Number One Lazy Merchant of the Beast World [Bahasa Indonesia] - Chapter 25
- Home
- Number One Lazy Merchant of the Beast World [Bahasa Indonesia]
- Chapter 25 - Macan Tutul Kecil yang Mabuk.
Aojia berdiri di depan pembantu rumah tangga itu. Ia baru saja akan mengatakan sesuatu ketika sebuah suara yang rendah memasuki telinganya. Macan tutul kecil yang tertidur nyenyak di kamar telah memanjat turun dari tempat tidur dan menghantamkan cakar macan tutulnya ke pintu, lalu dengan lembut berteriak, “Aojia, jiji pintu.”
Rong Mingshi sangat kebingungan. Sebelumnya, pintu ini akan terbuka secara otomatis kapan pun ia ingin masuk dan keluar. Bagaimana benda ini tidak bisa terbuka sekarang?
“…”
Aojia menatap ke sekeliling manor yang telah runtuh kecuali kamarnya. Ia dengan cepat menggunakan komputer kuantumnya untuk menghubungi Ruhr, kecerdasan militer yang berada di dalam data milik pembantu rumah tangga.
Ruhr dengan tak rela melonggarkan cengkeramannya dalam data pembantu itu dan berlari ke robot marsekal, dengan cepat menambahkan sebuah gambar tiga dimensi ke lingkungan di sekelilingnya. Itu menunjukkan gedung manor yang asli dan sepenuhnya mustahil untuk bisa membedakannya kecuali jika seseorang dilengkapi dengan perangkat khusus kemiliteran.
Kemudian Aojia melepaskan baju besi robotnya, menghilangkan ekspresinya dan berjalan kembali ke kamar. Ia membuka pintu kamar dan macan tutul kecil itu melepaskan cakarnya, turun, dan mendongak menatap Aojia.
Aojia membungkuk dan mengangkat macan tutul kecil itu. “Kau tak tidur?”
Rong Mingshi meregangkan tubuhnya, ekor berbulunya bergerak melingkar dan mendarat di atas lengan Aojia saat ia berkata, “Ji.”
Aojia menaikkan sebelah alisnya. “Ada apa?”
Rong Mingshi menjilat bibirnya dan mengendalikan pita suaranya saat ia mengulangi, “Lapar.”
“Kalau begitu, ayo keluar untuk makan.” Aojia memegang macan tutul kecil itu dan bergerak menuju Calant, yang telah menghentikan mobil bersuspensi di posisi yang sebelumnya merupakan ruang tamu. Calant yang bersenjata berat dengan cepat membuka pintu dan membiarkan bosnya yang memegang macan tutul itu untuk duduk dalam mobil. Ia berbalik untuk menatap simul.asi berketajaman tinggi di manor bosnya dan mulutnya berkedut. Program ini digunakan oleh kemiliteran untuk meneliti strategi medan perang… tampaknya bosnya dan macan tutul ini telah mencapai level ini. Ia harus jauh lebih perhatian di masa depan.
Tanpa menunggu hati penggosip Calant untuk terbakar dengan penuh semangat, ia menerima berita dari bosnya untuk mengurus kepala polisi kekaisaran yang telah terburu-buru datang.
Data pembantu rumah tangga itu terkunci dan ketika ia melepaskan kuncian Ruhr si kecerdasan kecil, ia melihat gambaran marsekalnya yang berkendara menjaduh dalam mobil suspensi dengan macan tutul kecil itu.
Marsekal itu baik pada anaknya di segala aspek dan pembantu rumah tangga itu tak memiliki alasan untuk menghentikannya. Hanya saja… ia selalu merasa bahwa macan tutul kecil imut ini telah ditarik menjauh oleh cakar-cakar naga yang ganas dan sulit baginya untuk mengendalikan datanya.
