The Legitimate Daughter Doesn't Care! (Bahasa Indonesia) - Chapter 07
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/qHkcfMc
~o0o~
Happy reading^^
Lou Xu tinggal di sekolah dan juga makan malam di sekolah.
(T/N: Sekolah Internasional Jiahua menyediakan layanan asrama juga.)
Setelah makan malam, ia pergi ke bagian gedung dengan kamar tidur tunggal. Saat ia sampai di lantai tempat kamarnya berada, ia melihat Xu Xinduo berdiri di pintu kamarnya.
Kamarnya cukup jauh dari tangga, tapi Lou Xu bisa menebak bahwa orang itu adalah Xu Xinduo hanya dengan sekali lihat. Tinggi tubuhnya 175 cm dan memiliki kaki yang ramping yang sangat menarik mata. Ia menegang sejenak, lalu mundur ke koridor. Ia mengambil ponselnya, membuka kamera depan, dan merapikan rambutnya. Setelah yakin tidak ada masalah dengan penampilannya, ia berjalan lagi mendekati Xu Xinduo dan bertanya padanya, “Apa kau sedang menungguku?”
Xu Xinduo tersenyum setelah melihatnya. Ia mengangguk dan bertanya, “Bolehkah aku masuk? Aku sudah menunggu setengah jam.”
Lou Xu segera mengambil kuncinya untuk membuka pintu dan berkata dengan sedikit penyesalan: “Aku suka mengobrol dengan teman-temanku setelah makan malam. Aku tak menyangka kau akan menungguku. Ada apa kau datang mencariku?”
Sebenarnya, Xu Xinduo tidak punya urusan apapun. Ia mengulurkan tangan dan memberikan Tanghulu (permen buah) pada Lou Xu:”Aku membelinya untukmu .”
Lou Xu merasa agak aneh memegang Tanghulu. Ia menatap Xu Xinduo dan menunggu penjelasannya.
Xu Xinduo berkata: “Tanghulu ini sangat enak. Setiap kali aku datang kemari, kalau aku punya waktu, aku selalu membeli banyak Tanghulu. tak ada biji di dalamnya. Dan lagi, buah Hawthorn Berry-nya dipilih dengan sangat hati-hati dan sangat enak.”
“Oh… Terima kasih. “Lou Xu masih tidak mengerti, tapi ia menerimanya .
‘Setiap kali dia datang ke sini?’
‘Bukankah Xu Xinduo baru pindah kemari beberapa hari yang lalu?’
Xu Xinduo berkata: “Aku tahu kalau kau tadi datang untuk menyampaikan pesanmu padaku. Aku membelinya khusus untukmu. Aku ingin berbagi makanan ringan favoritku denganmu sebagai tanda terima kasih.”
Lou Xu adalah tipe orang yang sangat emosional. Ia merasa tersentuh oleh perbuatan Xu Xinduo
Lou Xu merona dan berkata: “Padahal, itu cuma hal sepele. Aku hanya tidak suka tindakan mereka.”
Xu Xinduo menghargai kebaikan seperti ini, jadi ia datang secara khusus untuk berterima kasih kepada Lou Xu.
Xu Xinduo tersenyum saat ia bertanya: “Siapa namamu ?”
“Lou Xu!”
“Oh, Nama yang bagus . Namaku Xu Xinduo.”
Lou Xu merasa malu lagi dan hanya bisa mengatakan kepada Xu Xinduo: “Kenapa kau bisa bicara dengan ringan pada cowok seperti Wei Lan?”
“Apa kau mengenalnya?” Xu Xinduo tidak begitu menyadarinya. Apa karena ia sudah lama berteman dengan Wei Lan (saat ia berada di dalam tubuh Tong Yan) sehingga ia tidak menyadarinya?
“Ya, aku kenal dia.”
“Oh… Teman SMA-mu?” Ada banyak sekali murid di Sekolah Internasional Jiahua.”
“Aku mantan pacarnya .”Lou Xu menggigit Tanghulu dan berkata terus terang .
Itu bukan kejutan.
