Number One Lazy Merchant of the Beast World [Bahasa Indonesia] - Chapter 47.2
- Home
- Number One Lazy Merchant of the Beast World [Bahasa Indonesia]
- Chapter 47.2 - Pahatan Batu Raksasa (2)
Aojia menatap macan tutul kecil yang sepenuhnya sibuk dan sedikit menaikkan kedua alisnya. Batu-batu energi sebelumnya yang diukir oleh macan tutul kecil itu adalah batu-batu yang para beastman bawa bersama mereka. Batu-batu itu berukuran satu kepalan tangan atau lebih kecil dan waktu pemahatannya mungkin panjang tetapi itu hanya menghabiskan setengah hari.
Macan tutul kecil itu mungkin berkemampuan tinggi dan penuh persiapan tetapi pahatan batu raksasa itu mungkin akan menghabiskan beberapa hari. Apakah macan tutul kecil ini berencana untuk mencapai kesuksesan dalam sekali jalan?
Naga hitam itu mengangkat kakinya dan terbang ke puncak batu. Ia berdiri di bagian yang merupakan baju besi dan menatap ke bawah pada macan tutul kecil itu. Macan tutul kecil dalam kursi bola dengan telinganya yang miring dan ekornya yang sedikit melengkung ke atas. Cakar-cakar tebalnya memegang peralatan untuk mencoba dan memahat struktur robot itu.
Aojia mengulurkan salah satu tangannya dan mengelus kepalanya dengan lembut. “Rong Rong?”
Telinga macan tutul kecil itu bergerak dan ia mendongak dengan mata macan tutulnya yang jernih. Mata itu memiliki kesan kehilangan fokus setelah begitu penuh konsentrasi.
Aojia menggendong macan tutul kecil itu dan melepaskan peralatannya. “Pergilah tidur.”
“Ya.”
Macan tutul kecil itu mengangkat cakar-cakarnya dan membiarkan Aojia sepenuhnya melepaskan peralatan-peralatannya. Naga hitam itu membawa macan tutul kecil itu ke dalam kamar mandi, meletakkannya di samping wastafel dan memenuhi wastafel dengan air hangat. Maan tutul kecil itu masih belum pulih dan dielus oleh tangan besar Aojia, menutupinya dengan gelembung-gelembung.
Aojia memegang kepala macan tutul kecil itu dan memandikannya. Macan tutul kecil itu menatapnya dengan mengiba, mata macan tutulnya yang jernihnya terpaku pada wajahnya. Ia berbalik sejenak sebelum tiba-tba meraih lengan Aojia dengan cakar-cakar tebalnya.
Aojia mengangkat kedua alisnya dan menyentuh bulu basah di wajah macan tutul itu. “Apa yang sedang kau pikirkan?”
Macan tutul kecil itu menyeringai dan bergerak di dalam air. “Tidak ada.”
Macan tutul kecil itu selesai mandi dan kabur dahulu. Aojia melihat adegan yang familier dan jakunnya sedikit bergerak. Ia memasuki pancuran dan mengambil mandi air dingin dahulu, untuk berjaga-jaga. Ketika naga hitam itu berpikir ia bisa menanganinya dan masuk ke kamar. Macan tutul kecil itu berbaring di atas bantal dan sudah tertidur…
Aojia tersenyum tak berdaya dan naik ke tempat tidur. Batu energi transparan itu sudah terjatuh di atas bantal di samping macan tutul kecil itu. Aojia meraih dan mengangkatnya. Ketika ia akan menjauhkannya, ia menatap ke bawah dan membuat sebuah ekspresi terkejut.
Tiga potongan…
Bibir naga hitam itu sedikit melengkung dan ia mencondongkan tubuhnya pada macan tutul kecil itu, napas hangatnya mengenai puncak kepala macan tutul kecil itu. Bulu-bulu halusnya bergetar dan macan tutul kecil yang tertidur itu membuat sebuah suara seolah ia terganggu.
Aojia tertawa, memegang batu itu dan berbaring dengan tenang di atas tempat tidur. Ia tak bergerak untuk waktu yang lama…
Macan tutul kecil itu tak bisa menahannya. Ia membuka sebelah matanya dan melihat wajah tersenyum naga hitam yang dekat dengannya.
“…”
Ia ketahuan pura-pura tertidur…
Cakar-cakar tebal macan tutul kecil itu menutupi wajahnya.
Aojia meraih macan tutul kecil itu dan meletakkan batu itu ke dalam cakar-cakar tebalnya. Dalam sekejap, bulu macan tutul kecil itu menjadi kulit yang lembut dan halus.
