Number One Lazy Merchant of the Beast World [Bahasa Indonesia] - Chapter 35
- Home
- Number One Lazy Merchant of the Beast World [Bahasa Indonesia]
- Chapter 35 - Terlalu Menyenangkan
Rong Mingshi menyelesaikan pahatan dan mengangkat macan tutul kecil itu dulu, berencana untuk menunggu hingga ia pulang untuk menunjukkannya pada Aojia.
Kemudian ia mengulurkan cakarnya dan memegang naga hitam kecil yang keluar dari cangkangnya. Ia mengangkatnya dan mendongak untuk melihat bagaimana murid lain memahat. Hingga sekarang, ia tak melihat proses memahat beastman lain jadi ekspresinya sangat serius.
Yang menatap Teman Sekelas Rong dan berpikir bahwa Teman Sekelas Rong imut segera panik dan menundukkan kepala mereka untuk mulai memahat. Tetapi, ketika mereka memikirkan tentang Teman Sekelas Rong yang menatap mereka, mereka menjadi lebih panik.
Ada beberapa batu energi yang tak bisa dirapikan. Setelah memahatnya beberapa kali, batu itu berguling dan jatuh. Sebagai tambahan, pergerakan pisau mereka terlalu besar dan mereka tak sengaja menggores jari mereka…
Kebanyakan tangan murid gemetar dan pisau-pisau mereka tanpa sadar mengenai batu mereka…
“…”
Macan tutul kecil itu menatap para murid dengan berbagai kondisi di antar-muka di depan kelas dan memiringkan kepalanya. Apa sesuatu terjadi?
Profesor Phillier terbatuk dan memerintahkan, “Konsentrasi!”
Seluruh kelas terpengaruh oleh nada itu dan dengan perlahan melepaskan pikiran mereka. Mereka mulai dengan serius menangani batu energi di tangan mereka. Mereka telah merasakan sesuatu dari proses memahat Teman Sekelas Rong. Mereka tak bsia mempelajari keahlian memahat Teman Sekelas Rong yang berbakat tetapi selama proses memahatnya, mereka memperhatikan bentuk binatang dan auranya, membuat mereka menyentuh sesuatu.
Rong Mingshi menggosok cangkang telur naga hitam itu sambil berpikir.
Ia perlahan menemukan perbedaan di antara dirinya dan murid-murid lainnya. Pahatan batu energinya bukan untuk mengaktifkan kekuatan di dalamnya tetapi untuk mengekspresikan idenya. Selama memahat, kekuatan persepsinya memasuki batu energi dengan imajinasinya dan ia tak sengaja mengontrolnya.
Macan tutul kecil itu menatap mata emas naga hitam, cakar-cakar tebalnya menyentuh punggung naga hitam kecil itu.
Ketika memahat batu-batu energi kelas rendah, persepsinya cukup untuk secara alami mengaktifkan kekuatan batu energi dan tak membutuhkan kendali yang tepat. Tetapi, ketika ia beralih ke batu energi kelas tinggi, penggunaan alami persepsinya ini tak bisa dengan mudah mengaktifkan kekuatan batu energi, menyebabkan dirinya berulang kali ditolak oleh batu energi kelas tinggi itu.
Mustahil baginya untuk mengubah metode memahatnya. Rong Mingshi tak ingin memahat apa pun tanpa jiwa, bahkan walaupun itu untuk kekuatan yang berada di dalam batu energinya.
Cakar macan tutul kecil itu mencolek cangkang telur di kepala naga hitam kecil. Ia memasukkan naga hitam kecil dan macan tutul kecil itu bersama dan mencari bola elektrostatis untuk latihan persepsi. Ia lanjut berjalan dalam labirin itu.
Ia memutuskan untuk lanjut mempraktikkan kendali atas persepsinya hingga aktivasi persepsinya menjadi lebih fleksibel hingga menjadi insting.
Sebelum akhir kelas praktik ini, Profesor Phillier meminta semua muridnya untuk meletakkan karya mereka ke dalam detektor energi. Tak ada keraguan bahwa tingkat aktivasi batu energi Murid Rong adalah seratus persen. Di saat yang sama, murid-murid lainnya memiliki berbagai tingkatan kemajuan signifikan yang berbeda dibandingkan dengan tes sebelumnya. Profesor Phillier menyemangati mereka dan meninggalkan kelas.
Tak ada kelas di siang hari jadi Rong Mingshi mengatur peralatan pergerakan bolanya menuju gudang batu energi universitas. Masalah terbesar sekarang adalah untuk menemukan batu yang tepat untuk merak biru…
Tak lama setelah ia berjalan keluar dari ruang kelas ada perasaan bahwa ia sedang ditatap. Macan tutul kecil itu dengan ragu menolehkan kepalanya dan menatap ke belakang, tetapi ia tak menemukan apa-apa. Kepalanya menoleh ke depan dan perasaan itu kembali lagi. Ia selalu merasa bahwa seseorang tampaknya mengikutinya.