Xu Xinduo tahu Wei Lan punya banyak pacar.
Lou Xu mendadak memikirkan sesuatu dan bertanya kepada Xu Xinduo, “Apa dia mengejarmu? Kau bisa bermain-main dengannya untuk beberapa lama. Dia pandai membuat orang tertawa. Namun, dia tidak tulus.”
Xu Xinduo terkejut dengan sikap Lou Xu yang begitu acuh tak acuh. “Apa dia sudah menyakitimu?””
Lou Xu, yang sedang makan Tanghulu, menggelengkan kepalanya dan berkata: “Tidak, aku tidak menganggap hubungan itu serius . Aku hanya berpikir dia tampan. Waktu aku melihat wajah tampannya, aku jadi ingin berkencan dengannya.”
Xu Xinduo tertegun: “Apa kau yakin?”
“Ya, seperti yang kubilang, dia tampan. Aku tidak merasa kehilangan apapun waktu kami putus.” Ia merenungkannya dan menambahkan, “Tapi aku bukan cewek yang biasa saja. Aku cewek yang berprinsip. Aku hanya jatuh cinta dengan cowok yang tampan.”
Untuk pertama kalinya, Xu Xinduo benar-benar merasa bahwa ia anak kampung dan tidak mengerti remaja kota
Namun, ia masih merasa ini sangat menarik dan hanya bisa mengaguminya: “Yah, kau punya pemikiranmu sendiri.”
“Jangan dibahas lagi.” Lou Xu berkata dengan jujur, “Aku ingin mengingatkanmu kalau kau juga cantik, jadi kita bisa berteman.”
‘Gadis ini benar-benar terlalu jujur.’
Lou Xu menyadari bahwa Xu Xinduo sedikit terkejut, jadi ia tidak melanjutkan. Bahkan, selama Xu Xinduo setuju, ia tidak keberatan ngobrol dengannya.
Selama Xu Xinduo tidak menjelek-jelekannya, ia tidak akan peduli jika dia punya sepuluh atau delapan pacar di saat yang bersamaan. Mereka akan menjadi teman yang baik. Selain itu, setelah ia ngobrol dengan Xu Xinduo, ia bisa melihat wajah cantik Xu Xinduo dan menyegarkan ulang suasana hatinya
‘Selama punya wajah tampan/cantik, dia bisa menjadi temanku.’
Xu Xinduo berterima kasih pada Lou Xu sekali lagi. Setelah duduk dan beristirahat beberapa saat, ia bersiap untuk pergi.
Ketika Lou Xu mengantarnya keluar, ia bertanya, ” Bisakah aku meng-Add-mu sebagai teman di WeChat? Dengan begitu, kita akan lebih mudah untuk ngobrol.”
“Oke.” Xu Xinduo tak peduli. Ia dan Lou Xu meng-Add satu sama lain di WeChat, dan lalu Xu Xinduo pergi
Keesokan harinya, sekolah menghentikan Kelas Hobi saat masih sore hari. Semua siswa dari masing-masing kelas tinggal di kelas mereka, menyalakan proyektor, dan melihat siaran langsung dari Kompetisi Piano Asia.
Hari ini, Tong Yan dari sekolah mereka akan berpartisipasi di final.
Tak diragukan lagi ini adalah peristiwa besar yang akan membawa nama harum bagi sekolah. Sekolah sangat menganggap penting kompetisi ini. Bahkan membuat pengumuman untuk wajib menonton siaran langsung.
Xu Xinduo memegang ponsel di tangannya dan melihat ke layar besar.
Siaran langsung itu mengudara di platform lokal saja. Tentu saja, hal itu bertujuan untuk lebih memperhatikan pesaing lokal dan kadang-kadang, juga membidik Tong Yan guna menunjukkan statusnya.
Wajah tampan Tong Yan muncul di layar besar. Ia memegang ponsel di tangannya. Ia sesekali melirik ponselnya dan melihat ke arah para pemain peserta kompetisi.
