General's Lady [Bahasa Indonesia] - Chapter 1
Shen Jin menarik jarum jahit sulaman terakhirnya dan memotong benang sulamannya dengan hati-hati. Ia memeriksa sulamannya dengan hati-hati, wajahnya menampakkan senyuman yang lebar.
Pelayan yang selalu berada di sampingnya dan menjaganya tersenyum. “Sulaman nona bagus sekali. Tuan Putri pasti akan menyukainya.”
Shen Jin tersenyum, tetapi ia tak menganggap serius kata-kata pelayannya. Jika sulamannya ini disebut bagus, maka bagaimana dengan sulaman para penyulam di kediaman pangeran?
Selir Chen mendengar suara pelayan itu dan membuka tirai ruangan. Ia masuk dan berkata, “Kalau sulamannya bagus, biarkan ibu melihatnya.”
“Ibu.” Mendengar kata-kata ibunya, Shen Jin bergeser dari tempat duduknya dan bertanya dengan sedikit tidak tenang, “Aku tidak tahu apakah Ibunda Putri akan menyukainya atau tidak.”
“Gadis bodoh.” Selir Chen melihat ke tengah ruangan dan meminta seluruh pelayan untuk keluar, hanya meninggalkan Bibi Li, pelayan pribadinya. Selir Chen menarik tangan putrinya dan berkata, “Sebelum menikah dengan Pangeran Rui, Putri berasal dari keluarga Zhao. Benda apa yang belum pernah Beliau lihat? Apa yang bisa kau lakukan kalau sulamanmu memang benar-benar bagus?”
Shen Jin menggigit bibirnya. Ia langsung memahami maksud ibunya. Memberikan sesuatu kepada Tuan Putri tidak lebih dari memberikan rasa hormat.
Selir Chen mendesah. “Ini semua salah ibu. Ibu sudah mengecewakanmu. Jika tidak… kau pasti tidak perlu mempelajari hal ini sejak kecil.”
“Ibu.” Shen Jin mendekat ke pelukan Selir Chen dan berkata dengan lembut, “Anakmu ini sudah tidak kecil lagi.”
Selir Chen tertawa dan mendorong kepala Shen Jin. “Baiklah. Pergilah keluar dan lihatlah tanaman-tanaman itu. Hari ini Tuan Putri menyuruh orang untuk memberikan kita dua pot bunga peoni. Warnanya sangat indah.”
“Baik.” Shen Jin kecil yang sangat suka bermain, tersenyum mendengar kata-kata Selir Chen dan berkata dari dalam pelukan Selir Chen, “Kalau begitu, apakah aku boleh berjalan-jalan di taman sebentar?”
“Pergilah.” Selir Chen sendiri tidak suka keluar ke taman sama sekali, tetapi ia tidak pernah menahan putrinya.
Shen Jin memanggil pelayannya untuk pergi melihat-lihat bunga di luar. Setelah Shen Jin pergi, senyuman di wajah Selir Chen menghilang. Ia menatap sapu tangan yang disulam oleh putrinya dan mengembuskan napasnya dengan perlahan.
Ia meneruskan kata-kata yang belum selesai ia katakan barusan, “Semua ini salah ibu karena ibu gagal dan tidak mampu membuat pangeran menyukai ibu. Karena ibulah Jin’er harus belajar memikirkan cara untuk menyenangkan orang lain sejak kecil seperti ini. Xu… sudahlah.”
Sebagai adik kandung satu-satunya dari Kaisar yang saat ini bertakhta, kediaman Pangeran Rui bukan hanya dibangun menjadi sangat besar, tetapi juga menjadi sangat indah.
Bangunan yang paling disukai Shen Jin adalah balai angin kecil yang ada di tengah-tengah danau. Terutama saat bulan enam, bunga-bunga teratai yang ada di dalam danau itu akan bermekaran, membuat tempat itu semakin indah.
Tetapi sayangnya, paviliun itu sudah ditempati oleh Shen Qi, putri tertua yang merupakan anak kandung dari Tuan Putri.
Saat ini, Shen Jin sedang merasa ragu apakah ia harus maju dan mengganggu Shen Qi atau tidak.
Pelayan Shen Qi mengambil inisiatif. Ia mengundang Shen Jin untuk masuk ke dalam.
“Kalau sudah datang, kenapa kau tidak kemari?” Melihat Shen Jin, Shen Qi melambaikan tangannya dan memanggil Shen Jin untuk duduk di sampingnya. Di tangan Shen Qi, terdapat sepotong kue ubi kacang merah. Ia meletakkan kue itu ke tangan Shen Jin.
