General's Lady [Bahasa Indonesia] - Chapter 4
Shen Qi berada dalam usia yang tepat dan sangat cantik. Sementara Shen Jin masih cukup kecil dan sangat manis, dengan wajahnya yang memerah dan matanya yang basah. Walaupun penampilan Shen Jin tidak sama seperti putri-putrinya yang lain, tetapi sepasang mata berbentuk almondnya mampu membuat orang-orang merasa bahwa ia polos dan cantik.
Dan Putri Rui juga sangat cantik. Tetapi, di hari-hari biasa, ia sering memasang ekspresi serius dan sangat jarang tampak lembut seperti ini. Tetapi hari ini ia tampak sangat cantik.
“Kalian menertawakan apa?” tanya Pangeran Rui sembari berjalan masuk.
Sebenarnya Putri Rui sejak awal sudah mengetahui kedatangan Pangeran Rui. Shen Qi dan Shen Jin langsung tergesa-gesa menjauh dan memanggil ayah mereka dengan tampak takut, “Ayahanda Pangeran.”
“Haha.” Pangeran Rui tidak marah sama sekali. Ia duduk di samping Putri Rui dan berkata, “Kalian juga duduklah.”
Shen Qi dan Shen Jin duduk. Melihat kedua putrinya tampak begitu gugup, Pangeran Rui bertanya sambil tersenyum, “Kalian barusan menertawakan apa?”
“Jin’er memberiku sebuah sapu tangan yang dia sulam.” Putri Rui mengambil inisiatif untuk memberikan sapu tangan itu, lalu menunjukkan daun teratai dan ikan mas merahnya pada Pangeran Rui. “Apa yang bisa Pangeran lihat?”
Pangeran Rui sudah tidak tahu lagi berapa banyak barang-barang berharga yang pernah ia lihat. Sulaman Shen Jin ini tentu saja tidak akan bisa menandingi para penyulam yang menjadikan sulaman sebagai pekerjaan mereka, apalagi menandingi orang lain di kediamannya.
Tetapi Shen Jin bahkan belum mencapai sepuluh tahun. Keahlian yang seperti ini seharusnya sudah terhitung tidak buruk. Bahkan Shen Qi, putri sulungnya, tidak bisa menandingi Shen Jin saat seusianya. “En… Aku merasa… bukankah daun teratai dan ikan ini agak gemuk?”
“Lihat, Ayahanda Pangeran juga berkata begitu.” Shen Qi mencolek Shen Jin dan tertawa. “Barusan aku sudah bilang. Dan adik juga tetap tidak mau mengakuinya.”
Pangeran Rui tersenyum. “Sulamanmu tidak buruk. Tetapi jangan sampai membuat dirimu lelah.”
Shen Jin sudah terbiasa diabaikan oleh Pangeran Rui. Tetapi tiba-tiba mendengar kalimat seperti itu, ia hanya bisa berkata dengan wajah yang memerah, “Ayahanda Pangeran, aku akan membuatkan beberapa barang untuk Ayahanda juga.”
Pangeran Rui tercengang. Belum pernah ada putri-putrinya yang pernah membuatkan sesuatu untuknya. Tetapi mendengar kata-kata Shen Jin dan melihat wajahnya yang dipenuhi harapan dan kegugupan, ia berkata sambil tersenyum, “Baiklah.”
Di sampingnya, Putri Rui juga tersenyum. “Jin’er sangat perhatian sekali.”
Shen Qi berkata, “Adik jangan sampai melupakan kakak ya.”
“Aku tidak mungkin lupa.” Shen Jin mengelus lengan Shen Qi dan berkata dengan meyakinkan, “Kakak adalah yang terbaik.”
“Baik sekali.” Shen Qi menatap Pangeran Rui dengan sedikit kebanggan. Tetapi, tatapan itu malah membuat Pangeran Rui menjadi lebih menyayanginya. Bagaimana pun, ia hanya memiliki seorang putri resmi.
