Number One Lazy Merchant of the Beast World [Bahasa Indonesia] - Chapter 29.1
- Home
- Number One Lazy Merchant of the Beast World [Bahasa Indonesia]
- Chapter 29.1 - Tiga dalam Satu (1)
Aojia dengan perlahan mengembuskan napas, emosi-emosi yang tak jelas meningkat dan bercampur aduk dalam dirinya menjadi stabil. Ia menepuk kepala macan tutul kecil itu, meletakkan macan tutul kecil itu di atas meja dan melepaskan mansetnya. Ia mengangkat dua buah manset yang dipegang oleh cakar-cakar tebal macan tutul itu dan dengan sungguh-sungguh mengenakannya.
Rong Mingshi duduk di sana dan menonton. Manset-manset itu dipasang di tempat lubang manset oleh jari jemari Aojia yang panjang dan pergelangan tempat mereka melekat sangat dekat dengan mereka. Ketika dibalikkan, naga hitam di manset itu samar-samar bergerak, mata naga berwarna emasnya bermartabat dan tenang. Itu melengkapi tempramen Aojia dengan sempurna.
Macan tutul kecil itu mengembuskan napas kecil, jantungnya berdetak tak terkendali. Aojia…
Aojia yang mengenakan manset itu mencondongkan tubuhnya sedikit dan mengangkat macan tutul kecil itu lagi. Ia menaikkan dagu macan tutul itu dan menatap ke dalam mata macan tutul itu. “Apa kau tahu apa artinya saat memberi seseorang manset?”
Rong Mingshi dengan serius menatap mata Aojia, yang telah menjadi pupil vertikal entah sejak kapan. Kemudian Rong Mingshi menekankan cakar-cakar macan tutulnya yang tebal di dada Aojia. Tentu saja, ia tahu…
Lalu Aojia, apa kau tahu?
Bibir Aojia sedikit melengkung. Ia melonggarkan tangan yang memegang dagu macan tutul kecil itu dan menekankan macan tutul itu ke lehernya, mendesah, “Rong Rong, cepatlah kembali ke bentuk manusiamu.”
Ini lebih seperti memeluk dan mencium yang masternya sebutkan…
“…”
Ia kesulitan berbicara dan itulah mengapa ia tak menjawab pertanyaan Aojia tentang manset itu. Bagaimana jika ia tak mampu menjadi manusia? Bagaimana jika itu sama dengan apa yang ditemukan oleh dokter duke itu dan ia hanya bisa mempertahankan bentuk binatang buasnya ini dalam waktu yang lama? Tambahan, apa yang harus ia lakukan jika ia suatu hari menjadi manusia dan tak tampak bagus? Jika ia jelek…
Macan tutul kecil di lengan Aojia mencengkeram bahunya dengan cakar-cakar tebalnya dan tak bergerak. Aojia sedikit mengerjap, menarik macan tutul itu menjauh dari lehernya dan memegang kepala macan tutul kecil itu agar menghadapnya. “Mengapa kau tak berbicara?”
Rong Mingshi berdeham dan menatap Aojia dengan serius. “Jika saja, Aojia, aku bilang jika saja, apa yang harus aku lakukan jika aku sangat jelek?”
Aojia menaikkan kedua alisnya. “Bukankah bentuk binatang buasku sangat jelek? Apa kau tak menyukainya?”
“Bagaimana mungkin naga hitam itu jelek? Itu sangat kuat, agung dan jahat…”
“Jahat?”
…Aojia, berhentilah memperhatikan kata-kata yang salah!
Rong Mingshi menatapnya. Aojia tersenyum dan melihat bahwa langit di luar cerah. Malam telah berlalu. Ia menepuk kepala macan tutul kecil itu dan berkata, “Jangan berpikir terlalu banyak. Aku akan mengirimkanmu ke sekolah jadi tidurlah di perjalanan.”
Rong Mingshi akhirnya mengingat bahwa pemberitahuan masuk yang ia terima menyatakan bahwa ia akan memasuki sekolah tiga hari kemudian. Di hari pendaftaran, akan ada sebuah ujian dan universitas akan mengatur kelas-kelas berdasarkan nilai tes.
Belakangan ini, ia sibuk belajar berbicara dan lupa untuk memeriksa apa yang akan mereka tes. Rong Mingshi merasa kehilangan. Jika ia mengikuti ujian dan berada di urutan terakhir, bukankah ini akan mempermalukan Aojia?
