Why Fall in Love if You Can Attend Tsinghua University [Bahasa Indonesia] - Bab 31
- Home
- Why Fall in Love if You Can Attend Tsinghua University [Bahasa Indonesia]
- Bab 31 - Percaya Diri (III)
Xue Jiao mengambil tas sekolahnya dan berjalan keluar
“Xue Jiao?”Dia baru saja tiba di gerbang sekolah dan sebuah mobil berhenti di depannya. Jendela mobil itu diturunkan dan terdengar suara seseorang yang akrab.
“Eh? Tuan Lin?”Xue Jiao sedikit terkejut.
Lin Zhi Hua mengangguk dan sepasang mata hitam itu menatapnya, “Apakah kau ingin aku mengantarkanmu pulang?”
Xue Jiao buru-buru menolak, “Tidak, sopir keluarga saya sudah menunggu saya! Ngomong-ngomong, kenapa Tuan Lin ada di sini?”
“Adikku bersekolah di sini. Aku baru saja menjemputnya.”Dia sedikit mengarahkan dagu ke kursi penumpang di sebelahnya.
Xue Jiao menoleh dan melihat seorang anak laki-laki yang mengenakan seragam sekolah.
Dia tersenyum pada anak laki-laki itu dan kemudian memandang Lin Zhi Hua, “Kalau begitu, Tuan Lin, saya pergi dulu!”
“Ya. Sampai jumpa nanti.”
Xue Jiao melambaikan tangan padanya dan berjalan menuju mobil Paman Xing.
Lin Zhi Hua menutup jendela mobil, kemudian dia menyalakan mobil dan berkata kepada anak laki-laki yang takut untuk berbicara dengannya, “Aku akan membantu Bibi Chen untuk menjemputmu setiap hari Jumat.”
Anak laki-laki yang duduk di kursi penumpang itu hendak menangis, namun dia hanya bisa mengangguk, “Oke.”
Dia hanyalah anak dari pengasuh yang bekerja untuk keluarga Lin. Tuan Lin akan datang menjemputnya lagi pada hari Jumat?!
Dia… Dia… Dia hanya ingin menangis!
Awalnya, dia bisa pergi dengan teman-temannya sepulang sekolah. Namun, sekarang dia hanya bisa mematuhi perintah Tuan Lin untuk pulang dengan seragam sekolahnya.
Malam harinya.
Xue Jiao berbaring di tempat tidur dan ponselnya berbunyi.
Gu Xue Jiao yang asli menambahkan beberapa kontak orang yang tidak jelas di ponselnya, sehingga saat ini dia menghapus semua kontak mereka. Sekarang hanya ada satu orang yang ada di daftar pertemananya, Lin Zhi Hua.
[Bagaimana hasil ulangan harianmu?]
Xue Jiao membalasnya——
[Aku lulus, ada apa?]
Pihak lain pun segera menjawabnya dengan cepat——
[Adikku mengatakan jika dia tidak bisa mengerjakan ujiannya dengan baik dan mengatakan semua pertanyaannya sangat sulit?]
[Itu bukan masalah besar, tapi ada dua soal dalam ujian Matematika yang belum pernah diajarkan di kelas dan di luar kurikulum]
Setelah dia mengirim pesan, dia terkejut bahwa Lin Zhi Hua adalah kakak yang baik. Dia mencoba untuk bertanya padanya secara tidak langsung.
Dia membandingkan Lin Zhi Hua dengan Cheng Ming Ze yang ada di sebelah kamarnya, yang masih menunjukkan ekspresi tidak senang terhadap dirinya dan sedikit tidak bisa berkata-kata.
[Oh. Aku mengerti]
Xue Jiao melihat jam dan membalas pesan itu——
[Selamat malam! tarian.jpg]
Beberapa detik kemudian, dia juga mengirimkan sebuah emoji —
[imut.jpg]
Ketika dia membayangkan wajah dingin Lin Zhi Hua dan melihat emoji itu, dia langsung tertawa terbahak-bahak.
Dia tidak menanggapi pesan terakhir Lin Zhi Hua. Dia pun meletakkan ponselnya, mematikan lampu, dan pergi tidur.
Ini sudah menjadi sebuah kebiasaan. Banyak orang akan beristirahat setelah ujian selesai dan guru tidak akan memberikan terlalu banyak pekerjaan rumah.
Jadi, setelah ulangan harian, hari-hari berikutnya akan berlangsung dengan mudah. Hari ini adalah Hari Libur Nasional, jadi Cheng Ming Ze juga pergi menginap dengan beberapa teman masa kecilnya selama beberapa hari.
