Number One Lazy Merchant of the Beast World [Bahasa Indonesia] - Chapter 30
- Home
- Number One Lazy Merchant of the Beast World [Bahasa Indonesia]
- Chapter 30 - Pemilik Toko yang Besar
Ingin membaca satu chapter lebih cepat? Yuk berdonasi! Setiap 10.000 donasi yang terkumpul, kamu akan dapat satu chapter tambahan loh! Jangan lupa sertakan bahwa kamu berdonasi untuk buku ini ya!
.
.
.
Kalimat yang tiba-tiba ini membangunkan sekelompok pemahat pemula yang terkejut.
Murid yang paling mempertanyakan Rong Mingshi mengepalkan tangannya dan berkata, “Guru, tujuan untuk memahat batu energi adalah untuk mengaktifkan kekuatan yang ada di dalamnya. Batu energi ini mencolok tetapi ini hanya bisa digunakan sebagai ornamen. Apa guananya hidupnya batu ini? Seorang pemahat batu manor bisa melakukan ini. Saya masih mencurigai bahwa detektor energi Teman Sekelas Rong memiliki masalah. Saya meminta guru untuk memeriksanya dengan peralatan lain.”
Ini seperti bangun dari mimpi. Para beastman kekaisaran mengetahui bahwa jika persepsi tidak digunakan untuk mengaktifkan batu energi, proses memahatnya akan jauh lebih mudah. Seorang tukang kebun biasa atau robot pembantu rumah tangga bisa melakukannya. Karena itulah, ada kegaduhan lain di dalam ruang kelas.
“Ya guru, energi yang diaktifkan adalah intinya. Penampilan yang palsu tak berarti apa-apa!”
“Guru, periksa itu lagi!”
“Jangan bicarakan tentang aktivasi seratus persen. Itu sebenarnya teraktivasi nol persen, benar?”
Tetapi, Profesor Phillier tak memiliki keraguan tentang murid berbentuk binatang ini. Ia telah dengan sukses maju menjadi seorang pemahat senior dan memiliki sejenis penglihatan. Ia tak seperti murid-murid yang dungu dalam usia dua puluh tahunan ini. Hanya saja untuk menghindari kekuatan pahatan dari mempengaruhi ruang kelas, perangkat khusus diletakkan utnuk menutupi energi batu yang berkekuatan. Murid-murid ini tak bisa melihat bahwa energi tengah meluap dari batu energi yang penuh itu.
Batu energi kelas rendah di depan Murid Rong sepenuhnya membalikkan pengetahuan awal Profesor Phillier tentang pemahatan batu energi. Selama bertahun-tahun ini, ia mempromosikan keahliannya dengan bergantung pada batu-batu energi kelas menengah dan kelas tinggi yang mahal. Ia tak pernah berpikir tentang kembali untuk memahat batu-batu energi kelas rendah. Profesor Phillier menarik napas dan berjalan menuju Rong Mingshi. Ia dengan serius menyatakan, “Murid Rong, bapak minta maaf atas keraguan yang bapak miliki!” Ia berhenti sebelum melanjutkan dengan serius. “Permisi, bisakah kamu menjual pahatan ini pada bapak?”
“…!”
Kata-kata itu sekali lagi membuat semua orang di dalam kelas terdiam saat mereka menatap guru mereka dengan ragu. Apa yang tutor mereka katakan? Permintaan maaf? Menjual? Profesor Phillier, yang baru saja maju menjadi seorang pemahat senior, adalah salah satu dari para pemahat yang paling menjanjikan di universitas. Tetapi ia ingin membeli batu energi yang mencolok ini? Karya seorang murid yang bahkan tak memenuhi syarat untuk menjadi seorang pemahat pemula? Bukankah ini adalah seorang profesor universitas yang legendaris yang memiliki pandangan yang lebih tinggi dari puncak?
Macan tutul kecil itu mengangkat cakar tebalnya dan menunjuk penguin kaisar itu. “Instruktur, pahatan ini bukan bentuk binatang Anda. Ini takkan berguna bagi Anda.”