Macan tutul kecil itu menatap gedung-gedung di sekelilingnya dan berencana untuk mencoba mengubah rutenya. Kemudian suara Aojia tiba-tiba terdengar di telinganya, “Macan tutul kecil, jangan menatap ke belakang dan teruslah.”
Roh macan tutul kecil itu gemetar ketakutan saat ia berbisik, “Aojia, apa aku diikuti?”
“Ya, ada dua belas robot penjaga kamuflase yang membawa senjata-senjata tak mematikan. Mereka seharusnya ingin menculikmu.”
Naga hitam itu berbicara dengan suara yang lembut dan rendah, mencoba untuk tak menyebabkan kepanikan pada binatang kecilnya. Bahkan sekarang, momentum yang datang dari tubuh naga hitam itu mengencangkan urat-urat syaraf Calant yang tengah mengendarai mobil suspensi di sampingnya.
Selama periode panjang ketika ia melayani komandannya, ini adalah pertama kalinya ia melihat bosnya meledak begitu ganas di luar medan perang.
Peralatan pergerakan macan tutul kecil itu terhubung dengan komputer kuantum Aojia dan sistem keamanan pertahanannya lebih sempurna daripada manor Aojia. Jika seseorang dengan maksud jahat mendekati maka akan ada alarm untuk menginformasikan pada Aojia.
Ada dua belas robot yang mengikuti macan tutul kecil itu, dilengkapi dengan senapan elektromagnetik dengan fungsi umum, granat kejut elektromagnetik dan perangkap jaring bertenaga. Peralatan-peralatan ini adalah senjata umum yang digunakan oleh polisi kekaisaran untuk menangani binatang buas yang gila karena mania.
Itu pada umumnya digunakan untuk menghancurkan benda-benda dan bahkan menyebabkan bahaya bagi orang-orang mereka dalam cengkeraman mania. Sekarang karena naga hitam ini berada di ambang kekerasan karena pemikiran bahwa orang-orang ini ingin menggunakan jaring bertenaga itu untuk mengikat binatang kecilnya…
Calant hampir mencium api yang membakar. Bosnya berada di ambang transformasi! Jika Calant tak bekerja dengan baik, mungkin bosnya akan membuangnya karena mengemudi terlalu lambat, langsung berubah menjadi seekor naga hitam dan terbang! Karena itulah, Calant menahan napasnya dan menaikkan kecepatan mobil suspensi.
Di saat yang sama, macan tutul kecil itu menjilat bibirnya dan ia tanpa sadar mengulurkan cakarnya. Ia hidup dalam usia yang damai di kehidupan sebelumnya dan jarang keluar karena kondisi fisiknya. Ia benar-benar belum pernah mengalami hal seperti ini.
Aojia menarik napas stabil dan suara rendahnya mengatakan, “Jangan takut. Serahkan itu padaku.”
Macan tutul kecil itu mendengarkan suara di telinganya dan mengangguk. “Oke.”
Aojia sedikit menyipitkan matanya dan mengambil kendali sedikit kursi keamanan macan tutul kecil itu, bergerak menuju gudang batu energi universitas. Itu dekat siang hari dan gudang batu energi universitas tak memiliki siapa pun selain alat pelengkap dan para robot penjaga.
Aojia mengendalikan bola transparan itu menuju rak-rak. Lusinan robot itu mengukiti macan tutul itu ke dalam, melemparkan beberapa granat kejut elektromagnetik secara berturut-turut, mengatasi para robot penjaga gudang dan bergerak menuju macan tutul itu. mereka tergesa-gesa dan menembakkan lebih dari perangkap jaring berturut-turut.
Rong Mingshi dengan gugup menatap jaring-jaring yang berkilat dengan listrik terbang ke arahnya. Kemudian seluruh tubuhnya berayun dengan hebat, melewati lusinan jaring-jaring dengan sudut yang aneh dan menghantam salah satu dari mereka. Menatap orang-orang itu mendekat, mata biru macan tutul kecil itu terbelalak dan ia tanpa sadar berteriak, “Aoji…”
Ketika macan tutul kecil itu membuat suara, ia dan seluruh kursinya langsung menghantam robot lawan. Ada sebuah letusan keras ketika robot itu menghantam rak di sampingnya dan sebuah kilatan cahaya, menunjukkan bahwa robot itu telah kehilangan kegunaannya. Mulut macan tutul kecil itu terbuka. Perasaan ini…
“Aoji, lagi!”
…Ia sangat emosional hingga kata-katanya sedikit tak jelas tetapi itu bukan apa-apa. Macan tutul kecil itu tak merasa malu sama sekali. Ia menunjuk robot di hadapannya, memberi tahu Aojia untuk lanjut menyerang mereka.