Di hari-hari biasa, kedua putra Putri Rui semuanya berada di istana. Bahkan saat kembali pada hari libur pun, mereka akan tinggal di halaman depan. Jadi, saat mereka makan, biasanya hanya ada mereka berempat. Tidak ada pelayan yang melayani.
Shen Qi selalu menjaga Shen Jin. Saat makan, Shen Jin sangatlah manis. Saat makan, ia akan memakannya dengan satu demi satu gigitan kecil. Postur tubuhnya juga sangat bagus dan membuat orang-orang yang melihatnya menjadi senang dan nafsu makan mereka meningkat. Karena itulah, Pangeran Rui menghabiskan semangkuk penuh bubur.
Setelah menghabiskan sarapan mereka, Shen Qi membawa Shen Jin untuk menghadiri kelas. Pangeran Rui secara khusus mengundang seorang guru untuk mengajar mereka. Ia tidak pernah meminta setiap dari mereka untuk menjadi seorang wanita terpelajar yang berbakat, tetapi ia hanya berharap mereka bisa mengetahui beberapa pengetahuan.
Karena tidak perlu pergi ke pengadilan, Pangeran Rui terus mengingat pemandangan yang ia lihat saat ia masuk ke dalam ruangan itu. Ia tak bisa menahan diri untuk tak menangkap tangan Putri Rui. Putri Rui sedikit menundukkan kepalanya dengan wajah yang memerah, keseriusan yang biasanya ada kini tidak ada sama sekali.
Seluruh pelayan yang ada di dalam ruangan diam-diam keluar setelah menerima isyarat mata. Dengan kepuasan di dalam hatinya, Pangeran Rui menarik Putri Rui dalam posisi yang intim. Putri Rui juga tidak menolak…
.
.
.
Shen Zi hari ini tidak datang sama sekali. Sebaliknya, Shen Jing membawa adiknya, Shen Rong, untuk datang. Shen Rong adalah yang paling muda, tetapi guru mereka berkata ialah yang paling berbakat alami dalam memainkan qin1. Jadi, Beliau jauh lebih condong menyukai Shen Jing dan Shen Rong saat mereka datang untuk belajar.
Tatapan Shen Jing menggelap saat ia melihat Shen Jin dan Shen Qi datang bersama. Tetapi, ia segera menampakkan senyuman dan berinisiatif untuk memanggil, “Kakak tertua, kakak ketiga.”
Setelah mengikuti Shen Jing dan bersama-sama menyapa kakak-kakak mereka, Shen Rong duduk dan menatap partitur qinnya. Walaupun ia masih kecil, tetapi ia memiliki aura seorang wanita berbakat.
Kemampuan belajar setiap orang itu berbeda. Yang belajar dengan kemampuan paling rata-rata adalah Shen Jin dan Shen Zi. Tetapi Shen Zi memiliki penampilan yang sangat cantik, jadi hanya Shen Jinlah yang dihitung seseorang dengan masa depan yang tidak cerah.
Di masa lalu, guru yang mengajar mereka, walaupun tidak bisa menyulitkan Shen Jin secara sengaja, ia kurang lebih tidak senang terhadapnya. Tetapi setelah melihat Shen Qi menarik Shen Jin dengan tangannya sendiri hari ini, ia merasa sedikit terkejut di dalam hati. Tetapi ia dengan cepat kembali tampak normal.
Saat tengah hari, Shen Zin tidak mengikuti Shen Qi lagi ke halaman utama. Selir Chen sedang menunggunya di tengah halaman kediaman mereka. Melihat senyuman di wajah putrinya, Selir Chen berkata dengan nada lembut, “Kenapa kau berjalan dengan begitu terburu-buru sampai berkeringat begini?” Setelah berkata demikian ia mengeluarkan sapu tangannya dan membantu menyeka dahi Shen Jin.
“Ibu.” Mata Shen Jin bersinar-sinar. Wajahnya memerah, membuatnya sangat manis.
