtao tiba, ia bertanya, “Apa yang kau inginkan?”
“Kau meminta maaf kepadaku …” kata Zhen Longtao.
“Tidak mungkin, aku tidak melakukan kesalahan apa pun. Ayo mulai bertarung. ” Xu Xinduo langsung menjawab seolah-olah percakapan sebelumnya hanyalah formalitas.
Zhen Longtao berkata kepada gadis-gadis yang dibawanya: “Itu dia. Jangan kasih ampun. Aku akan membayar biaya pengobatan kalian. “
Namun, sebelum pertarungan dimulai, sekelompok orang datang menyapa Zhen Longtao.
Kelompok ini dipimpin oleh seorang cowok dengan gaya rambut cepak merah yang cukup terkenal di Cina Timur Laut. Cowok itu memakai rantai emas besar di lehernya, kaos hitam, celana jins ketat, dan sepasang sepatu pantofel.
“Oh, bukankah ini Zhen Longtao? Kenapa kau akhir-akhir ini tidak datang memberi salam pada Kakak Xiong?” Cowok berambut merah itu mengambil berinisiatif untuk menyapa Zhen Longtao.
Ekspresi Zhen Longtao seketika berubah setelah melihatnya.
Cowok itu adalah seorang taipan lokal yang menjalankan bisnis KTV di sekitar tempat itu, tapi ada banyak remaja cowok yang bersamanya. Zhen Longtao mencari bantuan cowok ini karena suatu alasan, tapi sekarang dia menjadi terjerat dengannya. Cukup menyedihkan.
“Kakak Xiong”. Zhen Longtao memberi salam.
“Nah, apa yang kau lakukan di sini?” Ketika Kakak Xiong bertanya, matanya melirik ke arah Xu Xinduo.
“Tak ada yang serius.”
“Kau ingin mengusirku.” Kakak Xiong mendekati Zhen Longtao dan berkata, “Aku belum menghitung hutangmu yang terakhir kali, bukan? Apa menurutmu aku bodoh? “
“Bisakah aku datang ke tempatmu dan menjelaskan kepadamu lain kali?”
Kakak Xiong tidak mau mendengarkannya. “Itu yang kau katakan terakhir kali. Aku sudah menunggu selama tiga bulan! “
Setelah dia selesai mengatakan itu, dia memukul Zhen Longtao.
Gadis di sebelah Zhen Longtao ingin menghentikan perkelahian tapi dia merasa takut pada orang-orang yang ada di sekitar Kakak Xiong.
Xu Xinduo bersikap seolah-olah ia sedang menonton pertunjukan. Ia berjalan ke samping dan berhenti di depan Lou Xu. Lalu ia berdiri di sana menyaksikan Zhen Longtao dipukuli.
“Apa kau ingin memanggil polisi?” Lou Xu bertanya.
“Biarkan dia dipukuli beberapa kali lagi. Dia pantas mendapatkannya. ” Xu Xinduo tidak peduli.
Kalau cuma meninju dan menendang, Xu Xinduo hanya akan melihatnya dari pinggir tanpa ikut campur sama sekali.
Namun, Zhen Longtao meninju Kakak Xiong saat dia melawan, yang membuat Kakak Xiong marah. Kakak Xiong benar-benar mengeluarkan pisau dari sakunya.
Xu Xinduo mengambil skateboardnya dan menendangnya ke depan. Skateboard itu berhenti tepat di depan Zhen Longtao, berhasil menangkis pisaunya.
Kakak Xiong menanggapi dengan cepat dan memandang Xu Xinduo. Dia mendengar Xu Xinduo berkata, “Kau bisa menghajarnya sebanyak yang kau mau tapi jangan gunakan pisau. Ada banyak orang di sini. Sepertinya seseorang sudah memanggil polisi. “
“Kau temannya?”
“Bukan, kami tadi mau bertarung tapi kau ikut campur.”