Sebelum kembali ke kemiliteran, Ruhr berjalan ke depan data pembantu rumah tangga itu dan menggoyangkan basis datanya sendiri untuk mengambil virus yang sebelumnya dikirimkan padanya oleh pembantu rumah tangga itu, lalu kemudian menyerahkannya ke informasi pembantu rumah tangga itu. Artinya dinyatan sebagai, ‘Sama, ini hadiah yang kau kirimkan padaku, aku sangat menyukainya!”
“…”
Pembantu itu berpikir bahwa ia telah memenangkan ronde kedua melawan Marsekal Black Dragon. Yang tak disangka, hasilnya adalah sepenuhnya kekalahan di ronde kedua dan ketiga. Pembantu rumah tangga itu depresi…
Macan tutul kecil itu pergi dengan Aojia dan Ruhr mengikuti para pengawal marsekal. Orang-orang dari departemen kepolisian kekaisaran tidak masuk jadi pembantu rumah tangga itu ditinggalkan sendirian dalam reruntuhan manor untuk membersihkan kekacauan yang ia buat. Batu-batu energi macan tutul kecil itu tergeletak di bawah puing-puing dan ia harus menemukannya.
Kali ini, Aojia duduk di dalam mobil suspensi dan merasa sangat baik saat ia memegang cakar-cakar tebal macan tutul kecil itu.
Tempat Aojia membawa macan tutul kecil itu sangat terpencil. Ia sepenuhnya menghindari area-area makmur ibu kota dan bahkan melewati hotel paling terkenal di kota, yang dibangun di atas sebuah danau kota makanan. Mereka mengambil tujuh atau delapan belokan di lahan bersuspensi dan akhirnya sampai di sebuah gunung kecil bersuspensi.
Aojia memarkirkan mobil suspensi di ujung gunung bersuspensi dan membawa macan tutul kecil itu keluar.
Rong Mingshi menggerakkan hidungnya saat ia turun dari mobil. Matanya cerah saat ia menatap gunung yang tak begitu jauh. Itu adalah sebuah bungalo yang dikelilingi oleh pagar pohon cemara dan aroma berbakai makanan panggang datang dari sana.
Pada akhirnya, ia adalah seorang karnivora dan aroma ini membuat mulut macan tutul itu dipenuhi saliva. Matanya yang berkaca-kaca dipenuhi ketidak sabaran dan ia ingin melompat turun dari tangan Aojia dan langsung berlari. Tuhan tahu bahwa ia akan menggila setelah makan begitu banyak nutrisi.
Aojia tersenyum, menggosok kepalanya dan melangkah menuju halaman kecil itu. pintu halaman yang terbuat dari pagar cemara tak tertutup. Saat ia melaluinya dengan macan tutul kecil itu, seekor singa jantan tiba-tiba muncul dari halaman kecil itu dan berlari ke arah mereka.
Rong Mingshi terkejut tetapi untungnya, kecepatan Aojia cukup cepat. Ia dengan mudah menghentikan serangan singa itu dan lanjut melangkah maju. “Master, aku membawa sesuatu untuk makan malam.”
Master? Masternya Aojia? Macan tutul kecil itu berdiri di atas bahu Aojia dan menatap ke belakang Aojia. Ia menemukan bahwa tengkuk singa yang tinggi itu dibubuhi rambut putih dan ada sebuah aura agung padanya. Rong Mingshi melambaikan cakar tebalnya kepada orang itu. “Jiji, halo.”
Langkah-langkah Aojia tak berhenti dan ekspresinya tak berubah saat ia dengan serius mengoreksi, “Master, halo.”
Rong Mingshi mengulang, “Jiji, halo.”
…Sesuatu tampaknya salah?
“…”
Situasi ini menyebabkan singa yang dipanggil Wuka untuk bertransformasi kembali ke bentuk manusia. Ia menatap binatang buas kecil itu dengan bersemangat dan bertanya, “Nak Ao, anak siapa ini?”
Rong Mingshi, “…”
Aojia menepuk bulu macan tutul kecil itu untuk menenangkannya dan berbalik untuk menatap masternya yang mencoba memeluk macan tutul kecil itu. “Ia seekor binatang buas dewasa, “Rong Mingshi.”
