Intense Love [Bahasa Indonesia] - Chapter 90
Su Jinbei duduk di ruangan selama beberapa saat. Setelah dia cukup beristirahat, dia berjalan ke halaman untuk berjalan – jalan. Namun, dengan jalan santainya, semua orang tertarik padanya dan ingin meliriknya.
Zhou Shiyun sedang melakukan konsultasi dengan para penduduk. Dari sudut penglihatannya dia melihat sosok berpakaian merah berjalan – jalan di halaman. Dia mendongak untuk melihatnya, sedikit senyum melintas di matanya.
“Dr. Zhou, apakah orang di sana memang benar – benar kekasihmu?” Perempuan paruh baya yang sedang dirawat olehnya bertanya.
Zhou Shiyun terdiam dan mengangguk.
“Gadis itu cantik.” Perempuan paruh baya berkata sambil tersenyum, “Hanya saja dia tidak memakai pakaian yang cukup.”
Zhou Shiyun, “…”
“Bibi, kau mungkin tidak sadar, tapi kekasih Dr. Zhou kami adalah selebriti terkenal. Dia cukup terkenal belakangan ini,” Perawat yang membantu itu bergurau.
“Selebriti terkenal?”
“Ya, ya, seperti orang yang muncul di TV.”
Perempuan paruh baya tampaknya tiba – tiba menyadari sesuatu, “Pantas saja dia sangat cantik. Kau begitu beruntung, Dr. Zhou.”
Zhou Shiyun tersenyum tipis, “Terima kasih.”
Sementara itu, Su Jinbei bosan dan bermalas – malasan jadi dia mulai mengganggu beberapa anak untuk bermain dengannya.
“Berapa usiamu?”
“…”
“Apa kamu sudah sekolah?”
Anak kecil itu tetap diam, berdiri di sana dengan malu, tidak pergi atau berani untuk menghampirinya.
“Ayolah, bicara. Bagaimana jika begitu, kalian bisa mendapatkan satu permen untuk setiap kalimat yang kalian ucapkan.” Su Jinbei duduk di atas batu yang ada di samping, “Ini enak~”
Dia mengeluarkan satu kotak cokelat dari tas. Cokelat dan permen yang dia berikan pada gadis kecil biasanya disimpan di tas untuk menyambung hidupnya saat bekerja. Tapi dia sedang tidak bekerja sekarang dan terus tersimpan di tasnya tanpa dimakan. Siapa yang tahu makanan ini akan berguna disini.
Bocah itu bagaimanapun masih anak – anak dan dia hidup di area pegunungan yang dilanda kemiskinan yang mana persediaan langka. Matanya berkilat ketika melihat bungkus permen yang bagus. Su Jinbei mengeluarkan sepotong cokelat dan bertanya pada bocah itu, yang tampak berusia delapan atau sembilan tahun, “Berapa usiamu?”
Mata bocah itu mengikuti coklatnya, “T-tiga belas.”
“Hah?” Su Jinbei terkejut. Tiga belas? Dia begitu kecil, dia kira dia berusia delapan atau sembilan tahun. Sungguh tidak diduga, dia tiga belas tahun. Dia sedikit mengernyit, hatinya bersedih untuknya.
“Ini, untukmu.” Dia mengalihkan pandangannya dan tersenyum saat memberikan cokelatnya.
Anak itu menerimanya dengan gembira. Anak – anak yang lain semangat untuk giliran mereka dan menjawab apapun yang ditanya oleh Su Jinbei. Dengan cepat, semua cokelatnya sudah diberikan.
Anak – anak yang lain dengan gembira merobek bungkusnya dan melahapnya setelah mereka menerima cokelatnya, tapi bocah pertama tetap memegang cokelatnya dan tidak bergerak.
“Kau tidak makan?” Tanya Su Jinbei, bingung.
Bocah kecil itu tersenyum malu, “Adikku belum mencobanya juga, aku ingin membawanya kembali agar dia bisa mencobanya.”
Su Jinbei kaget dan tiba – tiba menyesal dia tidak membawa apapun selain makanan manis yang ada di tasnya.
Dia telah menyumbang kepada masyarakat sebelumnya tapi ada orang – orang yang melakukannya untuknya dan dia tidak pernah berkunjung ke area dilanda kemiskinan sebelumnya, jadi, datang kesini kali ini, bocah kecil ini cukup mengejutkannya.
“Tao, ayo pulang.” Seorang bapak tua yang usianya sekitar 60 atau 70 tahun datang dan membawa bocah kecil itu pergi. Su Jinbei duduk disana, menatap punggung mereka yang pergi.
“Pakai ini.” Zhou Shiyun sudah berjalan menghampirinya. Su Jinbei mendongak, berkonsentrasi pada mantel hitam panjangnya.
Su Jinbei berdiri. Zhou Shiyun memakaikan mantel itu padanya dan menjelaskan, “Suhunya semakin dingin ketika matahari terbenam.”
Donasi pada kami dengan Gojek!