Kakak Xiong terhibur oleh Xu Xinduo. Dia berhenti untuk menatap lebih lekat pada Xu Xinduo dan bertanya, “Siapa namamu?”
“Apa kau sudah selesai bermain? Aku pergi.”
“Gadis kecil, Kakak ini orangnya pemarah. Kalau kau mau pergi minum-minum denganku, aku akan melepaskannya. Bagaimana menurutmu?”
Zhen Longtao dipegangi oleh anak buah Kakak Xiong, jadi dia mendekati Xu Xinduo dan mencoba menyentuh dagunya.
Dahi Xu Xinduo mengkerut . Melihat Kakak Xiong meraih dagunya, ia langsung menampar tangannya. Setelah itu, ia mengangkat kakinya dan menendang lengan Kakak Xiong, membuat pisau itu jatuh dari tangannya.
Xu Xinduo menangkap pisau itu dengan gerakan yang cepat, meraih pergelangan tangan Kakak Xiong dengan tangan satunya dan dengan cepat menariknya ke belakang tubuhnya. Ia lalu menekan tubuhnya ke tanah dan meletakkan ujung pisau di ujung pupuil mata Kakak Xiong: “Berani kau menyentuhku, aku akan menusukmu.”
“Sialan kau …” Gaya berkelahi Kakak Xiong sama sekali tidak ortodoks. Dia bukanlah seseorang yang bisa dikalahkan oleh sembarang orang.
Memang benar gadis-gadis dari sekolah olahraga itu sudah melakukan latihan dengan keras, tapi agak sulit bagi mereka untuk mengalahkan seseorang yang tidak mengikuti aturan apa pun.
Xu Xinduo berbeda. Ia tidak hanya memiliki kekuatan tetapi juga pengalaman. Ia bahkan tidak bisa menghitung berapa kali ia berhadapan dengan situasi seperti ini dalam beberapa tahun terakhir.
Kakak Xiong tak tahan ditekan di tanah terus-menerus dan ia ingin mengumpat. Namun, setelah melihat ujung pisau itu bergerak semakin dekat, ia menutup mulutnya dan menelan air liur.
Mu Qingyi dan Shao Qinghe datang ke Shiyan Square menggunakan mobil. Setelah mereka menemukan Xu Xinduo, mereka melihatnya menggunakan skateboard untuk menolong Zhen Longtao menangkis pisaunya dan kemudian memukul Kakak Xiong.
Tiba-tiba mereka berdua berhenti dan memutuskan untuk menonton semuanya dari jauh.
Pada saat ini, Mu Qingyao dan Lu Renjia juga tiba. Ketika mereka memasuki kerumunan dan melihat adegan itu, mereka hanya bisa terkejut.
Semuanya tidak seperti yang mereka duga.
Xu Xinduo dan Kakak Xiong tidak memiliki dendam dan kebencian di antara mereka. Oleh karena itu, Xu Xinduo melepaskan Kakak Xiong setelah menarik pisaunya. Dan akhirnya, ia membuang pisau itu.
Kakak Xiong dikalahkan oleh seorang gadis kecil. Mana mungkin dia bisa terima begitu saja? Dia langsung berteriak: “Siapa kau? Berani cari masalah denganku ?! “
Saat ini, sekelompok orang yang mengendarai sepeda motor tiba Shiyan Square. Pemimpin mereka langsung masuk ke kerumunan bahkan tanpa turun dari sepeda motor. Melihat sepeda motor itu, penonton langsung menyingkir.
Di bawah tatapan semua orang, pria itu mengendarai sepeda motor ke sisi Xu Xinduo dan kemudian berhenti.
Sepeda motor itu jenis Ducati hitam dengan tampilan yang sangat menarik. Setelah berhenti, pria itu menopangnya dengan satu kaki. Kakinya ramping, membuat orang terpesona melihatnya.