Ketika dia kembali, dia melihat seorang gadis dengan piyama lucu yang sedang duduk di depan meja belajar di kamar sebelahnya yang pintu kamarnya setengah terbuka. Dia mengerjakan latihan soalnya dengan serius, namun tak lama kemudian, dia tampak sedikit kebingungan.
Cheng Ming Ze bersandar pada kusen pintu dan memperhatikan gadis itu dengan tenang.
Mungkin karena pria itu memandangnya terlalu lama, Xue Jiao yang merasa sedang diperhatikan segera membalikkan badannya.
“Ada apa?”Nada suara Xue Jiao terdengar terkejut.
Cheng Ming Ze memandangnya dengan penuh arti dan berkata, “Sulit bagimu untuk mengalahkan Ming Jiao.”
“Terus?”Suara Xue Jiao menjadi dingin.
Faktanya dia tidak ingin banyak berinteraksi dengan pemeran utama pria itu. Tidak ada satu orang pun yang suka, jika dia dipandang dengan tatapan menghina sepanjang hari. Alasan kenapa dia tetap ramah pada pria itu karena dia tidak ingin Li Si Tong merasa canggung.
Merasakan perubahan sikap Xue Jiao yang menjadi dingin, Cheng Ming Ze menegakkan tubuhnya dan merasa sedikit tidak merasa nyaman, “Kau harus terus berusaha keras. Kau bisa bertanya padaku, jika ada materi yang kau tidak paham. Bahkan jika kau kalah dari Ming Jiao di akhir semester, selama kau masuk dalam peringkat 100 besar, kau akan tetap bertahan di kelas 2-1.”
Xue Jiao berkata dengan tenang, “Terima kasih, bagaimanapun juga, itu tidak perlu.”
Cheng Ming Ze mengerutkan keningnya, “Belajar adalah urusan pribadi, bukan keinginan seseorang.”
Cheng Ming Ze mengungkapkan pendapatnya dan tidak memberi Xue Jiao waktu untuk menanggapi pendapatnya. Wajahnya menunjukkan ketidaksenangan saat dia berbalik dan pergi dari kamar gadis itu.
Xue Jiao menghela napas dan merasa sedikit marah padanya.
Dia adalah anak yatim piatu di kehidupan terakhirnya dan hanya bisa bergantung pada dirinya sendiri. Pada kehidupan ini, dia akhirnya bisa mengandalkan seseorang pada masa-masa terpentingnya, sehingga dia tidak perlu merasa khawatir dengan biaya sekolahnya, materi pembelajaran, dan biaya hidupnya.
Dia seharusnya bersyukur, namun ketika dia harus menyelesaikan semua kekacauan dan kesan buruk yang ditinggalkan oleh Gu Xue Jiao, dia masih merasa kesal.
Dia melirik ke jam dindingnya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh. Saatnya dia pergi tidur.
Malam itu Xue Jiao tidak bisa tidur dan terus melemparkan badannya di atas tempat tidur. Dia membuka matanya, kemudian dia mengambil ponselnya dan mengirimkan posting-an di momennya [1].
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghapus semua kesan buruk pada diri seseorang? Kapan kekhawatiran ini akan berkurang?
Setelah dia mengirimkan posting-an tersebut, dia merasa seperti membuang sampah. Suasana hatinya berubah menjadi lebih baik.
Dia baru saja meletakkan ponselnya dan menerima sebuah komentar dari teman satu-satunya.
***
Penulis ingin mengatakan sesuatu:
Yi Tian Yu : OMG! Berita terbaru! Gu Xu Jiao berkata bahwa dia lulus ujian! Tuhan! Lulus! Tingkat kelulusan yang sulit.
Xue Jiao: …………………
***
Catatan:
[1] Momen adalah FB versi China.
Ayo dukung penerjemah kesukaan kalian dengan cara berdonasi melalui Go-Pay. Setiap Rp10.000 donasi yang terkumpul, kami akan memberikan Satu Bab Tambahan untuk kalian. Jangan lupa untuk menyertakan nama penerjemah dan judul novel saat kalian berdonasi. Kode QR bisa kalian temukan di beranda website atau di bagian akhir halaman ini.
Terima kasih~
- Home
- Why Fall in Love if You Can Attend Tsinghua University [Bahasa Indonesia]
- Bab 31 - Percaya Diri (III)
Donasi pada kami dengan Gojek!