Aojia membawa macan tutul kecil itu dan berjalan keluar ruangan. Calant si pengawal berdiri di depan pintu dan memberi salam. “Pak!”
Ia terbiasa untuk menghabiskan sepanjang hari dengan bosnya dan sekarang bosnya memiliki seekor macan tutul kecil. Pengawal yang tekun, yang menjaga jarak dari dua orang itu, menemukan bahwa manset di pergelangan tangan yang memegang macan tutul kecil itu telah berubah. Naga hitam yang dipahat dengan lembut itu sangat hidup.
Aojia berjalan mendekat dan memerintahkan, “Berikan benda-benda yang ada di atas mejaku pada ketiga pengawal yang ada tadi malam.”
“Baik, pak!”
Setelah komandannya pergi, Calant memasuki ruangan bosnya. Ia terkejut ketika ia melihat batu-batu energi di meja bosnya hingga mulutnya ternganga.
Sebelumnya, ia pernah melihat bosnya mengetes sebuah batu energi kelas tinggi dalam bentuk naga hitam dan kekuatan dalam batu energi itu mencapai 78%. Ini mengejutkan tetapi ada peringatan dari bosnya dan Calant menyembunyikannya, tak menyebutnya pada siapa pun.
Saat itu, Calant berpikir bosnya telah menemukan seorang pemahat master yang tak ingin mengungkapkan identitasnya. Sekarang Calant melihat tiga buah batu energi itu dan mengerti! Kapan mereka memiliki seorang pemahat dalam pesawat? Tadi malam, hanya ada macan tutul kecil yang sendirian dalam ruangan bosnya sepanjang malam!
Si pemahat master ini adalah macan tutul kecil yang bos mereka dekap di lengannya! Maka manset-manset itu… mereka juga adalah karya macan tutul kecil itu?
Calant memegang ketiga batu energi itu ketika hatinya bergetar saat ia mendapat sedikit intipan dalam rahasia bosnya. Tetapi, wajahnya tak berekspresi dan tenang. Rahasia mengejutkan ini, ia tak bisa menceritakannya pada siapa pun.
Ketiga pengawal itu menerima batu-batu energi itu dari Calant dan terkejut karena kekuatan yang dibawa dalam batu-batu energi kelas rendah itu. Mereka semua bisa menggunakan batu-batu energi kelas tinggi, tetapi karena masalah aktivasi energi, mereka biasanya menggunakan batu-batu energi kelas menengah. Mereka tak pernah melihat tingkat aktivasi yang sebesar ini sebelumnya. Ini sederhananya adalah sebuah obat khusus untuk mania mereka!
Harimau bergigi pedang itu tak menahan diri dan tiba-tiba berteriak, “Kepala Pengawal, aku ingin mengambil cuti!”
Telur-telur ibu, ia akhirnya bisa kembali dan memiliki 300 ronde bahagia dengan istrinya! Batu energi kuat ini berarti istrinya tak perlu lagi mengkhawatirkan tentang dirinya yang tiba-tiba bertransformasi menjadi seekor binatang buas ganas!
Serigala hutan dan trenggiling itu segera menyadari fakta ini dan berteriak, “Kepala Pengawal, kami juga ingin meminta cuti!”
“…”
Sang kepala pengawal, yang baru saja menyadari rahasia komandannya, harus menggertakkan giginya dan menyetujui permintaan ketiga orang ini. Ia merasakan rasa iri dan benci… mengapa ia tak ikut masuk kemarin?
Sementara itu, Rong Mingshi dibawa kembali ke manor oleh Aojia. Faktanya, naga hitam itu tak ingin melakukan ini karena ada naga-naga hitam kecil yang diletakkan di seluruh taman oleh pembantu rumah tangga.
Tetapi, tak ada jalan lain. Perlatan berjalan khusus yang ia buat untuk macan tutul kecil ini diletakkan di bagian bawah tanah gunung bersuspensi. Untuk memfasilitasi macan tutul kecil yang akan pergi ke universitas, mereka harus kembali dan mengambilnya.
Rong Mingshi, yang memiliki terlalu banyak energi untuk tertidur, menatap melalui jendela mobil suspensi dan melihat batu-batu berpahatan naga hitam kecil yang diatur oleh pembantu rumah tangga. Ia melihat benda-benda ini setelah menjelaskan hati satu sama lain. Rong Mingshi langsung menjadi depresi.