Awalnya Selir Chen ingin menanyakan beberapa hal,. Tetapi karena melihat putrinya seperti ini, ia sudah paham di dalam hatinya. Ia menarik putrinya memasuki kamar, lalu membiarkan para pelayan memandikan Shen Jin dengan air hangat.
“Ibu…” Setelah selesai mandi, Shen Jin mendekati Selir Chen.
Selir Chen ingin sekali meminumkan air pada Shen Jin seperti saat putrinya itu masih kecil. Walaupun sudah selesai minum, Shen Jin tetap berkata, “Kenapa masih hangat?”
“Yang barusan kau minum itu air dingin.” Selir Chen merasa kasihan pada Shen Jin. Tetapi ia juga memperhatikan tubuh Shen Jin. “Makanlah.”
“En,” jawab Shen Jin. Makanan di tempat mereka tentu saja tidak sebanyak makanan halaman utama. Tetapi mereka tetap tidak kekurangan, karena Shen Jin merasa bahwa makanan yang mengandung ikan, daging, sayur, dan sup itu rasanya tidak buruk.
Selir Chen bukan selir yang disukai. Tetapi karena Shen Jin adalah putri kandung Pangeran Rui, dan bagaimana pun ia tetap adalah seorang selir, bagian dapur tidak berani menjadi malas.
Tetapi tidak tahu apakah ini adalah kesalahan pahaman atau tidak, Shen Jin merasa hari ini ada sesuatu yang sedikit berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Tampaknya rasa makanan hari ini semakin cocok dengan seleranya.
Di dalam hatinya, Shen Jin mengerti. Mungkin ini ada hubungannya dengan barang-barang yang diberikan oleh Putri Rui dan Pangeran Rui kemarin. Tetapi ia merasa tak ada masalah. Sebelumnya, bagian dapur juga tidak pernah berbuat buruk pada mereka.
Contohnya, jika mereka ingin makan sesuatu dan memanggil bagian dapur, bagian dapur akan membuatkannya untuk mereka. Mungkin hari ini bagian dapur hanya tulus memasak untuk mereka.
Setelah makan, Selir Chen membawa Shen Jin berkeliling di halaman kecil mereka, lalu membiarkan putrinya kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Karena Pangeran Rui sudah lama sekali tidak datang ke halaman ini, terkadang Shen Jin akan menarik ibunya untuk tidur bersamanya.
Selir Chen juga tidak menolak. Hari ini, mereka berdua berbaring di atas tempat tidur. Shen Jin saat ini sedang memberi tahu hal-hal yang terjadi di halaman utama pada ibunya dengan suara kecil.
Selir Chen mengelus kepala Shen Jin sambil berkata, “Karena Tuan Putri baik padamu, kau harus berbakti pada Tuan Putri dengan baik. Mengerti?”
“Aku mengerti,” kata Shen Jin. “Aku ingin membuatkan sapu tangan lagi untuk Ibunda Putri.”
“Kalau begitu buatkan,” kata Selir Chen dengan lembut. “Ibu akan mengajarimu dengan perlahan.”
“Juga tas kecil untuk kakak,” bisik Shen Jin sambil menutup matanya.
“Baik.” Selir Chen tersenyum. “Ibu masih memiliki kain yang bagus. Ibu akan memberikannya padamu nanti.”
“Juga punya Ayahanda Pangeran…” Shen Jin merasa mengantuk dan dengan cepat jatuh tertidur.
“Baik.” Selir Chen menepuk pelan sisi tubuh putrinya dan berkata, “Tidurlah. Mari kita bicarakan lagi setelah kau bangun besok.”
“En.” Shen Jin pun tertidur dengan tenang.
.
.
.
Cui Xi mengambil kesemapatan saat Tuan Putri sedang mandi dan mengatakan satu per satu masalah di kediaman Selir Chen. Putri Rui merasa puas. Tampaknya dirinya bukan membesarkan seekor serigala yang tidak tahu terima kasih. “Tidak perlu disanggul. Ditata ke atas sedikit saja.”
“Baik.” Cui Xi melayani Putri Rui dengan baik lalu menuntun Tuan Putri ke atah luar.