Seseorang tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri dan berkata, “Aku tidak tahu apa karena layarnya yang besar, tapi kalau lihat wajah Tong Yan di layar, aku merasa dia seperti karakter pahlawan dalam film.”
Dia bukanlah satu-satunya orang yang merasa seperti itu. Ketika semua orang melihat Tong Yan di layar, mereka merasa seolah-olah mereka sedang menonton film dan Tong Yan adalah tokoh utama dari film itu.
Sikapnya yang sombong dan pemberontak. Matanya yang penuh kepercayaan diri dan pada saat yang sama acuh tak acuh.
Dia terlihat elegan, seperti vampir di film-film klasik. Dia tampak menarik namun, berbahaya.
Beberapa gadis di kelas mendesah saat mereka berbisik: “Ahh, Kakak Yan Tampan sekali.”
“Aku tidak berani melihatnya seperti biasa. Ini pertama kalinya aku melihatnya begitu berhati-hati.”
Xu Xinduo melihat pesan di ponselnya: Ah, menyebalkan banget.
Melihat remaja yang tampak di layar besar itu, rasanya sulit membayangkan kalau dia mengirim pesan seperti itu ketika terlihat begitu tampan memukau.
Xu Xinduo membalas: Gugup?
Tong Yan: Bukan aku juga yang melakukannya.
Xu Xinduo: Ayo kita bertukar.
Tong Yan: Oke.
Tubuh Tong Yan sedikit bergetar. Lalu ia mengubah posisi duduknya dari bersilang kaki menjadi duduk tegak.
Pada saat yang sama Tong Yan masuk ke tubuh Xu Xinduo, ia melihat ke proyektor dan menyadari ternyata ia sedang menonton siaran langsung di kelas. Ia berteriak: “WTF!”
‘Kenapa sih sekolah terlalu melebih-lebihkan acara ini?’
Ia menutupi wajahnya dengan malu. Sedikit tak tertahankan. Xu Xinduo akan berpartisipasi dalam kompetisi. Menurutnya, dia tak akan merasa ragu-ragu jika malakukan kompetisi menggunakan tubuh Tong Yan. Tong Yan hanya bisa menyetujuinya. Sebagai hasilnya, selama bertahun-tahun ada semua jenis piala di kamarnya. Semua orang berpikir bagaimana dia bisa begitu tampak elegan, padahal hobinya hanya marah-marah.
Pada saat ini, Wei Lan memalingkan kepalanya dan mengajaknya bicara: “Dia itu teman satu mejamu, Tong Yan. Dia itu cowok yang rewel banget.”
Tong Yan menatap Wei Lan, dan ekspresinya berubah seketika.
‘Waktu aku lagi gak di Cina, apa itu yang selalu kau katakan tentangku?’
Wei Lan sudah lama terbiasa dengan keengganan Xu Xinduo dalam bicara, jadi dia melanjutkan bicaranya: “Kalau emosi Kakak Yan kita ini sedikit lebih baik, gak mungkin ratingnya bisa seburuk ini.”
“Benarkah?” Tong Yan menjawab dengan dingin .
“Tentu saja. Kalau kau bisa bersikap lebih imut sedikit saja, akan ada banyak orang yang mengejarmu, jadi jangan tertipu dengan Zhen Longtao.”
Tong Yan tidak tahu tentang kejadian ini, jadi ia hanya bisa mengangkat alisnya. Lalu ia mencoba mengingat-ingat dengan cermat siapa Zhen Longtao.
Wei Lan mendekat dan melanjutkan berkata: “Tapi bicara soal itu, aku masih iri dengan Zhen Longtao. Setidaknya, dia bisa sedikit menyentuh tanganmu. Aku bahkan belum pernah menyentuhnya.”
Setelah berkata begitu, dia mengulurkan tangannya, berniat menyentuh tangan ‘Xu Xinduo’.
Tong Yan segera menarik tangannya dan menatap Wei Lan dengan jijik. Di saat yang sama, ia merasa sangat marah.
‘Apa-apaan ini? Berpegangan tangan?’