Napas marsekal seketika menjadi kacau. Setengah detik ia gunakan untuk menstabilkan kekuatannya yang kacau dan sayap-sayap naganya yang akan muncul. Bibir yang lembut dan hangat pria yang penuh energi itu jatuh di ujung hidungnya dan mengelusnya sedikit.
Sentuhan ini jauh dari cukup. Macan tutul salju dalam lengan Aojia dengan cepat meraih dan memeluk lehernya. Dengan kekuatan ini, gigi-gigi putihnya yang kecil jatuh dan menggigit bibir Aojia. Napas marsekal berhenti sejenak. Ketika macan tutul salju itu mencoba untuk membuka mulut Aojia dengan ujung lidahnya, Aojia mengangkat sebuah tangannya dan memegang kepala macan tutul kecil itu. Ia membuka mulutnya dan seketika menangkap lidah yang mencari itu, mengisapnya dengan keras.
Kali ini marsekal mengetahui bahwa ini adalah perlombaan dengan waktu. Karena itulah, ia melakukan yang terbaik untuk mencium macan tutul salju itu dengan sengit dan melepaskan semua gairah yang terkumpul dalam ciuman itu. Ia memeluk orang ini dalam lengannya dengan kuat dan bahkan membungkus macan tutul salju itu dengan sayap-sayap naganya yang muncul karena hasrat.
Mereka berdua mengetahui bahwa itu adalah ciuman yang cepat dan waktu mereka terbatas. Karena itulah, dua orang itu dengan keberatan berpisah. Rong Mingshi memegang pakaian Aojia dan dengan serius berkata, “Aojia, ini cepat.”
Marsekal tak mengatakan bahwa ini sebenarnya adalah waktu yang panjang… Macan tutul kecil itu meremehkan kemampuannya untuk menahan setuhan yang sebenarnya untuk menahan kontak yang sebenarnya. Itu benar-benar waktu yang panjang… Sebagai tambahan, macan tutul saljunya tidak menunjukkan karakteristik estrus apa pun.
“Tidurlah.”
Pria dalam pelukannya menjadi seekor macan tutul kecil lagi dan Aojia menepuk punggungnya. Rong Mingshi mengangkat pandangannya untuk melihat sayap-sayap naga itu. Ia berpikir bahwa sayap-sayap naga yang muncul itu adalah sesuatu yang aneh.
Pagi-pagi keesokan harinya, Rong Mingshi menolak rencana Aojia untuk mengantarnya ke universitas. Bagaimanapun, tak ada kelas dan ia tak memiliki kelas hingga seminar besok. Ia lebih baik tidak pergi ke sekolah dan alih-alih memahat batu energi raksasa di rumah.
Aojia memerintahkan pembantu rumah tangga untuk mengurus macan tutul kecil dan pergi ke kemiliteran. Macan tutul kecil itu selesai sarapan tetapi tidak langsung pergi untuk memahat batu energi raksasa itu. Ia masuk ke koleksi robot Aojia, mempelajari mereka satu per satu di dalam kursi bolanya.
Ia memiliki sebuah ide tentang memahat robot tetapi sulit baginya untuk menjadi lebih spesifik karena ia belum pernah menangani robot apa pun sebelumnya. Beberapa rincian mungkin akan menyimpang jika ia bergantung pada imajinasinya sendiri.
Macan tutul kecil itu mengamati robot-robot itu satu per satu. Perangkat penyimpanan baju besi robot itu memiliki catatan-catatan asalnya dan penggunaan robot yang Aojia sebelumnya gunakan. Terlebih lagi, bisa dilihat bahwa Aojia sangat menghargai mereka. Mereka tak lagi bisa digunakan tetapi mereka dikumpulkan dengan hati-hati. Seolah robot itu hidup dan tidak sepenuhnya murni merupakan mesin. Mereka adalah rekan yang telah mengalami medan perang bersamaan.
Macan tutul kecil itu mengetahui bagaimana cara memahat rinciannya.
Ia siap untuk kembali ketika pandangannya secara tidak sengaja meyapu ke sebuah sudut tersembunyi. Sebuah objek hitam kecil diletakkan di dalam perangkat penyimpanan sama seperti tempat robot itu disimpan. Telinga macan tutul kecil itu bergerak dengan penuh keraguan dan ia melompat dari kursinya untuk melihat. Itu adalah naga hitam kecil….
Ini adalah pahatan batu energi kelas rendah yang ia pilih untuk Aojia di bintang sumber daya. Hanya saja naga hitam itu rusak dan sudah digabungkan bersama. Penggabungannya sangat hati-hati tetapi garis-garis kerusakannya masih tampak. Terlebih lagi, tak seperti ketika ia pertama memahatnya, batu itu tampak seperti sebuah batu biasa. Tak ada lagi rasa energi dari batu itu.
