Full Marks Hidden Marriage: Pick Up a Son, Get a Free Husband [Bahasa Indonesia] - Chapter 980

Guan Ziyao akhirnya menelponnya kemarin tapi dia masih membicarakan Lu Tingxiao. Dia sudah mencoba semua ide Lu Tingxiao untuk mendekati wanita tetapi tidak ada yang berhasil!

Salah satu alasan utamanya adalah dia tidak bisa tetap cuek dan tenang di depan Guan Ziyao. Dia merasa lelah dengan gejolak emosional yang harus dia lalui …

“Aku tidak bisa,” Lu Tingxiao menolak dengan lugas.

“Sedang sibuk apa?” Mo Lingtian bertanya.

“Aku sibuk berdebat dengan istriku,” kata Lu Tingxiao, tiba-tiba mengakhiri panggilan setelah itu.

Mo Lingtian terdiam.

Meskipun dia mengatakan mereka sedang berdebat, tapi mengapa dia seakan-akan menikmatinya? Seolah mereka saling menggoda? Aku berharap suatu hari aku bisa berdebat dengan Guan Ziyao di tengah malam ?!

…

Di ruang tamu villa keluarga Guan.

“Bagaimana hasilnya, Ziyao? Apakah kau sudah memberi tahu Lu Tingxiao?” Guan Rui bertanya.

Guan Ziyao mengangguk. “Aku takut dia akan merasa canggung jika aku memberitahunya melalui telepon, jadi aku mengiriminya pesan dan email. Sepertinya dia sudah melihat foto itu tetapi dia belum menelpon balik.”

Guan Rui sudah menduganya. “Dia laki-laki. Dia butuh waktu untuk mencerna sesuatu seperti ini. Ini kesempatan bagus untukmu. Cobalah untuk lebih agresif, habiskan waktu dengannya. Jangan biarkan kesempatan ini lenyap! Kau mengerti maksudku?”

Guan Ziyao mengangguk. “Aku tahu apa yang harus kulakukan.”

Guan Rui memandangnya dengan bangga. Dia tahu putrinya tidak akan mengecewakannya.

Setelah kembali ke kamarnya, Guan Ziyao pergi ke balkon dan menelpon Mo Lingtian.

Karena Mo Lingtian baru saja ditolak oleh Lu Tingxiao, dia tidak berharap teleponnya berdering. Yang membuatnya bersemangat, itu adalah panggilan dari Guan Ziyao! Dia benar-benar menelponnya selarut ini!

Mo Lingtian merasa bersemangat kembali tetapi dia sudah belajar dari pengalaman sebelumnya, jadi dia menekan emosinya dan bertanya dengan hati-hati, “Hei, Ziyao. Ada apa?”

“Tidak banyak, hanya berpikir cuaca cukup baik akhir-akhir ini, jadi aku ingin mengajak beberapa teman untuk pergi hiking dan berkemah. Apakah kau tertarik?” Guan Ziyao bertanya.

Mo Lingtian terkejut. Saat dia hampir setuju, dia ingat taktik Lu Tingxiao, jadi dia berkata dengan tenang, “Kapan? Aku akan memeriksa jadwalku.”

“Besok ada liburan dua hari, bagaimana?”

“Besok … aku mungkin bisa, baiklah!” Mo Lingtian berusaha tetap tenang.

“Itu bagus! Bisakah kau juga bertanya pada Lu Tingxiao, apa dia juga ingin pergi?”

Ekspresi bahagia Mo Lingtian membeku di wajahnya. “Lu Tingxiao … dia mungkin tidak akan pergi …”

“Kenapa tidak?” Guan Ziyao bertanya.

“Dia berkelahi dengan Ning Xi, jadi dia mungkin tidak mau.” Jelas Mo Lingtian tidak ingin menanyakan hal itu pada Lu Tingxiao.

“Mereka berkelahi…?” Guan Ziyao curiga itu pasti tentang foto-foto itu. Dia melanjutkan, “Kalau begitu dia justru harus keluar untuk bersantai! bukankah dia suka pergi hiking ketika merasa sedih? Lingtian, bantu aku bertanya padanya, bisakan? Tolong?”

Guan Ziyao berpikir dengan hati-hati. Dia tahu bahwa dia harus proaktif tetapi tidak berlebihan. Dari pengalamannya, Lu Tingxiao tidak pernah menyukai wanita yang terlalu agresif. Seseorang harus mendekatinya secara perlahan dan alami, jadi dia memutuskan untuk meminta Mo Lingtian mengajaknya kencan; itu solusi terbaik saat ini.