Number One Lazy Merchant of the Beast World [Bahasa Indonesia] - Chapter 86
- Home
- Number One Lazy Merchant of the Beast World [Bahasa Indonesia]
- Chapter 86 - Keseharian Membesarkan Anak-Anak di Bumi (4)
Karena menetasnya macan tutul kecil itu, masalah film secara alami ditinggalkan. Rong Mingshi memegang macan tutul api lembut itu dan berharap agar telur yang ada di dalam freezer bisa menetas sesegera mungkin.
Macan tutul api kecil di telapak tangannya sangat heboh. Ia memeriksa komputer dan dari waktu ke waktu, ia berteriak. Ia memegang cakar-cakar tebalnya dan menatap ke sekeliling telapak tangan, telinga kecilnya bergerak maju mundur sambil mendengarkan gerakan.
Ia juga menggigit ujung jari, memiringkan kepalanya, dan menggerogotinya dengan penasaran dengan taring-taring putihnya yang baru muncul. Setelah bermain sebentar, ia tampak lelah. Ia berputar di atas telapak tangan sebelum menguap. Memegang ekornya yang berbulu halus, ia bersandar pada Rong Mingshi dan menutup kedua matanya.
Hati Rong Mingshi melembut ketika ia mengelus punggung macan tutul kecil itu dengan ibu jarinya. Kemudian, Aojia mendekat ke telinganya, napas hangatnya tertuang masuk ketika ia berbicara dengan suara yang bagus dan dalam. “Sayang, telur kedua akan menetas.”
Rong Mingshi menahan tubuhnya yang mati rasa dan segera menatap freezer. Sebelumnya, ia melewatkan situasi di mana macan tutul api kecil itu keluar dari cangkang. Ia pasti takkan melewatkan yang satu ini.
Ia melihat telur putih beku di dalam freezer itu bergoyang. Ada sebuah suara retakan samar-samar sebelum sebuah retakan muncul dari atas dan bawah cangkang telur yang putih. Ia baru saja mendengar suara itu ketika bagian atas cangkang telur itu pecah dan kepala naga hitam itu menghantam keluar. Ada setelah cangkang telur di atas kepalanya ketika kedua mata emas vertikalnya melihat ke luar.
Beberapa saat kemudian, naga hitam kecil itu membuka kedua sayangnya dan menggunakan cakar-cakar naganya untuk memecahkan cangkang telur yang menghalangi tubuhnya. Ini adalah versi miniatur si naga hitam besar. Hanya saja ada beberapa embun es di tubuhnya.
Naga hitam kecil itu berbaring di sana dan kemudian menggunakan dua buah tiupan untuk menyingkirkan embun es yang menggantung padanya. Hal ini menampakkan sisik-sisik hitam yang indah dan lembut. Ia menatap dua orang pria di luar jendela kaca freezer dan mengepakkan sayap-sayap naganya sambil memberikan sebuah raungan rendah. Dalam freezer -18 derajat itu, sebuah embun es kecil diembuskan keluar. Embun es itu mengenai jendela kaca freezer dan membentuk sebuah bunga es indah, tak jauh dari jendela kaca yang rusak.
Tetapi, ia masih sangat kuat dan mendominasi. Setelah raungan itu, naga hitam kecil itu mengepakkan sayapnya dan mencoba untuk terbang naik tetapi kekuatan jelas-jelas tidak cukup setelah menetas. Sayap-sayap naganya tak bisa memindahkan tubuhnya.
Naga hitam kecil itu memiringkan kepalanya dan menginjak cangkang telur untuk berjalan maju. Ia mencoba untuk mendekati dua orang di luar sana tetapi ia tak menyangka ia akan terpeleset oleh cangkang telur yang tinggi. Ia terjatuh dengan kedua sayap naga kecilnya dan ekor naganya.
Rong Mingshi tak bisa menahan diri dan tersenyum lembut. Hanya saja ia sedang memegang macan tutul kecil itu di tangannya dan tak memiliki tangan yang bebas untuk membuka pintu freezer. Ia hanya bisa menatap Aojia.
Aojia mengelus kepala Rong Mingshi sebelum membuka pintu kaca freezer dan meraih ke dalamnya pada naga yang sedang berjuang untuk memanjat. Naga hitam kecil itu sayap-sayapnya ditangkap dan ia berjuang di tengah-tengah udara, perut gendutnya tampak dan ia tampak sedikit menyedihkan.