Profesor Phillier terbatuk dengan sedikit rasa malu dan berkata, “Murid Rong, karyamu sangat menyentuh bapak. Bapak tak membelinya utnuk mania tetapi… bapak menginginkan pemahaman yang lebih mendalam.”
Saat Profesor Phillier sedang berbicara, pintu kelas itu didorong terbuka. Adalah pria paling elegan dan terkenal di universitas, wakil rektor keempat yang bentuk binatangnya adalah seekor penguin kaisar. Wakil rektor keempat itu masuk dan mengangguk sedikit pada semua anggota kelas. Ia berbicara dengan suara yang elegan, “Saya minta maaf karena mengganggu kalian, murid-murid.”
Kemudian ia berjalan ke arah Rong Mingshi.
“…”
Semua murid pemahat pemula kelas tiga menatap wakil rektor yang tiba-tiba datang dengan sedikit keraguan. Itu aneh. Wakil rektor jelas-jelas datang dalam bentuk manusia. Mengapa mereka tampaknya melihat bentuk penguin kaisarnya yang gemetar? Semua orang tanpa bisa dihindari menatap batu energi penguin kaisar di atas meja Rong Mingshi.
…Ini adalah sang wakil rektor! Wakil rektor keempat berdiri di hadapan Rong Mingshi dan menyapa Profesor Phillier. “Selamat pagi, Phillier. Maaf mengganggumu.”
Sudut bibir Profesor Phillier berkedut. “Selamat pagi.”
Kemudian wakil rektor keempat tersenyum pada si macan tutul kecil. “Murid Rong, kamu memahat bentuk binatang bapak. Tolong jual ini pada bapak.”
“…”
Salah satu teman sekelasnya berbisik, “Ini jelas-jelas hanya sebuah benda yang mencolok. Mengapa profesor dan wakil rektor berkelahi atas ini? Hanya karena ini tampak sangat mirip?”
Mencolok….
Wakil rektor keempat tertawa dan menatap penguji yang melekat pada meja di samping mereka. Kemudian ia menunjuk penguin kaisar di hadapan Rong Mingshi. “Bolehkah?”
Macan tutul kecil itu mengangguk sambil menutupi kuapannya dengan salah satu cakarnya yang tebal. Ia masih mengantuk…
Wakil rektor keempat mengangkat pahatan itu dan dengan hati-hati meletakkannya ke atas penguji energi murid yang berada di samping Rong Mingshi. Data di penguji itu melompat dan mendarat dengan mantap di atas nilai ‘100’. Itu benar-benar tingkat aktivasi energi maksimum.
Semua murid menatap macan tutul kecil yang dengan mantap duduk di atas tempat duduk berbentuk bola yang transparan.
Maka, cakar-cakarnya benar-benar bisa menggores pahatan yang semenakjubkan ini? Haruskah mereka mempertimbangkan menjadi binatang untuk melakukan pemahatan? Bagaimana jika mereka tak memiliki cakar? Bisakah mereka menggunakan gigi mereka?
Teman sekelas, yang menggerakkan irama itu dari awal hingga akhir, sedikit menundukkan kepalanya dan dengan tak rela menatap pahatannya sendiri. Landaknya yang tampak janggal menyeringai dengan gigi yang sedikit bengkok, seolah menertawakan kebodohannya.
Setelah menangani pertanyaan tentang pahatan itu, wakil rektor keempat mencondongkan diri ke bawah terhadap macan tutul kecil yang tampak tak terpengaruh. “Murid Rong, apa kamu sudah memikirkannya?”
Rong Mingshi menatap mata wakil rektor keempat yang lembut dan termenung sejenak. Pria di hadapannya ini tampak berada dalam usia lima puluhan atau enam puluh sembilan. Perutnya tak besar dan ia membungkuk sedikit untuk berbicara pada Rong Mingshi. Ada kebaikan di matanya yang membuatnya terasa familier, seperti kakek Rong Mingshi yang sebelumnya…
Karena itulah, Rong Mingshi mengerjap dengan mata macan tutulnya yang mengantuk dan tampaknya akan tersenyum. “Saya akan memberikannya pada bapak.”