Pria itu melepas helmnya, dengan santai mengatur gaya rambutnya dan bertanya sambil melihat ke arah Kakak Xiong, “Apa yang kau tanyakan tadi? Aku tidak mendengarmu dengan jelas. “
Ketika Kakak Xiong melihat Tong Yan, sebuah senyuman muncul di wajahnya. Namun, ekspresinya langsung berubah ketika ia mendengar pertanyaan Tong Yan: “Tuan Muda Tong, kenapa Tuan muda bisa ada di sini?”
Tong Yan menyerahkan helmnya kepada Xu Xinduo dan berkata, “Kenapa kau tidak mencariku kalau ingin bermain, malah cari teman sebangkuku?”
Saat Tong Yan mengatakan itu, dia menarik Xu Xinduo ke sisinya.
“Oh, jadi dia teman Tuan Muda Tong. Maafkan saya karena tidak sopan. Ini semua adalah kesalahpahaman.” Kakak Xiong menjawab dan bergegas pergi bersama gengnya.
Jika Kakak Xiong adalah ular lokal, maka Tong Yan adalah naga lokal. Kakak Xiong bekerja mencari nafkah di bawah rantai bisnis keluarga Tong.
Xu Xinduo memegang helmnya dan menoleh untuk melihat Tong Yan. Tong Yan tersenyum licik padanya: “Aku dengar kau dalam masalah jadi aku datang ke sini untuk membantu …”
“Begitu?” Xu Xinduo bertanya.
“Ayo makan denganku.”
“Tidak mau.”
“Kenapa?.”
Xu Xinduo sedikit kesal dengan gosip yang menyebar di sekolah Jiahua baru-baru ini. Ia tidak ingin terlibat dengan Tong Yan.
Xu Xinduo menjawab dengan nada kesal, “Aku tidak ingin mendengar gosip lagi tentangku.”
“Ha?” Tong Yan tidak mengerti. Ia turun dari sepeda motor dan bertanya, “Gosip apa?”
“Mereka bilang aku tergila-gila padamu dan tanpa tahu malu jadi teman sebangkumu.”
Tong Yan sangat senang setelah mendengarkannya tapi ia berkata sambil menghela nafas, “Kedengarannya menakutkan.”
“Humph…”
Saat itu, beberapa sepeda motor perlahan tiba. Setelah tiba, Wei Lan melepas helmnya dan berkata kepada Xu Xinduo, “Maaf, Yang Mulia atas keterlambatan saya.”
Setelah ia berkata begitu, matanya tertuju pada Lou Xu. Ia menyapanya dengan senyuman setelah ragu-ragu untuk beberapa saat: “Xu juga ada di sini.”
Xu Xinduo pergi untuk mengambil kembali skateboard Lou Xu. Papan luncur itu telah rusak karena pisau itu. Ia hanya bisa berkata kepada Lou Xu: “Aku akan mengganti skateboardmu.”
“Tidak masalah.” Lou Xu dengan cepat melambaikan tangannya tapi matanya diam-diam memperhatikan Tong Yan.
Tong Yan memakai pakaian santai berwarna hitam yang sangat cocok dengan sepeda motor hitamnya. ‘Dia sangat tampan. Ah, hati perempuanku … ‘
Entah kenapa, Tong Yan mengambil inisiatif untuk bicara pada Lou Xu: “Lou Xu, kan? Ayo kita makan malam bersama-sama, kau mau? “
Sanggupkah Lou Xu menolak pria tampan?
Jelas, dia tidak bisa. Dia setuju dengan sangat cepat: “Oke!”
“Kalau begitu, kau naik motor dengan Wei Lan.”
“Ah?” Lou Xu memandang Wei Lan dan Wei Lan tampaknya juga tidak mau.
Wei Lan berkata dengan suara rendah, “Aku akan membonceng Xinduo, sementara kau membonceng Luo Xu. Lagipula, akan sulit untuk dua orang (Xu Xinduo & Luo Xu) duduk di sepeda motorku.”