Mulut Rong Mingshi berkedut. Dibandingkan dengan perlakuan pada macan tutul api kecil, naga hitam kecil ini tidak tampak seperti anak kandung Aojia.
Anak kandung. Kata-kata ini berputar di dalam kepala Rong Mingshi. Ia dengan serius menatap naga hitam kecil yang dipegang di sayapnya, mengingat penampilan naga hitam besar dan samar-samar menyadari sesuatu.
Naga hitam besar ini sudah memiliki anak-anak. Kalau begitu di mana ibu naga dan ibu macan tutul ini?
Rong Mingshi merasa bersalah.
Aojia yang disalahkan oleh Rong Mingshi, melihat naga hitam kecil di tangannya dan segera meraih alasan tatapan ini. Aojia sedikit terkejut tetapi sebelum ia bisa berbicara, naga hitam kecil itu membuka mulutnya dan menyemprotkan sebuah napas dingin ketika ia berjuang untuk menarik sayap-sayap naganya keluar.
Aojia meletakkan naga hitam kecil itu kembali ke freezer dan melepaskan tangannya dari sayap-sayap itu. Naga hitam kecil itu berdiri di sana dengan sayap-sayap naga yang gemetar. Ia terhuyung dan bergoyang hingga ia terjatuh di pergelangan tangan Rong Mingshi yang ia gunakan untuk memegang si macan tutul kecil.
Seperti macan tutul salju kecil, naga es kecil ini keluar dari freezer -18 derajat tetapi sentuhannya sejuk, tidak dingin. Sepasang mata emas naga itu menatap Rong Mingshi dengan penuh sayang sebelum menundukkan kepalanya untuk menyentuh pergelangan tangannya.
Saat ini, macan tutul salju di tangan Rong Mingshi bangun. Ia membuka kedua matanya dan melihat naga es kecil itu dari dekat. Macan tutul api kecil terkejut dan terbatuk, mengembuskan sedikit asap. Ia sedang bermimpi dengan ibunya.
Naga es kecil itu mengangkat sayap-sayapnya untuk menjauhkan asap itu, mengulurkan cakar-cakarnya dan menepuk kepala macan tutul api kecil itu lagi. Macan tutul api kecil itu berteriak beberapa kali dan setelah melihat bahwa ia tak bisa menyingkirkan orang ini, ia hanya memeluk telapak tangan itu dan meregangkan tubuh di atasnya. Kemudian ia menoleh dan menatap orang yang berbaring di atas pergelangan tangan ibunya.
Naga hitam kecil itu memiringkan kepalanya, membuka sayap-sayapnya dan terjatuh, tubuhnya menyelimuti lengan Rong Mingshi seperti sebuah plaster hitam. Macan tutul api kecil itu lega. Ia mengulurkan sebuah cakar kecilnya untuk menepuk hidung naga hitam itu. Kemudian ia mengerjap dua kali dan tertidur lagi.
Dua orang saudara itu menguasai tangan dan pergelangan tangan Rong Mingshi, yang mendesah lega. Dua orang saudara itu bisa mengembuskan api dan es, adalah yang terbaik jika mereka hidup harmonis. Apa ini adalah mentalitas seorang ibu?
Rong Mingshi tak memiliki waktu untuk berpikir lagi ketika di sampingnya, Aojia memegang bahunya dan mengarahkannya untuk duduk di depan meja. Kemudian Aojia sekali lagi meraih beberapa potongan daging dan sedikit susu, memberikannya pada naga es di sekeliling pergelangan tangan Rong Mingshi.
Naga es yang berbaring di pergelangan tangan Rong Mingshi menolehkan kepalanya, mendenguskan udara putih dari lubang hidungnya. Rong Mingshi tak bisa menahan diri dan tertawa.
Aojia memberi tahunya, “Kalau begitu, kau saja yang memberinya makan.”
Rong Mingshi mengangguk dan melebarkan telapak tangannya. Aojia dengan lembut mengangkat macan tutul kecil yang sedang tidur dan menggendongnya. Rong Mingshi sekali lagi menyaksikan perlakuan Aojia yang berbeda pada dua orang anak itu dan tak bisa menahan diri untuk tak berkata, “Aojia, apa kau tahu apa yang paling tabu tentang membesarkan anak-anak, terutama anak kembar?”
“Ya.”