Phillier, yang telah menyiapkan sebuah tawaran melawan wakil rektor, terkejut. Memberikannya? Apa dia salah dengar? Pahatan ini berharga setidaknya 200.000 koin bintang. Jika ia melihatnya lebih dalam, pahatan itu memiliki gaya yang sepenuhnya berbeda dari para pemahat hingga sekarang dan bisa dihargai setidaknya satu juta koin bintang.
Wakil rektor keempat sedikit memiringkan kepalanya. “Memberikannya pada bapak…Oke, maka bapak akan memberimu izin untuk mengambil semua batu energi kelas rendah di tempat penyimpanan universitas dengan gratis. Kamu tidak perlu membuat surat permintaan dan bisa mengambilnya dengan jumlah yang tak terbatas.”
Phillier dan seluruh kelas, ‘…Ini adalah hak yang hanya dimiliki oleh profesor universitas.’
Macan tutul kecil itu mengikuti wakil rektor dengan memiringkan kepalanya. Batu-batu gratis? Lalu bagaimana dengan produk yang selesai ia buat?
Wakil rektor tampaknya memahami keraguan Rong Mingshi dan menjelaskan, “Peraturan universitas menyatakan bahwa semua karya murid adalah milik murid itu sendiri. Kamu memiliki hak sepenuhnya untuk menentukannya sesuai keinginanmu.”
Akademi Pemahat Ibu Kota Kekaisaran menuntut biaya sekolah yang tinggi tetapi faktanya, biaya itu sudah termasuk sejumlah batu energi. Hingga setiap murid bisa menggunakan batu-batu energi itu untuk menutupi biaya sekolah mereka atau segala keuntungan tambahan berdasarkan kemampuan mereka sendiri.
Macan tutul kecil itu, yang baru saja berpikir untuk mencari uang untuk membeli sepotong besar batu energi untuk patung Aojia, mendapat kesadarannya kembai. Ini artinya ia tak perlu mengkhawatirkan tentang persediaan di masa depan! Macan tutul kecil itu mengangguk dalam persetujuan.
Wakil rektor keempat langsung mengirimkan sebuah kunci terbatas ke komputer kuantum Murid Rong. Kemudian ia mengulurkan tangannya dan menepuk bola transparan tempat Rong Mingshi duduk. “Sampai jumpa, macan tutul kecil.”
Phillier menatap wakil rektor yang pergi dan kemudian berdeham. “Ujian hari ini selesai. Nilai kalian akan dihitung sebagai penilaian untuk beasiswa universitas. Berdasarkan hasil sekarang ini, kalian bisa memilih tempat duduk kalian sendiri dan kalian harus memilih yang bagus. Murid-murid, silakan biasakan diri kalian dengan universitas dan kelas akan dimulai besok.”
Macan tutul kecil yang bahagia langsung memilih tempat ia duduk, melambaikan cakarnya pada Profesor Phillier dan berjalan menjauh. Tak ada yang lebih baik daripada memilih bahan-bahan!
Phillier dan seluruh kelas, “…”
Mereka takut bahwa Murid Rong tak tahu bahwa memilih tempat duduk mencerminkan bakat murid-murid di universitas. Struktur setiap ruang kelas adalah bentuk sebuah kipas. Murid-murid yang unggul memilih tempat duduk di depan. Hanya ada tiga buah tempat duduk di baris depan. Hal terpenting adalah semakin dekat mereka dengan bagian depan dalam kelas praktik memahat, semakin besar prioritas yang mereka dapat ketika memilih batu-batu energi. Yah, ini tampaknya tak ada gunanya bagi Murid Rong…
Saat ini, Rong Mingshi langsung pergi ke kantor batu energi gratis di universitas berdasarkan peta yang disediakan oleh komputernya.
Ini adalah sistem pengumpulan yang cerdas dan Rong Mingshi hanya perlu menyediakan kunci rahasia untuk masuk. Wakil rektor memberinya izin untuk berkeliling dengan santai untuk menemukan batu-batu favoritnya di inventaris universitas.
Batu-batu yang bercampur dengan semua jenis warna memenuhi pandangan macan tutul itu. Rong Mingshi tak merasa pusing sama sekali karena berbagai tipe untuk ide pahatan memenuhi kepalanya. Ini tidak sama saat di bintang sumber daya saat ia mengikuti Aojia sejak awal. Saat itu, macan tutul kecil itu takkan pernah berpikir bahwa ia akan memahat dengan cakar-cakar macan tutulnya suatu hari nanti.
