Full Marks Hidden Marriage: Pick Up a Son, Get a Free Husband [Bahasa Indonesia] - Chapter 1024
Little bun sedang melihat kelinci hidup untuk pertama kalinya, jadi dia ragu sebelum akhirnya dia menjulurkan tangan untuk menyentuhnya.
Ketika dia selesai, matanya terbelalak.
Lembut! Berbulu!
Ning Xi tidak dapat menahan tawa melihat ekspresi wajah aneh yang jarang diperlihatkan oleh little bun. “Haha! Asyik kan?”
Little bun mengangguk dan tetap mengelusnya dengan sayang.
Kelinci yang tadinya menggeliat di tangan Ning Xi, tapi sekarang menjadi tenang setelah dielus oleh little bun.
“Whoa! Kelinci yang gemuk! Cepat, mari kita panggang!” kata Lu Jingli kegirangan
Ketika little bun mendengar apa yang dikatakan pamannya, dia langsung memberikan tatapan mematikan ke arah Lu Jingli dan memeluk erat kelinci itu.
“Panggang kepalamu! Kau cuman tau makan dan makan!” kata Ning Xi kesal
“Hey, bukannya kamu… yang bilang untuk tangkap untuk tambahan makanan kita!?” Lu Jingli merasa bahwa dia disalahkan
Ning Xi menjawab, “Little Treasure suka kelinci ini, jadi sekarang kita tidak boleh memakannya!”
Little Treasure mengangguk sekuat tenaga juga. Tidak boleh makan kelinci ku!
Lu Jingli terdiam. Binatang itu harusnya sudah masuk ke perutku!
“Apa kau bawa peralatan pertolongan pertama?” Tanya Ning Xi.
Jian Muye langsung mengernyit. “Apa kau terluka? Aku sudah bilang kan nggak usah tangkap kelinci!”
“Kelinci ini yang terluka, oke?”
Jian Muye tidak bisa menjawab
Ning Xi mengambil obat dan mulai membalut kelinci itu.
Kelinci liar lari secepat kilat, dan mereka juga sangat peka. Bagaimana dia dapat menangkapnya dengan mudah? Dia hanya bisa menangkapnya karena kaki kelinci tersebut terluka.
Little bun merasa kasihan kepada kelinci tersebut dan mengusap-usap kepala kelinci itu dengan penuh kasih sayang, seolah-olah terlihat bahwa dia yang merasa sakit.
Setelah membalut lukanya, Ning Xi perlahan mengembalikan kelinci itu ke pelukan little bun untuk digendongnya. Kelinci ini cukup naif dan sangat jinak di tangan little bun.
“Kenapa sampai bersusah payah? Bukannya akan lebih cepat jika kita memakannya…” Lu Jingli terlihat sedih dan marah
Untungnya dia segera lupa tentang kelinci itu dengan cepat karena Ning Xi mulai memanggang. Di dalam hutan, aroma dari bunga persik dan aroma makanan yang menggiurkan bercampur menjadi satu, menambah nafsu makan seseorang!
Ketika mereka berempat sedang makan, ada suara langkah kaki di belakang mereka. Ning Xi membalikkan badan dan melihat Song Jin menarik sapi dengan keranjang di tangan, berjalan menuju hutan.
Ah! Dia terlalu asyik sampai lupa urusan bisnisnya!
Alasan mengapa dia memilih tempat ini sebagai tempat barbeque, karena dia memperhatikan Song Jin biasanya akan lewat sini untuk makan siang setelah dia selesai bekerja di ladang!
“Tetua Song, apakah Anda masih sibuk? Apakah Anda ingin mampir dan mencoba masakanku?” tanya Ning Xi dengan bersemangat.
Dia telah ditolak tiga kali, jadi Ning Xi menganggap dirinya cukup familiar dengannya sekarang. Terlebih lagi, sekarang dia tidak banyak berharap, jadi sikapnya lebih rileks.
Tetua Song melihat ke arah mereka dan tatapannya jatuh ke arah Little Treasure, dia berhenti sebentar, dan berkata, “Terima kasih, namun orang tua ini telah membawa makan siangnya sendiri!”
Lalu dia duduk di tempat 10 langkah dari mereka dan makan siang di bawah sebuah pohon. Di dalam keranjang hanya ada selembar roti simple dan asinan sayuran.
“Dia adalah Song Jin?” tanya Jiang Muye.
Sebelumnya, dalam perjalanan, Ning Xi telah berbicara sedikit tentang Song Jin dengan Jiang Muye dan Lu Jingli.
“Yeah! Bukannya dia seperti sudah terlepas dari hasrat duniawi!?” kata Ning Xi
Di sisi lain, Lu Jingli mencoba untuk berbicara dengan mulut yang penuh makanan, “bagaimanapun juga seseorang itu lepas dari urusan duniawi, mereka pati punya kelemahan, aku bilang ke kau! Contohnya kelemahan kakakku adalah kau, dan kelemahanku adalah makanan…”
“Hahah. Kau bisa menggunakan kakakmu sebagai contoh, tapi kau… lupakan saja!”
“Terserah, yang penting itu maksudku! Pasti ada sesuatu yang dia inginkan. Kau hanya belum mengetahuinya saja!”