Siapa yang secara rahasia memahat keluarga naga hitamnya?! Sedang bertindak arogan di sini?
Macan tutul yang gelisah itu berlari menuju seekor naga hitam kecil yang diletakkan di depan sebuah air mancur di aula utama. Naga hitam kecil ini lebih besar dan setinggi seseorang. Salah satu cakarnya dinaikkan dan kepalanya berada di bawah sayap naganya.
….Itu sangat lucu hingga ia tak menginginkannya! Hanya saja pahatan ini sedikit familier.
Macan tutul kecil itu berlari ke naga hitam lain yang diletakkan di teras. Yang satu ini berbaring di punggungnya, perutnya yang bulat tampaknya dipenuhi makanan. Ia melambaikan keempat cakarnya seolah ia berusaha untuk berbalik. Ini adalah keimutan yang dibawa ke kesempurnaan! Walaupun, ide itu juga familier.
Kemudian Rong Mingshi menemukan salah satu yang diletakkan di atas tempat lilin di ruang tamu oleh pembantu rumah tangga itu. Naga itu seperti kucing yang ketakutan. Matanya besar dan sayap-sayapnya melekat dengan erat di tubuhnya. Cakar-cakarnya tegang dan ekornya naik.
Macan tutul kecil ini tak bisa menahan diri dan ia terjatuh ke lantai dan tertawa. Bagaimana Aojia bisa memiliki ekspresi sejenis itu? Ini pasti sebuah pemandangan dari imajinasinya!
Macan tutul kecil itu tiba-tiba berhenti dan mendongak menatap Aojia, yang tepat berada di atasnya. Ekor Rong Mingshi berbalik dan ia memanjat naik. Ia berdiri di sana dan menatap Aojia. “Aku yang membuatnya?”
Aojia berjongkok dan menyentuh kepala macan tutul kecil itu. “Kau tak ingat?”
Rong Mingshi memiringkan kepalanya. Ia benar-benar tak memiliki kesan tentang itu. Apa ia melakukan ini ketika mabuk? Rong Mingshi mengulurkan cakar-cakar tebalnya dan meletakkannya di atas kedua lutut Aojia. Kemudian ia coba-coba bertanya, “Haruskah aku mengubah mereka?”
Jika ini dilihat oleh orang lain, Aojia adalah marsekal kekaisaran… bukankah itu akan sangat memalukan?
Aojia memegang cakar-cakar macan tutul kecil itu dan mengangkat macan tutul itu. Ia menggosok cakar tebalnya dan berkata, “Tak perlu, tak masalah.”
Macan tutul kecil itu mengangguk. Tak apa jika ia tak mengubahnya. Ia hanya perlu membuat sebuah potret Aojia sesegera mungkin. Ketika potret yang ia susun berdiri di tengah-tengah manor, naga hitam kecil ini takkan mencolok.
Hanya saja ide Rong Mingshi terlalu besar. Ia memerlukan sebuah batu energi besar dan banyak uang untuk membelinya. Terlebih lagi, ia harus pergi ke tempatnya untuk memilih bahan-bahan. Semua benda-benda itu memerlukan uang. Saat ini, Rong Mingshi hanya memiliki 2.080 koin bintang dan ia merasa ia harus membuat banyak uang sesegera mungkin.
Pembantu rumah tangga, yang berdiri di kejauhan, meluncur ke arah mereka dan berbicara dengan tenang. “Tuanku. Master.”
Rong Mingshi sedikit terkejut. Master? Apa itu mengacu padanya?
Rong Mingshi dengan ragu menatap pembantu rumah tangga itu. Ia selalu merasa bahwa pembantu rumah tangga ini memiliki perilaku yang tak biasa terhadap dirinya. Terlebih lagi, tingkah laku pembantu rumah tangga ini mungkin sedikit aneh tetapi ia selalu memberi Rong Mingshi rasa aman. Apa ini karena Rong Mingshi terbiasa bersama pembantu rumah tangganya dalam waktu yang lama sehingga ia merasa dekat dengan robot pembantu rumah tangga yang lain?
.
.
.
Centinni menerjemahkan ini untukmu.
Kami juga membuka donasi via Gojek pay ya guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat satu chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/fbqJYJX
- Home
- Number One Lazy Merchant of the Beast World [Bahasa Indonesia]
- Chapter 29.1 - Tiga dalam Satu (1)
Donasi pada kami dengan Gojek!