Macan tutul kecil itu memahami apa yang ia lihat dan membuka komputer kuantumnya. Ia memasuki Jaringan Bintang untuk menemukan informasi tentang batu-batu energi kelas rendah.
Barulah ia menemukan bahwa batu-batu energi kelas rendah itu adalah batu sekali konsumsi untuk seorang binatang kuat seperti naga hitamnya. Setiap kali mania meledak, itu akan mengonsumsi kekuatan batu energi kelas rendah. Di bawah situasi seperti itu, batu itu kelelahan karena kekuatannya dan akan rusak.
Cakar-cakar tebal macan tutul kecil itu menyentuh penghalang pelindung transparan dan menatap pahatan yang digabungkan kembali. “Batu seperti ini rusak dan digabungkan bersama lagi…”
Ia akan memberi Aojia pahatan lain! Tak heran bahwa Aojia tidak menerima pahatan batu energi kelas rendah naga hitam kecil yang muncul dari dalam cangkang telur. Ia hanya berpikir bahwa naga hitam itu tak menyukainya. Ini sebenarnya adalah alasannya!
Macan tutul kecil itu berjalan kembali ke atas dan memutuskan untuk menyelesaikan pahatan raksasa. Kemudian ia akan membuka pemesanan-pemesanan khusus itu lagi, mencari banyak uang dan membeli banyak batu energi kelas tinggi untuk memahat naga hitam!
Macan tutul kecil dengan semangat yang tinggi menyapa kedua robot pelengkap dan menggunakan peralatan-peralatannya untuk lanjut memahat batu energi raksasa. Pengamatan sebelumnya berarti Rong Mingshi percaya diri untuk memahat robot itu.
Ini adalah sebuah robot yang direkonstruksi dari baju besi Aojia yang rusak. Daripada memahat sebuah baju besi baru demi kecemerlangannya, ia membangun sebuah tampang rusak di robot itu. Baju besi robot berbentuk manusia hitam dan emas berdiri dengan angkuh, selubung itu membawa jejak-jejak api dari medan perang.
Di sisi kanannya adalah naga hitam yang setinggi robot itu. Cakar-cakar kuatnya meraih satu sisi robot dan tubuhnya sedikit bergulung ke sisi lain. Sayap-sayap naga yang liar terbuka di tengah-tengah udara dan ekor naganya bergerak di udara. Kepala naga yang agung dan jahat mengeluarkan napas api merah-keoranyean ke sisi lain, mata emas vertikalnya menatap semua makhluk hidup di bawahnya.
Di tengah-tengahnya adalah Aojia berbentuk manusia, muncul dari api dengan kaki yang ramping dan kuat. Senjata-senjata menggantung di dirinya dan salah satu tangannya secara alami mengunci sebuah senjatanya. Tangannya yang lain mengunci ikat pinggang di sekeliling pinggangnya. Di bawah topi baretnya, wajahnya yang tegas memiliki sebuah senyuman samar.
Seluruh karya itu tampak seperti sebuah medan perang di mana asap akan menghilang dan Aojia tampak seperti dewa perang yang muncul di medan perang. Ketika karya ini perlahan-lahan terbentuk di manor, robot yang merupakan samaran Eagle Tan bersembunyi dalam sebuah gunung bersuspensi tak jauh dari sana dan menggosok matanya beberapa kali.
Di manor, macan tutul kecil itu sebenarnya memahat baju besi marsekal. Bentuk binatang marsekal! Marsekal itu… sendiri!
Itu adalah pahatan raksasa yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Jika ia belum pernah menonton macan tutul kecil itu memahatnya sedikit demi sedikit, ia akan mencurigai bahwa itu dibuat oleh sebuah mesin cerdas! Eagle Tan lambat dan akhirnya menyadari bahwa beastman yang menjemput macan tutul kecil itu adalah marsekalnya! Maka kata-kata yang sebelumnya ia katakan pada marsekal…
Ia tak seharusnya menyembunyikan macan tutul kecil itu, ia harus menyembunyikan dirinya sendiri!
.
.
.
Centinni menerjemahkan ini untukmu.
Kami juga membuka donasi via Gojek pay ya guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat satu chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/fbqJYJX
- Home
- Number One Lazy Merchant of the Beast World [Bahasa Indonesia]
- Chapter 47.2 - Pahatan Batu Raksasa (2)
Donasi pada kami dengan Gojek!