Lion Wuka menyentuh janggut putihnya, menatap ke antara macan tutul kecil itu dan Aojia. Kemudian ia tiba-tiba tersenyum dan mengulurkan tangan. “Berikan aku sebuah pelukan.”
Rong Mingshi ketakutan karena wajah tersenyum master Aojia dan bersembunyi kembali ke lengan Aojia. Aojia melangkah maju. “Rong Rong ketakutan.”
“…” Takut? Siapa?
Rong Mingshi berbalik dan melihat master singa itu tertawa, matanya dipenuhi ketertarikan. Ini menyebabkan Rong Mingshi sedikit bergetar. Aojia… kata-katanya benar!
Aojia berjalan ke halaman kecil itu dan melihat berbagai daging panggang di atas meja. Kualitas dagingnya bagus dan hasil pekerjaan pisaunya juga bagus. Daging yang diasinkan itu bisa dipertimbangkan telah mencapai standar tetapi karya pemanggangnya itu masih buruk.
Rong Mingshi menggerakkan hidungnya, berbalik dari bahu Aojia dan bergerak menuju meja. Itu adalah daging dan ia pikir rasanya akan enak, membuatnya menuntut beberapa dari Aojia.
….Air liurnya menetes.
Tetapi, Aojia jelas-jelas tak ingin memberikannya untuk dimakan oleh macan tutul kecil itu. Aojia meletakkan macan tutul kecil itu di atas sebuah bangku tanpa sandaran di depan meja, mengangkat sebuah piring besi bulat dan meletakkannya di atas kompor.
Rong Mingshi menjulurkan kepalanya dengan pandangan penasaran. Aojia akan memasaknya sendiri?
Ia melihat Aojia yang meniupkan api ke kompor, seketika menaikkan api di kompor dan api keoranyean itu menjilat-jila piring besi. Piring besi itu dengan cepat menjadi panas. Aojia meraih kuas di dekatnya dan dengan cepat menyeka selapis minyak ke atas piring besi. Tangannya yang lain menaburkan selapis bumbu dan potongan-potongan tipis daging yang telah dimarinasi oleh master di pagi hari itu dan ia letakkan di atas piring besi itu. Ia menggunakan sumpit besi untuk dengan cepat membalikkan potongan-potongan kecil daging.
Tindakan ini sangat mahir dan stabil. Ini jelas bukan kali pertama ia melakukan ini.
Rong Mingshi berjongkok di sana, mendengar suara desisan dan rasa barbekyu yang menarik. Ia menjadi lebih lapar karena daging-daging yang dimasak oleh Aojia beraroma lebih baik daripada barbekyu yang ada di meja.
Ketika Lion Wuka duduk dengan petuh dan menatap pergerakan muridnya sambil cemberut. Tak peduli berapa kali ia memanggang daging, ia tak bisa mencapai level muridnya. Ketika daging yang tipis dimasak dan ujungnya sedikit melengkung, Aojia dengan mahir meraih daging itu dan meletakkannya di atas sebuah piring kecil ke sampingnya, memberikannya pada dua orang yang ada di hadapannya.
Lion Wuka memakannya dengan berlebihan.
Macan tutul kecil itu menjilat bibirnya dan menatap Aojia dengan mata yang berkaca-kaca. Bisakah ia benar-benar makan? Aojia lanjut memasak daging dengan satu tangan sambil menepuk kepala macan tutul itu dengan tangannya yang lain. “Aku sudah bertanya pada dokter dan kau boleh makan sedikit.”
Macan tutul kecil itu berteriak dan menundukkan kepalanya untuk makan, rasa yang empuk dan sedikit berasap mencapai lidahnya. Macan tutul kecil, yang belum menyentuh daging untuk waktu yang lama, hampir menelan lidahnya sendiri.
Sudut bibir Aojia berkedut saat ia menatap macan tutul kecil yang menundukkan kepalanya untuk makan dengan kepala yang bergoyang dan kemudian Aojia mengulurkan tangannya untuk menepuk bulunya.
