Full Marks Hidden Marriage: Pick Up a Son, Get a Free Husband [Bahasa Indonesia] - Chapter 1796

Selain itu, setelah dia bangun, Ning Xi masih memiliki satu hal yang sangat penting untuk dilakukan!

Itu adalah satu hal yang dia sesali karena tidak melakukannya lebih dulu sebelum dia mengalami koma.

Ning Xi memikirkan sesuatu dan kemudian menarik tangan Lu Tingxiao. Wajahnya berbinar-binar.  

“Sayang, ikuti aku. Aku melihat tempat dengan pemandangan yang sangat indah. Tempat ini sangat cocok untuk bersantai. Aku akan membawamu ke sana untuk melihat-lihat, oke?”

Lu Tingxiao tidak curiga. Nada suaranya dipenuhi dengan kerinduan untuk memanjakan dan memanjakannya.  

“Baik.”

Lu Tingxiao membantu Ning Xi mengenakan jaket, lalu mereka berdua berjalan menuju hutan di belakang danau.

Sepanjang jalan, Ning Xi mulai mengoceh dengan tidak jelas dan dia terus berbicara dengan Lu Tingxiao. Tidak peduli apa yang dia katakan, Lu Tingxiao akan mendengarkan dengan fokus dan dia akan merespon dengan sungguh-sungguh.

Semakin jauh mereka berjalan ke dalam hutan, semakin tenang suasanya. Pemandangan menjadi semakin indah juga, sementara telapak tangan Ning Xi yang memegang Lu Tingxiao mulai berkeringat…

Sialan! Dia sudah berpengalaman dalam menggoda. Mengapa dia begitu ketakutan pada momen penting seperti itu?

Tidak! Lanjutkanlah!

Mereka berdua berjalan melewati bunga dan melewati dedaunan dan mereka berjalan melewati hutan yang dipenuhi dengan tanaman. Di depan mereka, pandangan mereka tiba-tiba melebar. Di depan mereka adalah lautan bunga yang telah membentuk lapisan gelombang bunga dengan belaian angin musim semi …

Ning Xi telah melihat tempat ini ketika dia melihat keluar dari jendela. Sebelumnya, dia diam-diam meninggalkan rumah untuk memeriksa lokasi ini juga.

Ketika Lu Tingxiao tiba-tiba melihat lautan bunga yang begitu besar, bahkan nafas Lu Tingxiao pun terhenti.

Meskipun Lu Tingxiao telah tinggal di sini selama lebih dari sebulan, selain dari gedung yang dimana Ning Xi tinggal, dia tidak menginjakkan kaki di tempat lain.

“Sayang, bukankah itu indah?”

Lu Tingxiao menatap mata gadis itu yang memantulkan lautan bunga yang tersebar di pegunungan dan menjawab, “Mhm.”

Ning Xi menatap pria di depannya.  

“Lu Tingxiao …”

Ning Xi tidak pernah menyebut namanya dengan serius sebelumnya. Ekspresi Lu Tingxiao langsung menjadi tegang saat dia diam-diam menatapnya dan menunggu Ning Xi untuk melanjutkan.

Ning Xi menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, “Sebelum aku bertemu denganmu, aku hanya hidup demi keberadaanku diakui, meraih impianku untuk itu. Adapun ketika semua yang harus kulakukan selesai, apa artinya bagiku untuk terus hidup? Aku tidak pernah memikirkannya. Bahkan jika kau membiarkanku mati pada saat itu, aku mungkin tidak akan memiliki sesuatu yang tidak kulewatkan.”

Ketika dia mendengar ini, tatapan Lu Tingxiao menegang sedikit.

Ning Xi tersenyum tipis saat tatapannya tertuju pada pria di depannya. 

Dia terus berkata, “Namun, aku bertemu denganmu dan Little Treasure. Ini adalah pertama kalinya mengetahui bagaimana rasanya dibutuhkan, pertama kali mengetahui bagaimana rasanya menjadi seluruh dunia seseorang, pertama kali aku tahu bahwa aku bisa juga lemah, aku juga bisa keras kepala, bahwa aku juga bisa menjadi diriku sendiri, bahwa aku juga bisa mencintai seperti orang normal, dan untuk hidup … ”

Gadis itu berjingkat dan mencium bibir pria itu.  

“Lu Tingxiao, memiliki sepuluh ribu mata tertuju padaku tidak dapat dibandingkan dengan menjadi satu-satunya di hatimu. Kau adalah orang paling indah, terhangat yang pernah aku temui dalam hidupku …”

Lu Tingxiao, menikahlah denganku …”

Lautan bunga bergulung-gulung dalam gelombang dan kupu-kupu beterbangan.  Kesadaran Lu Tingxiao sepertinya tiba-tiba terguncang dari surga. Dia berdiri di sana dengan kaku sementara gadis itu menciumnya. Dia tidak bergerak dan kehilangan semua kemampuan untuk bereaksi.

Apa … yang baru saja dia dengar?

Pria itu tidak bereaksi lama. Betapapun terampilnya Ning Xi, dia tidak bisa bertahan lebih lama lagi saat ini. Telapak tangannya mulai berkeringat.  

“Kau masih belum memberitahuku jawabanmu.”

Beberapa waktu berlalu sebelum pria itu akhirnya tersadar dari kebahagiaan yang hampir menelannya utuh. 

Suaranya bergetar saat dia menjawab, “Nyonya, aku khawatir … Aku tidak bisa melakukan itu …”

—