General's Lady [Bahasa Indonesia] - Chapter 3
Putri Rui berkata, “Beberapa hari lalu aku membawa beberapa orang pelayan tua dari istana. Saat itu, dengan beberapa orang pelayan muda terlatih, semuanya pasti akan baik-baik saja.”
Melihat Pangeran Rui menganggukkan kepalanya, Putri Rui sedikit menatap ke bawah dan berkata, “Sebenarnya putri ketiga, putri keempat, dan putri kelima yang paling kecil itu adalah anak yang baik. Hanya saja putri kedua ini… Pangeran, aku tahu Pangeran menyukai Xu Shi. Tetapi bagaimana pun, putri ketiga juga adalah putrimu. Tidak baik jika kau begini lagi. Anak ketiga ini sangat cerdas, jangan biarkan dia menderita lagi.”
Pangeran Rui terbatuk kikuk. Putri Rui berkata, “Belakangan ini kesehatanku tidak baik. Para pelayan itu bahkan juga memuja yang tinggi dan menginjak yang rendah. Aku lihat pakaian yang dikenakan oleh Chen Shi… dan putri ketiga adalah pakaian tahun lalu. Jepit rambut di kepala Chen Shi juga sudah tua.”
“Ini bukan salahmu.” Pangeran Rui mengernyitkan dahinya. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa karena kesehatannya tidak baik, Putri Rui hampir memberikan sebagian besar masalah di kediaman pada Xu Shi. Pada akhirnya, Xu Shi tetaplah seseorang yang berasal dari keluarga yang miskin. Ia tak memiliki pengalaman.
Putri Rui tersenyum dan berkata, “Beberapa gulung satin yang dihadiahkan dari istana beberapa waktu lalu menurutku warnanya cocok dengan putri ketiga. Bagaimana kalau kita memberikan semuanya padanya?”
“Kau saja yang putuskan.” Walaupun Pangeran Rui masih ingat bahwa Xu Shi berkata bahwa warna beberapa gulung satin itu bagus, ia lebih ingin memberikannya pada ketiga anaknya agar mereka bisa berdandan.
Tetapi karena masalah hari ini, Pangeran Rui memutuskan untuk sedikit bersikap dingin pada Xu Shi. “Aku juga memiliki tiga kotak batu permata. Berikan dua kotak pada Qi’er, lalu berikan yang satunya lagi pada Jin’er.”
Putri Rui menyetujui semuanya. Ketika ia ingin berbicara lagi, Pangeran Rui pergi. Tidak lama kemudian, ia sudah meminta orang untuk memberikan tiga kotak permata yang ia bicarakan.
Putri Rui membuka kotak-kotak itu dan melihatnya. Warna dan kualitas permata-permata itu tidak buruk. Tetapi, ia tidak memberikan dua kotak permata itu pada putrinya seperti perintah Pangeran Rui. Alih-alih, ia memanggil Shen Qi dan bertanya, “Apa kau sudah mengetahui kesalahanmu?”
“Aku tahu kesalahanku,” kata Shen Qi sambil menundukkan kepala.
Putri Rui berkata, “Tiga kotak permata ini, dua di antaranya ingin Ayahanda Pangeran berikan padamu, dan satunya lagi ingin diberikan Ayahanda Pangeranmu pada adik ketigamu.”
“Berikan saja dua kotak bagianku pada adik ketiga.” Shen Qi bahkan tidak membuka kotak-kotak itu sama sekali. “Hari ini adik ketiga pasti menderita.”
Putri Rui mengangguk. “Kalau begitu, berikanlah sendiri.”
“Baik.” Melihat ibunya berbicara banyak dengan santai, Shen Qi mendekati ibunya dan bertindak seperti anak kecil. “Ibu, masalah hari ini terjadi karena aku terlalu ceroboh. Aku takkan mengulanginya.”
Putri Rui hanya memiliki seorang putri, jadi tentu saja ia memanjakannya. Mendengar Shen Qi, ia sedikit menganggukkan kepalanya dan berkata “Kau dan mereka meributkan tentang apa?”
Shen Qi mengerang. “Aku tak bisa menoleransinya. Ia menatap barangku dengan penuh hasrat. Bahkan kalau aku membuang barangku, aku takkan memberikannya padanya.”
Putri Rui tak mengatakan apa-apa. Ia hanya mengusap wajah putrinya dengan lembut. Ia berdebat di dalam hatinya. Walaupun Xu Shi benar-benar adalah kesukaan pangeran, tetapi ketiga putrinya bukan orang yang baik.