Pangeran Rui juga sudah selesai mandi dan berpakaian. Melihat Putri Rui, ia berinisiatif untuk membantunya untuk naik dan duduk bersamanya di depan meja. Para pelayan kemudian menghidangkan makanan. Pangeran Rui lalu melakukan sebuah hal yang jarang ia lakukan, yaitu memberikan mangkuk sup pada Putri Rui dengan tangannya sendiri.
Putri Rui juga memberikan berbagai jenis makanan yang disukai Pangeran Rui ke mangkuknya. Pasangan itu untuk sesaat tampak sedikit lebih dekat ketimbang saat mereka baru saja menikah.
Setelah makan, Pangeran Rui langsung beristirahat siang di kediaman Putri Rui. Saat berbaring di atas tempat tidur, Putri Rui berkata, “Pangeran, beberapa hari lagi aku ingin membawa Jin’er ke Kediaman Bangsawan Yongle.”
“Terserahmu saja.” Saat-saat di mana pria sudah makan dengan kenyang dan minum dengan puas adalah saat yang tepat untuk berbicara.
“Putri kedua memiliki penampilan yang sangat cantik. Putri keempat juga sudah terkenal sejak kecil. Putri kelima masih muda, jadi tidak perlu terburu-buru. Hanya saja Jin’er… Tetapi dia adalah yang paling cerdas dan peka. Tidak baik jika kita membenarkan apa yang orang-orang katakan. Aku ingin membawanya keluar untuk bertemu banyak orang agar nantinya ia akan mendapat pilihan pernikahan yang baik.”
Putri Rui berkata dengan lembut, “Kau juga tahu di musim panas setiap tahunnya kesehatan kepalaku tidak baik. Jin’er cukup cerdas dan pasti bisa menjagaku. Jika aku akan membawa banyak sekali anak gadis, aku takut aku tak bisa menjaga mereka semua.”
“Aku mengenalmu,” kata Pangeran Rui. “Kita sudah menikah selama bertahun-tahun. Kau sudah menjaga halaman belakang dengan sangat baik. Tenanglah.”
Pangeran Rui tahu bahwa Putri Rui berkata sebegitu banyak karena Putri Rui takut ia akan berpikir bahwa dirinya pilih kasih. Tetapi sejak awal Pangeran Rui tidak berpikir demikian. Ia juga berpikir bahwa pernikahan ketiga putri yang dilahirkan oleh Xu Shi bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Tetapi putri ketiganya… tidak cukup luar biasa. Adalah hal yang benar jika Putri Rui banyak memikirkan rencana untuknya.
“Lalu, menurut Pangeran, saat anak kita menikah, berapa banyak jumlah perak yang harus digunakan untuk membeli mas kawin yang pantas?” tanya Putri Rui. “Qi’er adalah putri resmi. Tentu saja kita harus membeli lebih banyak untuknya.”
Saat mendengar itu, Pangeran Rui bukan hanya tidak merasa ada yang tidak benar, tetapi di dalam hatinya ia juga merasa itu sesuatu yang benar. Lagipula, pernikahan putri tertua dan putrinya yang lainnya tidak sama.
Apalagi, jika mas kawin putri tertuanya sedikit, ia bisa menjadi bahan tertawaan. Ia berpikir dalam-dalam dan berkata, “Barang-barang yang dihadiahkan oleh istana waktu itu tidak sedikit. Tetapi semua semua putriku memiliki gelar Jun Zhu2. Bukan sesuatu yang baik jika mas kawinnya terlalu sedikit. Karena Qi’er adalah putri resmi, belikan dia lima puluh ribu perak. Untuk empat yang lain, berikan setiap dari mereka tiga puluh ribu perak.”
“En.” Putri Rui merasa puas. “Kita tidak perlu mengkhawatirkan Qi;er. Tetapi untuk anak kedua dan Jin’er, kita perlu menyiapkannya dari jauh-jauh hari.”
“Terserah padamu.” Pangeran Rui tersenyum.