Pada akhirnya, Rong Mingshi melempar hampir dua puluh batu energi campuran berkelas rendah ke kereta pelengkap, ketika ia memilih dua belas batu dengan hitam sebagai warna utamanya. Tak ada cara lain, Rong Mingshi mengakui bahwa ia adalah seorang penggemar naga hitam!
Rong Mingshi memeriksa dan memastikan bahwa tak ada rencana lain di sekolah hari ini. Macan tutul itu jauh lebih tertarik dalam memahat daripada universitas dan menghubungi Aojia, siap untuk kembali.
Tetapi, saat ini, Marsekal Black Dragon tengah menangani urusan militer di departemen kemiliteran dan untuk sementara tak bisa pergi. Karena itulah, ia menghubungi pembantu rumah tangga di manor. Pembantu rumah tangga itu tengah menunggu dengan khawatir ketika macan tutul kecil itu berada di luar rumah. Ketika ia menerima berita ini, ia dengan cepat mengendarai mobil suspensi untuk menjemput macan tutul kecil itu.
Rong Mingshi menatap tubuh mekanis pembantu rumah tangga itu dan bisa melihat sedikit ketidak sabaran dari mata mekanisnya! Itu mungkin sebuah ilusi yang datang karena ia terlalu mengantuk…
“Aojia tak di sini?” tanya Rong Mingshi.
“Tuan ada di luar karena bisnisnya.”
Bagaimana ia akhirnya bisa sendiri bersama anaknya lagi? Pembantu rumah tangga itu merasa sangat senang.
Rong Mingshi dengan nyaman bersarang di dalam bolanya dan tertidur di sepanjang jalan menuju rumah. Si pembantu rumah tangga yang memiliki kasih sayang seorang ayah memiliki hati yang lembut dan mengendarai mobil suspensi itu dengan kecepatan berjalan kaki… mereka tak sampai di manor hingga siang hari. Itu cukup untuk membiarkan macan tutul kecil itu tertidur selama tiga jam.
Macan tutul kecil yang tertidur bagun dan terburu-buru memakan sesuatu. Ia masuk ke kantor Aojia dan sambil menunggu Aojia kembali, ia membuka komputer kuantumnya dan memasuki toko daringnya. Beberapa hari telah berlalu dan Rong Mingshi menemukan bahwa sebaris kecil nomor berkedip di bawah barangnya yang pertama kali telah terjual. Ia menekannya dan hal itu menunjukkan padanya pesan para pembeli dalam produk itu.
Rong Mingshi membukanya dengan penasaran dan langsung terkejut dengan semua komentar. Ada beberapa pesan yang terdorong ke puncak daftar itu karena beberapa klik.
–Pemilik toko yang besar, kembalilah segera untuk menjual barang-barang. Anda tak bisa malas ketika sedang menjalankan sebuah toko daring! (Air mata yang menyedihkan).
–Pemilik toko yang besar, cepatlah jual barang-barang. Aku rela untuk melemparkan banyak uang padamu (Emas yang berkilau).
–Pemilik toko, bukankah Anda terlalu malas untuk mencari uang? Bisakah Anda hanya menjual satu benda di toko daring Anda? Dengan alasan apa pun, tak apa untuk membuka pemesanan dulu (sedih)!
Macan tutul kecil itu tanpa sadar menggosok hidungnya. Apa ia malas? Ia memikirkan tentang semua yang ia pahat dalam beberapa hari terakhir dibandingkan dengan semua karya yang ia selesaikan selama berbulan-bulan di kehidupannya yang sebelumnya… ia sangat rajin!
.
.
.
Centinni menerjemahkan ini untukmu.
Kami juga membuka donasi via Gojek pay ya guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat satu chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/fbqJYJX
- Home
- Number One Lazy Merchant of the Beast World [Bahasa Indonesia]
- Chapter 30 - Pemilik Toko yang Besar
Donasi pada kami dengan Gojek!