Demi bertanggung jawab demi putri-putrinya, ia berani berpura-pura menangis di depan Pangeran. Tetapi, Xu Shi lupa. Masalah putri-putrinya tetap ada dalam genggaman Putri Rui. ‘Semuanya hanya menunggu waktu yang tepat.’
“Oh ya. Ibu melihat kalau putra resmi Yongle Hou1 ini tidak buruk.” Putri Rui berkata dengan suara yang lembut, “Ibu kenal dengan istri Yongle Hou. Bukan hanya baik dan lembut, dia juga baik pada ibu. Saat kau sudah menikah nanti, dia pasti akan menjagamu dengan baik.”
- Hou adalah salah satu tingkat kebangsawanan dalam kekaisaran, merupakan peringkat kedua dalam lima juewei atau peringkat kebangsawanan, setara dengan Marquis.
Wajah Shen Qi memerah. “Mengapa ibu membicarakan ini denganku?”
“Tentu saja harus ibu bicarakan denganmu.” Putri Rui tersenyum. “Anak perempuan ibu hanya dirimu seorang. Tentu saja ibu harus mengantarmu menikah dengan aman dan bahagia.”
“Ibu saja yang memutuskannya,” kata Shen Qi dengan suara kecil.
Putri Rui tertawa. “Ibu juga sudah bertemu dengan anak itu. Dia sangat tenang dan serius. Ketika ibu sudah berdiskusi dengan ayahmu dan menetapkan masalah ini, Yongle Hou pasti akan memberikan gelar pada putra resminya. Saat itu, kau akan menikah dan menjadi istri resmi putra tertua resmi keluarga mereka.”
Shen Qi memberi suara tanda setuju, lalu berkata dengan wajah yang memerah, “Aku akan pergi memberi barang ini pada adik ketiga.”
Putri Rui mengangguk dan tak mengatakan apa-apa lagi. Shen Qi memeluk tiga kotak batu permata itu dan pergi.
Cui Xi kemudian memasuki ruangan itu dan dengan suara kecil berkata, “Pangeran pergi ke Halaman Yi.” Halaman Yi adalah tempat tinggal selir-selir kecil Pangeran Rui.
Putri Rui memberi suara tanda setuju dan Cui Xi menjawab, “Hamba sudah menyuruh orang untuk menutup mulut si gadis pelayan kecil yang mendengar beberapa hal saat sedang menyajikan teh di halaman saat itu.”
“Pukul dia dengan bambu sepuluh kali. Karena dia memikirkan Xu Shi, kirim dia untuk melayani Xu Shi di halamannya,” kata Putri Rui dengan nada yang lembut seperti sebelumnya.
Tetapi, Cui Xi merasa takut. Ia takut ketika gadis itu dikirim ke tempat Xu Shi, ia akan kehilangan nyawanya tak lama kemudian. Tetapi, Cui Xi tidak mengatakan apa-apa. Sebaliknya, ia mengecilkan suaranya dan mengatakan satu per satu masalah di halaman Selir Chen.
Ketika ia mendengar bahwa Shen Jin menyulam sebuah sapu tangan untuknya, ia juga hanya mengangguk. Ketika Cui Xi selesai berbicara, ia memerintahkannya, “Minta orang untuk mengirimkan satin itu. Lalu ambil perhiasan kepala kupu-kupu giok dan buyao ikan mas dengan benang emas itu dan berikan pada Chen Shi. Beri tahu Chen Shi bahwa lima hari lagi aku akan membawa putri ketiga pergi ke Kediaman Yongle Hou. Aku sudah memanggil para penyulam dan mereka sekarang sedang mengerjakan pakaian putri ketiga.”
“Baik.”
.
.
.
Di halaman Mo Yun, Chen Shi menatap putrinya yang sedang tertidur lelap dengan penuh kebahagiaan. Setelah menyelimuti putrinya dengan tangannya sendiri dan memerintahkan para pelayan untuk melayani putrinya dengan baik, ia pergi sambil ditopang oleh tangan Bibi Li. “Bibi Li, hari ini….”
“Nyonya, ini adalah keuntungan yang didapat dari kesialan.” Bibi Li teringat ketika Cui Xi datang dan menyampaikan pesan, “Tuan Putri ingin mempromosikan Nona Ketiga.”