Putri Rui tidak berbicara lagi. Walaupun semua putri-putrinya akan diberikan tiga puluh ribu, tetapi benda-benda yang akan dibeli sebesar tiga puluh ribu itu tidak sama.
Barang-barang antik seharga tiga puluh ribu liang dan barang dari toko biasa seharga tiga puluh ribu liang memiliki perbedaan yang besar. Tetapi Putri Rui tak menyangka bahwa setelah putrinya menikah, ketiga putri Xu Shi setiap hari akan bertingkah menunjukkan kecerdasan mereka di hadapan pangeran.
Ternyata juga, Selir Chen sudah mengetahui tentang dirinya yang memuji-muji Shen Jin, tetapi tidak memberi tahu Shen Jin. Sebaliknya, ia meminta Shen Jin untuk berbakti baik-baik padanya. Selir Chen adalah orang yang cerdas.
Dan Xu Shi? Sekarang ia berada dalam ambang rasa suka Pangeran. Ia hanya tinggal menunggu saat ia menangis saja.
Jadi, tidak peduli bagaimana cara Xu Shi mencari perhatian dan memerangkap Pangeran Rui, Putri Rui sejak awal tidak pernah marah. Karena ia sejak awal tidak pernah menganggap Selir Xu sebagai masalah. Selir Xu bukan seseorang dari level yang sama dengannya, dan juga ini semua bukan masalah yang bisa membuatnya sedih.
.
.
.
Beberapa hari ini, Pangeran Rui selalu beristirahat di tempat Putri Rui. Karena itu, Xu Shi bahkan tidak bisa duduk. Pergi dengan terang-terangan juga bukan sesuatu yang bagus. Ia hanya bisa mengirim ketiga putrinya untuk pergi pagi harinya untuk memberi salam pada Putri Rui.
Selama tidak bertemu berhari-hari ini, Pangeran Rui tidak merasakan apa-apa. Tetapi ketika tiba-tiba melihat mereka, ia tiba-tiba teringat. Selama beberapa hari ini, selain putri terua dan putri ketiganya yang setiap hari selalu datang ke kediaman Putri Rui untuk memberi salam, ketiga putri Xu Shi hanya datang sekali. Ketika teringat demikian, ia mengernyitkan dahinya. Ia merasa Xu Shi terlalu tidak peka.
Sebaliknya, Putri Rui tidak memedulikan semua itu sama sekali. Ia hanya memerintahkan orang-orang untuk menyiapkan makanan yang disukai oleh Shen Zi yang lainnya.
Mendengar Putri Rui yang ternyata mengingat semua kesukaan mereka tanpa kesalahan, Pangeran Rui merasa dirinya benar-benar menikahi orang yang pantas. “Apa biasanya kalian tidak datang memberi salam pada Putri?”
Setelah Pangeran Rui berkata demikian, bahkan sebelum Shen Zi dan yang lainnya menjawab, Putri Rui sudah berkata, “Aku yang tidak mengizinkan mereka datang. Saat sedang masa pertumbuhan, tidur dengan cukup adalah masalah yang penting.” Setelah berkata demikian, ia memberi tatapan kesal pada Pangeran Wang. “Jangan menakuti anak-anak.”
Melihat tatapan Putri Rui, ketidak puasan Pangeran Rui semakin dalam. Shen Jin menundukkan kepalanya dan merosot di samping. Ia merasa bahwa orang yang paling hebat di kediaman pangeran adalah Putri Rui, seperti yang dikatakan oleh ibunya.
Hanya jika Putri Rui menyukainya, apakah Pangeran Rui menyukainya atau tidak sama sekali bukan persoalan. Dan walaupun Xu Shi hebat, jika Putri Rui menekannya dengan kuat, masalah mereka bukan hanya akan menjadi masalah status, tetapi juga masalah kebijaksanaan.
.
.
.
Centinni menerjemahkan ini untukmu.
Kami juga membuka donasi via Gojek pay ya guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas Indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/v4pveKG
Donasi pada kami dengan Gojek!