Shen Jin membuka lapisan luar kertas pembungkus kue itu dan berkata dengan sebuah senyuman, “Aku takut mengganggu kesenangan kakak karena aku tidak tahu kakak sedang melakukan apa.”
Mendengar hal itu, Shen Qi tersenyum. Ia adalah putri tertua di kediaman itu. Ia hanya memiliki empat orang adik prempuan. Tiga adiknya yang lain memiliki sifat yang sangat hangat dan penuh kehati-hatian, dan sejak awal sudah dibesarkan menjadi seekor kelinci kecil seperti dirinya.
Tetapi gadis ini bukan hanya lemah, tetapi juga sangat penakut. Tetapi itu semua bukan salahnya. Siapa yang menyuruh Selir Chen untuk bersikap hampir seperti transparan dan bahkan tidak mau dari kediamannya?
Rasa kue yang dibuat di dapur kecil Tuan Putri sangat lezat. Kue ubi kacang merahnya masih membawa sedikit aroma susu, tetapi tidak membuatnya merasa mual.
Shen Jin memakan kue itu dengan gembira dan menggigitnya sedikit demi sedikit. Matanya membuat bentuk melengkung. Melihatnya, Shen Qi merasa bahwa tidak ada masalah. Setelah Shen Jin menghabiskan kue itu, ia memberikan Shen Jin sepotong kue lagi.
Shen Jin tersenyum manis. “Terima kasih, kakak pertama.”
Shen Qi mencubit wajah Shen Jin dan berkata dengan lembut, “Makanlah.”
“Ternyata kakak dan adik ketiga sedang bersembunyi dan berbisik-bisik di sini.” Shen Zi sudah melihat Shen Qi dan Shen Jin dari jauh dan menarik adiknya, Shen Jing, untuk ikut serta.
Shen Zi mengenakan pakaian merah terang dengan motif bunga-bunga dengan jepit rambut feniks emas di kepalanya. Di atas jepit rambutnya itu, tersebar batu giok merah yang berkilauan.
Ia jelas-jelas mengenakan pakaian dengan gaya yang menarik, tetapi gaya pakaian itu tak membuatnya tampak rendah. Sebaliknya, gaya pakaiannya itu menambah kecantikan Shen Zi yang menyilaukan.
Tidak perlu repot-repot berimajinasi. Ketika Shen Zi tumbuh besar beberapa tahun lagi, ia pasti akan menjadi sangat cantik hingga bisa menyebabkan kejatuhan sebuah negara.
Shen Jing yang berjalan di kanan belakang Shen Zi mengenakan pakaian panjang berwarna hijau cerah dengan buyao1 mutiara yang cemerlang. Walaupun ia tak segemerlap Shen Zi, ia tetap tampak sangat cantik.
-
- Sejenis aksesoris rambut khas China tradisional dengan ujung menjuntai.
Melihat dua orang itu, Shen Jin tergesa-gesa meletakkan kue yang baru separuh ia makan dan berdiri. Ia menyapa kakaknya, “Kakak kedua, adik keempat.”
Jika dibandingkan dengan Shen Zi dan Shen Jing, wajah Shen Jin tidak begitu cantik. Hanya saja, ia mengikuti ibu kandungnya sehingga kulitnya putih, lembut, dan mulus.
Ia juga memiliki sepasang mata berbentuk almond yang bulat dan indah. Bentuk matanya yang mirip seperti bunga sakura itu sangat langka di seluruh keluarga Shen, terutama matanya yang jernih dan basah, seolah ingin hati orang-orang yang melihatnya menjadi lembut.
Sekali lihat saja, ia tidak secantik saudarinya yang lain. Tetapi ia tetap bisa membuat orang-orang menyukainya. Semakin lama seseorang melihatnya, semakin orang tersebut akan menemukan bahwa ia cantik dan menarik.
Setelah saling memberi hormat, gadis-gadis itu duduk. Setelah memerintahkan pelayannya untuk memberikan kedua adiknya teh, Shen Qi berkata, “Bagian dapur baru saja membuat beberapa camilan. Kalian juga cobalah.”
Hanya saja, setelah ia mengatakan kalimat itu, ia tidak mengambil dan memberikan camilan itu dengan tangannya sendiri pada mereka.
“Terima kasih kakak.” Shen Jing mengambil sepotong kue yang tampak seperti bunga dan tersenyum. “Karena dibuat oleh orang-orang Ibunda Putri yang sangat ahli, bentuk kue ini indah sekali. Kue ini bahkan bisa membuat orang-orang berlumuran liur.”
Shen Jin tidak memahami maksud di dalam kata-kata Shen Jing. Ia mengambil kue yang baru separuh ia makan tadi dan lanjut menggigitinya dengan perlahan setelah duduk.