AKhirnya, Xu Xinduo melempar skateboard itu ke samping dan berkata kepada Tong Yan, “Katakan tempatnya.”
“Franca.”
Xu Xinduo langsung naik ke atas motor Tong Yan. Setelah duduk dengan kokoh, ia mengencangkan helmnya dan menyalakan sepeda motor.
Tong Yan segera berdiri di sampingnya dan bertanya, “Bagaimana denganku?”
“Kudengar kalau aku naik motor pakai rok terakhir kali?”
Tong Yan langsung terbatuk: “Roknya kutekan dengan kuat.”
“Oh benarkah!” Selesai berkata begitu, Xu Xinduo menyalakan sepeda motornya dan pergi.
Xu Xinduo sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Tiba-tiba, sepeda motor itu berbelok tajam dan melaju menuju Zhen Longtao. Tetapi, sepeda motor itu berhenti mendadak tepat di depan Zhen Longtao, menyebabkan roda belakang motor terangkat ke udara.
Zhen Longtao sangat takut dengan aksi yang tiba-tiba ini, hingga ia menarik dirinya ke belakang dan hampir kencing di celananya. Ia tidak pernah merasa begitu takut sepanjang hidupnya.
Xu Xinduo tidak berencana untuk memukul Zhen Longtao dan pergi setelah membuatnya takut. Tetapi ketika sepeda motornya mendekati Mu Qianyi dan Shao Qinghe, ia berbalik dan melirik mereka.
Setelah Xu Xinduo pergi, Tong Yan akhirnya berjalan menuju motor Su Wei. Ia memakai helm cadangan dan mengikuti Xu Xinduo dengan membonceng Su Wei.
Wei Lan menoleh ke arah Lou Xu dan melambai: “Ayo.”
Lou Xu tidak akan mau pergi dengan Wei Lan jika bukan karena Tong Yan. Ia naik ke atas motor Wei Lan dan meletakkan skateboard di tengah antara mereka.
Semua orang lain yang ikut dengan mereka juga pergi. Situasinya kembali tenang, tapi tidak dalam hati beberapa orang.
♠♠♠
Lu Renjia tercengang.
Dia melihat aksi heroik Xu Xinduo dan kedatangan Tong Yan yang tiba-tiba untuk mempertahankan citra Xu Xinduo dengan matanya sendiri.
Tong Yan memiliki karakter yang sangat menyebalkan. Dia tidak pernah mengikuti siapa pun, tapi dia begitu saja tersenyum sangat tampan pada Xu Xinduo.
Tong Yan benci jik ada orang lain yang mendekatinya dan bahkan mengalami gangguan obsesif-kompulsif, tapi dia hanya memberikan helmnya kepada Xu Xinduo. Ketika ia melihat Xu Xinduo pergi dengan motor kesayangan Tong Yan, dia tidak marah sama sekali. Matanya bahkan memiliki ekspresi yang memanjakan.
Siapa pun bisa melihat kalau Tong Yan tidak hanya tidak membenci Xu Xinduo, tapi juga sudah terbiasa dengannya.
‘Bukankah Tong Yan membenci Xu Xinduo?’
‘Bagaimana Xu Xinduo bisa mendapatkan perhatian baik dari Tong Yan?’
‘Apa mereka sudah saling akrab satu sama lain?’
Lu Renjia merasa ada sesuatu di dalam hatinya yang hancur dan remuk sedikit demi sedikit.
Air mata mengalir di pipinya.
Xu Xinduo hanyalah putri angkat. Dia baru berada di sini selama beberapa hari. Bagaimana mungkin!
Bagaimana mungkin?
Ia tidak bisa menerimanya!
~o0o~
Kami juga buka donasi via gojek pay guys. Setiap Rp 10.000, kalian akan dapat 1 ekstra chapter. Dan kalian juga perlu nulis untuk buku apa kalian berdonasinya. QR codenya ada di halaman muka yaa
Donasi pada kami dengan Gojek!