Wei Lan dan Xu Xinduo hanya bertemu beberapa kali sebelumnya. Dulu, waktu Tong Yan mengajak Xu Xinduo keluar dan diam-diam merayakan ulang tahunnya yang ke-16. Waktu berikutnya saat nenek Xu tidak merasa sehat jadi dia mengunjunginya di rumah sakit.
Dua kali Ini, Wei Lan dan Xu Xinduo tidak memiliki kontak fisik. Mereka bertemu secara terburu-buru dan berpisah juga dengan terburu-buru.
Tangan yang belum Wei Lan sentuh ditarik oleh cowok bernama Zhen Longtao?!
Tong Yan sangat marah sampai-sampai ia mengepalkan tangannya untuk meredakan amarahnya.
‘Siapa Zhen Longtao?!’
Saat ini, ada seseorang berbisik di kelas: “Kakak Yan akan naik ke panggung!”
“Ahh, tampannya!”
Ketika “Tong Yan” naik ke panggung dan mulai bermain, Wei Lan tidak lagi melihat ke belakang dan menyaksikan permainan piano itu dengan serius.
Ada keheningan yang sangat langka di dalam kelas. Semua orang menonton remaja itu bermain melalui layar. Saat ini, seluruh siswa dari semua kelas di sekolah ini sedang menonton pertunjukan ini.
Musik adalah refleksi keindahan nada.
Remaja di layar itu tampak elegan dan tenang. Fitur wajahnya memiliki dampak visual yang kuat, yang menimbulkan perasaan merona, kaya, dan cantik pada orang lain.
Setelah pertunjukannya selesai, Wei Lan berbalik lagi ke belakang dan berkata, “Kakak Yan terlihat tenang seperti biasa.”
Kemudian ia melihat gadis cantik itu sedang bermain-bermain dengan ponselnya. Ia mengamati dan barulah ia menyadari bahwa” Xu Xinduo ” sedang memeriksa catatan siswa.
“Si bocah Zhen itu, dari kelas mana dia?” Tanya Tong Yan.
“Senior Kelas Dua .”
Tong Yan cepat-cepat membuka catatan Kelas Dua dan tak butuh lama ia menemukan foto Zhen Longtao. Ia melihatnya sekilas, lalu berkata, “Bawa Su Wei dan yang lainnya. Ikut denganku.”
Wei Lan: “???”
Tong Yan bermaksud mengambil tongkat baseball dari lokernya . Ada pikiran lain dalam hatinya yang tidak ia ucapkan: ‘Aku akan menghancurkan sampah itu!’
Sebelum pergi, ia melihat kembali di layar besar dan melihat tubuhnya sedang mengangkat tetepon. Ia kembali ke kursinya dan melihat pesan di WeChat: Mau tukaran tubuh lagi?
Pikirannya akhirnya tersadar dan mengetik balasan: Kau yang memenangkan hadiahmu sendiri, jadi terimalah sendiri juga.
Xu Xinduo memperingatkannya dengan mengirim pesan lain: Yah, aku tidak akan pulang dengan Mu Qingyao.
Tong Yan mengetik dengan cepat dan bertanya: Kenapa?
Xu Xinduo: Baru-baru ini, dia membantu seseorang bernama Zhen Longtao untuk mengejarku. Dia sengaja menolak membiarkanku masuk ke dalam mobil dan meminta Zhen Longtao untuk mengantarku. Aku malas naik taksi.
Tong Yan membaca pesan itu dan memahami situasinya. ‘Apa si Zhen Longtao ini akan muncul sepulang sekolah?’
Wei Lan yang masih penasaran bertanya: “Ada apa Duoduo?”
(T/N: “Duoduo” adalah cara yang lebih intim untuk memanggil nama Xu Xinduo.)
‘Apa-apaan ini?’
“Tak apa-apa .” Jawab Tong Yan.
~o0o~
Kami juga buka donasi via gojek pay guys. Setiap Rp 10.000, kalian akan dapat 1 ekstra chapter. Dan kalian juga perlu nulis untuk buku apa kalian berdonasinya. QR codenya ada di halaman muka yaa
Donasi pada kami dengan Gojek!