Lion Wuka makan dengan cepat dan ketika piringnya kosong, ia tergesa-gesa menuju rumahnya untuk meraih sebotol anggur, lalu memberikannya pada Aojia. Aojia membuka tutupnya dengan satu tangan dan memercikkannya dengan cepat dan rata di atas daging yang dimasak di piring besi. Anggur yang matang itu membasahi daging panas dan aromanya memenuhi udara dengan aroma rasa yang jelas.
Rong Mingshi selesai makan dan mengendus. Aroma ini sangat enak dan tampaknya… kepalanya sedikit pusing.
Setelah Aojia memercikkan sedikit anggur, ia sedikit mengernyitkan dahi. Aroma anggur ini…
Wuka menyentuh jenggot putihnya. “Ini anggur tua yang sudah kusimpan dalam gudang bawah tanahku selama satu abad. Nak Ao, untuk kau minum…”
Ia belum selesai berbicara ketika ia melihat muridnya menjatuhkan sumpit besi dan meraih macan tutul kecil yang telah jatuh dari bangku.
“Rong Rong!”
Beberapa jenis makanan beastman itu terdiri atas beberapa campuran, yang merupakan alasan megapa dokter dengan tegas mencegah macna tutul kecil itu memakan makanan di pesawat. Master telah menyimpan anggur tua ini selama bertahun-tahun dan tak diketahui berapa banyak kekuatan ekstra yang telah ditambahkan. Dengan kata lain, anggur ini terlalu kuat…
Rong Mingshi merasa pusing hanya dengan menghirup sedikit. Ia melihat wajah Aojia yang mendekat dan tiba-tiba seluruh wajahnya memanas saat ia memeluk lengan Aojia. “Aoji Aoji Aoji Aoji…”
Ia berteriak keras saat ekor tebalnya melambai dan akhirnya melilit leher Aojia.
Ini menyebabkan orang dewasa yang tampan khawatir saat udara panas bergelora. Aojia dengan cepat mengaktifkan program pemeriksaan fisik di komputer kuantumnya. Diputuskan bahwa macna tutul kecil itu hanya mabuk. Aojia sedikit lega dan memegang sebuah cangkir untuk memberi macan tutul ini air.
Tetapi, macan tutul kecil itu tidak bekerja sama. Ia terus memegang lengan Aojia dan berteriak. Setelah beberapa saat, ia mendongak menatap Aojia dengan mata sejernih kristal yang berkilau karena cahaya matahari. Aojia terkejut sejenak, membiarkan macan tutul kecil itu melompat dari lengannya dan pergi ke batu-batu yang berserakan di samping pondok.
Macan tutul kecil itu berteriak, menekan tombol spasi dan mengeluarkan peralatan-peralatannya untuk mulai bekerja dengan batu-batu. Macan tutul kecil itu tiba-tiba menjadi berlumuran debu. Sisik-sisik naga itu biasanya digunakan untuk memahat batu-batu energi dan memahat batu-batu biasa itu terlalu mudah. Batu-batu yang berserakan di bawah cakar-cakar macan tutul itu dengan cepat berubah menjadi…. seekor naga hitam kecil dengan berbagai bentuk.
Tidak hingga tak ada lagi batu di halaman barulah macan tutul kecil itu akhirnya jatuh tertidur di lengan Aojia dengan wajah yang berdebu. Aojia mendekap macan tutul kecil yang kotor, dengan makna yang tak diketahui dalam matanya yang dalam.
Lion Wuka menatap naga-naga hitam kecil yang imut di halaman dan terperanjat. Anak kecil yang muridnya dapatkan ini luar biasa!
.
.
.
Centinni menerjemahkan ini untukmu.
Kami juga membuka donasi via Gojek pay ya guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat satu chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/fbqJYJX
- Home
- Number One Lazy Merchant of the Beast World [Bahasa Indonesia]
- Chapter 25 - Macan Tutul Kecil yang Mabuk.
Donasi pada kami dengan Gojek!