“En. Besok aku akan mengajari Jin’er dengan baik. Saat ia pergi dengan Tuan Putri, dia tidak boleh nakal.” Chen Shi tersenyum. “Oh ya. Kita harus cepat membuatkan Jin’er beberapa helai pakaian.”
Putri Rui hanya membawa putrinya sendiri dan tak membawa Nona Kedua dan yang lainnya. Di dalam harinya, Chen Shi mengerti. Ia pasti takut Xu Shi akan menyakiti putri mereka.
Tetapi sekarang ia hanya harus mengambil muka di hadapan Putri. Baginya penderitaan mereka barusan bukan apa-apa, ia hanya berharap Putri bisa melihatnya dan mendengar kata-katanya, lalu memberikan Jin’ernya pernikahan dengan rumah yang baik.
“Nona masih kecil. Beliau tidak perlu memakai pakaian yang terlalu berwarna. Hamba melihat kain warna biru air itu cukup bagus.” Bibi Li terseyum sambil berkata, “Kain itu kebetulan serasi dengan buyao ikan mas yang dihadiahkan oleh Tuan Putri.”
“Bukankah warna itu terlalu polos?” tanya Chen Shi.
Bibi Li berkata, “Kalau begitu kita gunakan kain warna merah tua itu untuk dibuat menjadi pakaian…”
Shen Jin tidak mengetahui apa pun tentang hal ini. Setelah ia terbangun, mandi, dan berpakaian di pagi hari, ia meminta pelayannya untuk mengatur rambutnya. “Hari ini sanggul saja jadi sepasang sanggulan. Gunakan jepit rambut kupu-kupu giok yang diberikan Ibunda Putri kemarin.”
Barang-barang yang diberikan oleh Ibunda Putri, entah karena alasan apa Beliau menghadiahkannya, tetap harus ia kenakan saat ia memberi salam hari ini.
Karena sibuk mendiskusikan tentang pola dan warna pakaian, kemarin Chen Shi tidur agak larut. Jadi, hari ini ia bangun terlambat. Saat ia datang, ia melihat putrinya sudah berpakaian dengan rapi.
Melihat Shen Jin sudah selesai berpakaian, ia mengangguk dan berkata, “Ini memang harus kau lakukan. Jika Tuan Putri melihatmu mengenakan barang yang Beliau berikan, Beliau pasti akan senang.”
Shen Jin tidak merasa bahwa Putri bisa senang dengan hal kecil ini. Tetapi, ia tetap memasang senyum dan berkata, “Aku tahu.”
Selir Chen memeriksa Shen Jin sekali lagi dan meminta Shen Jin untuk memberikan Tuan Putri sapu tangan yang ia sulam sendiri saat memberi salam.
Sejak awal, Putri Rui sudah melarang para selir untuk memberi salam. Ia juga tidak mau semua putri-putrinya untuk melakukan itu setiap hari. Selir Xu selalu membiarkan ketiga putrinya untuk pergi memberi salam setiap lima hari sekali. Putra kecilnya bahkan tidak boleh pergi.
Tetapi Selir Chen adalah orang yang terhitung cukup kejam membiarkan putrinya pergi walau angin kencang dan hujan turun. Setelah bertahun-tahun, ia akhirnya mendapat balasan.
Ketika Shen Jin tiba, Putri Rui sedang berdandan. Putri Rui langsung memanggil orang untuk membawa Shen Jin masuk dan berkata sambil tersenyum, “Kau ini, sudah berapa lama kau tidak bisa tidur?”
“Aku bahkan sudah bangun.” Di kediaman Putri ini, Shen Jin tidak banyak berbicara. Saat Pangeran Rui tinggal di sini, ia akan datang lebih terlambat.
Ia tak pernah melihat ayahnya di hari biasa, karena saat sarapan, Pangeran pasti akan kembali untuk menemani Putri Rui untuk makan bersama. Jadi, biasanya hanya ada Putri Rui beserta ketiga anaknya.
Shen Qi juga datang. Ia tersenyum saat melihat Shen Jin. “Aku tahu adik ketiga sudah datang. Hari ini ibu secara khusus sudah meminta orang untuk membuat kue mutiara fuling dan kue bunga osmanthus dengan pasta akar teratai.Tinggallah dan mari makan semua ini bersama-sama.”
“Kau ini bermulut cepat.” Mendengar kata-kata Shen Qi, Putri Rui tertawa. Ia sudah selesai berpakaian.