Kata-kata yang memasuki telinga naga hitam itu bukannya tak jelas sama sekali. Selain itu, ia sekarang mengenakan manset yang jelas-jelas memiliki ‘Aoji’ yang terpahat di atas mereka. Ini adalah nama kesayangan dari binatang kecilnya untuknya. Yang lebih penting, Aojia berpikir macan tutul kecil itu akan takut. karena itulah, ia mengendalikan kecepatan kursi bola itu dengan rasa takut jika ia bisa menakuti macan tutul kecilnya.
Kemudian ia melihat reaksi macan tutul kecil itu dan sedikit rileks. Bibirnya tak bisa tak melengkung. Karena macan tutul kecil ini begitu pemberani….
Suara rendah Aojia memasuki telinga macan tutul kecil itu. “Datang lagi?”
Rong Mingshi menatap jaring-jaring listrik yang mendekatinya lagi dan menepuk kursinya dengan cakar-cakarnya. “Aoji, cepat cepat! Terlalu menyenangkan!”
Binatang buas kecil ini…
Sebuah senyum muncul sekilas di mata naga hitam itu ketika ia mengendarai kursi bola macan tutul itu dan dengan cepat melewati jaring-jaring itu lagi. ia lebih cepat dari sebelumnya dan hampir seperti melesat melalui udara.
“Aojijijiji!”
Menatap robot yang sekali lagi terbang setelah ditabrak, macan tutul kecil yang merupakan predator hingga ke tulang-tulangnya itu mengeluarkan sebuah lolongan~
Suara itu bukan intinya… macan tutul kecil itu berpikir dengan keras!
Sebagai hasilnya, tempat duduk yang berisi macan tutul yang bersemangat itu menghindari jaring-jaring sambil menghantam robot-robot. Mereka semua menghantam rak-rak dan kehilanggan nilai guna mereka satu per satu.
Bola transparan itu melayang di dalam gedung batu energi. Ia aman. Cakar-cakar tebal macan tutul kecil itu menggenggam bagian depan kursi transparannya dan menatap kekacauan di tempat ini. Ekornya yang gembira tiba-tiba tegak. “Aoji, Aoji, ada sebuah batu di depan!”
Selama serangan, macan tutul kecil itu tak lupa untuk mencari batu-batu. Naga hitam itu menatap ke sekelilingnya. Mereka berada di tengah-tengah sejumlah besar rak-rak yang jatuh dan ada banyak batu energi. Ia tak bisa melihat batu yang macan tutul kecil itu bicarakan. Rong Mingshi mengulurkan sebuah cakar tebalnya dan menunjuk ke sisi lain. “Maju dan ke kiri. Batu yang berwarna biru-hijau.”
Naga hitam itu mengendarai kursi itu dan mendekati batu itu. Ia meraih batu itu sebelum mengembalikan kendali pada macan tutul kecil itu.
“Aku akan langsung menjemputmu.”
Calant akhirnya telah membawa mobil bersupensi itu ke universitas dan mereka berada di luar gudang.
Aojia berjalan melalui batu-batu energi itu bersamaan dengan para penjaga universitas yang menjawab alarm dan melihat macan tutul kecil yang diserang itu dengan bahagia memegang batu berwarna biru-hijaunya dan menatap gambar merak untuk pelajaran perbandingan.
Merak adalah beastman kekaisaran yang paling indah dan juga sangat memesona di bentuk manusia mereka. Calant sedikit menyentuh dagunya. Mengapa macan tutul ini tampak seperti beastman paling terkenal yang baru saja memenangkan sebuah penghargaan film?
Calant si pengawal menatap bosnya dengan macan tutul kecil itu dan merasakan sesuatu yang tak bisa dijelaskan bahwa punggung bosnya tampak lebar…
Ketika ia melihat Aojia, macan tutul kecil itu meleparkan batu biru-hijau itu ke samping dan mengendarai kursinya untuk mendekat. Ia tiba-tiba bergerak tak nyaman di kursinya dan merogoh keluar dua ekor binatang dalam cangkang telur yang pecah.
Hampir seketika, Aojia merasa bahwa periode estrusnya telah tiba. Ada kekuatan yang tak bisa dikendalikan dalam tulang-tulangnya dan kulitnya merasa ngeri seolah ia tengah disentrum. Sisik-sisik naganya muncul tak terkendali tetapi untungnya, ada batu-batu energi yang ia bawa di ban lengan dan ikat pinggang bersenjatanya. Batu energi yang ia bawa di dalam ikat pinggangnya melepaskan sedikit energi untuk menenangkannya, membuatnya tak bertransformasi ketika ia melihat kedua pahatan cangkang telur yang pecah itu.
- Home
- Number One Lazy Merchant of the Beast World [Bahasa Indonesia]
- Chapter 35 - Terlalu Menyenangkan
Donasi pada kami dengan Gojek!