Rong Mingshi memberi tahunya dengan serius, “Berhati-hatilah jika naga kecil ini tak mau melihatmu lagi. Nanti ia takkan menjagamu ketika kau sudah pensiun.”
Aojia tersenyum. “Kau benar.”
Setelah mengatakan itu, Aojia meraih dan mencolek kepala si naga hitam kecil. “Bangun dan makan.”
Naga kecil itu tidak peduli tentang itu dan mengembuskan napas dingin lainnya. Aojia mengangkat kedua alisnya dan sebuah batang emas kecil muncul entah dari mana. Naga es kecil yang melekat di pergelangan tangan Rong Mingshi mengangkat kepalanya dan mengulurkan cakar-cakar naganya untuk memeluk batang emas itu.
Pemandangan ini dipenuhi kegembiraan dan Rong Mingshi menemukan bahwa ia hampir mustahil tak tersenyum ketika ia memegang piring kecil itu. Apakah sudah dari lahir naga hitam itu memiliki hobi menimbun emas?
Naga kecil itu memiliki batang emas kecilnya dan menurut. Ia dengan sadar bergerak dari pergelangan tangan Rong Mingshi dan makan sendiri. Naga kecil itu cukup makan dan minum jadi ia menguap. Ia memeluk batang emasnya dan tertidur di tangan Rong Mingshi.
Rong Mingshi dengan lembut menyentuh sisik-sisik naga hitam itu dan berbisik pada Aojia, “Di mana mereka akan tidur?”
Aojia meletakkan macan tutul kecil itu di tangan Rong Mingshi lagi. Rong Mingshi menatap ketika ia mengeluarkan sebuah panci sup keramik dari lemari, membuka freezer dan mengeluarkan sekotak es dari dalamnya. Ia menuangkan es itu ke dalam panci, mengambil sebuah handuk dan melipatnya dua kali, meletakkannya di dalam panci dan akhirnya meletakkan panci itu di atas meja. Naga es kecil yang sudah tertidur itu ia letakkan di dalam.
Rong Mingshi melihat naga es kecil itu berguling dengan nyaman di dalam panci, sayap-sayap naganya membuka dan ekor naganya bergerak melingkarinya, menampakkan sebuah perut kecil yang menonjol.
Rong Mingshi terdiam sesaat. Apa alien menetaskan dan membesarkan anak dnegan begitu kasar? Sebuah panci sup dengan sebuah handuk dan balok-balok es menyelesaikan masalah.
Aojia berbicara sambil menutup panci sup itu, “Sudah larut, aku akan membuatkannya sebuah sarang emas murni besok.”
Rong Mingshi salah. Anak ini tidak dibesarkan dengan kasar sama sekali. Rong Mingshi bisa membayangkan kedua mata naga kecil yang bersinar-sinar di hadapan situasi itu.
“Kalau begitu bagaimana dengan yang satu ini?”
Tak ada arang atau panci besi panas. Apa mereka harus memesan beberapa besi dari para pandai besi besok?
Aojia mengangkat panci sup itu. “Ayo ke kamar.”
Rong Mingshi dengan penasaran mengikutinya ke kamar. Ia melihat Aojia meletakkan panci yang berisi naga kecil itu ke samping meja dan kemudian mengatur kembali tempat tidur yang ditiduri Rong Mingshi sebelumnya. “Ayo tidur.”
Anggur energi itu adalah tugas yang mendesak dan Aojia juga perlu mencari bahan-bahan untuk mengganti batu energi. Ia dan Rong Mingshi memiliki pahatan-pahatan batu energi dan tak perlu mengkhawatirkan mania tetapi tidak baik bagi dua anak ini jika mereka tinggal di sini terlalu lama. Jika terjadi mania, diperkirakan bahwa kekuatan destruktif mereka tidak kecil.
Rong Mingshi kebingungan sesaat. Aojia menatap macan tutul kecil yang tidur di tangan Rong Mingshi dan berkata, “Letakkan dia di atas bantal dan tidurlah.”
Rong Mingshi tiba-tiba merasa bahwa naga hitam besar ini eksentrik pada naga es kecil. Ia akan membuatkan naga es kecil itu sebuah sarang emas murni untuk ditiduri sementara macan tutul api ini hanya memiliki bantal yang malang untuk ditiduri?
- Home
- Number One Lazy Merchant of the Beast World [Bahasa Indonesia]
- Chapter 86 - Keseharian Membesarkan Anak-Anak di Bumi (4)
Donasi pada kami dengan Gojek!