“Terima kasih, Ibunda Putri.” Shen Jin bukannya tidak menangkap isyarat mata Tuan Putri. Mendengar kata-kata itu, ia tidak peka dan berkata ingin pulang dan makan di kediamannya sendiri. “Aku sangat suka makan makanan manis ini. Tetapi ibu selalu tidak memperbolehkanku makan banyak karena ibu bilang aku gemuk.”
“Kau masih cukup kecil dan berada di masa pertumbuhan. Jika kau menyukainya, biarkan dapur membuatkannya setiap hari untukmu. Tapi kau tidak boleh makan terlalu banyak,” peringat Putri Rui dengan suara lembut.
“Baik,” jawab Shen Jin saambil tersenyum, sepasang lesung pipitnya membuat dirinya tampak lebih manis. “Aku menyulam sebuah sapu tangan untuk Ibunda Putri, sulamanku tidak bagus. Ibunda Putri mohon jangan menghindariku karena ini.”
Mendengar kata-kata Shen Jin, Putri Rui tampak senang. “Cepat bawa kemari. Biarkan ibu melihatnya.” Ia berbicara dengan cepat, seolah ia tidak tahu apa-apa tentang hal ini.
Shen Jin memberikan sapu tangan itu pada Putri Rui dengan kedua tangannya, pelayan Putri Rui kemudian mengambil sapu tangan itu dari tangan Shen Jin.
Putri Rui menatap sapu tangan yang ia pegang itu dengan hati-hati. “Sulamannya sangat bagus.” Setelah berkata demikian, ia mengeluarkan sapu tangannya sendiri, dan langsung menggunakan sapu tangan sulaman Shen Jin.
“Kapan adik akan menyulamkan satu untukku?” tanya Shen Qi sambil tersenyum.
Mendengar Shen Qi memanggilnya adik, ia mengubah caranya memanggil. “Baik. Kalau kakak tidak menghindariku karena ini, aku akan membuatkannya.”
Putri Rui tersenyum sambil berkata, “Kau mengambil keuntungan dari adikmu. Jin’er, jangan dengarkan dia. Jangan sampai kau membuat dirimu kelelahan.”
Shen Qi menggandeng ibunya untuk berjalan perlahan ke luar. Ketika ia melewati Shen Jin, pelayan Putri Rui undur diri.
Putri Rui mengulurkan tangannya dan menarik tangan Shen Jin. Pantas saja Chen Shi berkata Shen Jin gemuk. Tulang-tulang Shen Ji cukup kecil, membuatnya sama sekali tidak tampak gemuk. Tetapi, tubuhnya cukup berdaging.
Ketika ditarik oleh Putri Rui, Shen Jin merasa jantungnya tiba-tiba berdetak dengan cepat. Tetapi, reaksinya juga tidak lambat. Ia berjalan mengikuti Putri Rui ke arah luar dan berkata, “Aku tidak akan kelelahan. Aku memang menyulam dengan agak lambat. Tetapi ibu berkata aku sangat membuang-buang barang.”
“Kenapa?” tanya Shen Qi dengan penasaran.
Wajah Shen Jin memerah. Ia berkata dengan suara kecil, “Semua barang yang kusulam… selalu tampak gemuk.”
Saat mendengar hal itu, Putri Rui tidak bereaksi sama sekali. Ketika mereka tiba di dalam aula sambil menunggu Pangeran Rui, ia mengeluarkan sapu tangan itu dan melihatnya dengan saksama.
Ia kemudian tertawa. Shen Qi juga mendekati ibunya dan melihat sapu tangan itu. Ia merasa sulaman itu benar-benar tampak gemuk. Sulaman Shen Jin adalah seekor ikan mas merah yang bermain dengan bunga teratai. Bukan hanya daun teratainya yang berbentuk bulat, ikan masnya juga bahkan tampak seperti ikan mas gemuk.
Ketika masuk, Pangeran Rui mendengar bahwa seluruh ruangan itu dipenuhi dengan suara tawa. Melihat pemandangan berupa Shen Qi dan Shen Jin sedang tertawa bersama dan Putri Rui yang duduk di bagian atas, yang bukan hanya tak melihatnya dan bahkan tertawa tanpa henti, ia merasa hangat dan gembira.
.
.
.
Centinni menerjemahkan ini untukmu.
Kami juga membuka donasi via Gojek pay ya guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas Indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/v4pveKG
Donasi pada kami dengan Gojek!