Ia memegang remah-remah kuenya dan memberi makan ikan-ikan di dalam kolam, lalu segerombolan ikan-ikan cantik berwarna-warni itu menyerbu makanan mereka dengan sangat senang, yang benar-benar mirip saudari-saudarinya di dalam kediaman ini.
Shen Zi menyesap teh yang disajikan untuknya dan tiba-tiba menatap untaian batu karang yang dikenakan Shen Qi di pergelangan tangannya. Ia mendongakkan kepalanya dan menatap ke arah telinga Shen Qi, lalu menemukan bahwa Shen Qi mengenakan sepasang anting-anting batu karang yang sama.
Pagi itu, ia mendengar bahwa istana menghadiahkan perhiasan dari batu karang merah hingga ia bertingkah seperti anak manja dan ingin meminta perhiasan itu dari Pangeran Rui. Tetapi, Pangeran Rui tidak menyetujui permintaanya. Ia tak pernah menyangka bahwa ia ternyata akan melihat perhiasan itu hari ini di tubuh Shen Qi yang memakainya sesuka hatinya.
Pandangan Shen Zi terlalu mencolok. Tidak perlu menyebut Shen Jin yang selalu berhati-hati memperhatikan sekelilingnya, bahkan Shen Qi yang tak begitu memedulikan putri dari kedua selir itu juga menyadari pandangan Shen Zi.
Pandangan Shen Zi pada pergelangan tangannya sekilas saja sudah sangat jelas. Di dalam hatinya, Shen Qi tidak bisa menahan dirinya untuk tak tertawa dingin.
Shen Qi meletakkan kipas bulat yang ia pegang, melepaskan gelangnya langsung, menarik tangan Shen Jin yang lembut, dan membantu mengikatkan gelang itu pada Shen Jin. “Aku lihat warna kulitmu putih sekali. Gelang ini aku berikan padamu.”
Di dalam hatinya, Shen Jin diam-diam berteriak. Ia sedari tadi sudah bersembunyi dan memberi makan ikan di samping, mengapa mereka masih saja melibatkannya?
Tetapi saat ini bukan saat yang tepat untuk banyak berbicara. Ia hanya mengangkat pergelangan tangannya dan menggoyangkannya. Butiran batu-batu karang merah yang ia kenakan di tangannya sangat indah.
Shen Jin berkata dengan gembira, “Terima kasih kakak. Sekali lihat saja, aku sudah sangat menyukai gelang ini.” Lagipula ini adalah gelangnya. Ia sudah membuat Shen Zi membencinya, ia tak boleh membuat Shen Qi membencinya juga.
“Adik ketiga benar-benar pandai menilai barang yang bagus. Gelang ini harta karun langka dari istana.” Shen Zi menggenggam sapu tangan di tangannya dengan erat. Ia jelas-jelas marah, tetapi wajahnya tetap membawa senyuman. “Kau harus menerimanya dengan hati-hati. Jangan sampai membuangnya. Takutnya, Selir Chen belum pernah melihat benda bagus berkualitas tinggi seperti ini.”
Kata-kata itu benar-benar menyakitkan hingga Shen Jin merasa giginya sakit. Tetapi kakak keduanya benar-benar menyukai benda berwarna merah, hingga ia hampir saja mendandani dirinya seperti lampion merah.
Shen Qi tersenyum. “Saat orang-orang seperti kita menginginkan sesuatu, apa yang tidak akan kita dapat? Gelang ini juga cukup bagus. Saat adik ketiga membuangnya nanti, aku akan mencarikan yang lebih bagus untukmu,” kata Shen Qi yang bermaksud untuk mengejek Shen Zi yang tadinya meninggikan dirinya.
Ekspresi Shen Zi berubah. Ia kemudian terburu-buru tersenyum. “Pelajaran dari kakak memang benar. Tetapi aku mendengar bahwa Ibunda Putri saat ini sedang membicarakan tentang pernikahan kakak. Mungkinkah benda ini adalah benda yang sudah Ibunda Putri siapkan khusus untuk membuat…”
Shen Jin terbelalak. Bagaimana mungkin dia tak mengetahui hal ini? Ternyata kakanya ingin membicarakan tentang pernikahannya. Tunggu, ini tidak benar. Ini bukan masalah yang boleh dibicarakan oleh para gadis. Jika Ibunda Putri mengetahuinya, mereka pasti akan dihukum dengan berat.
Shen Qi mengenyitkan dahinya. Shen Jing juga menyadari bahwa itu bukan sesuatu yang bagus dan tergesa-gesa menarik lengan pakaian Shen Zi. Shen Zi tak memedulikan Shen Jing sama sekali. Ia lanjut berbicara, “Membuat kakak membawa suasana pernikahan?”
“Pelayan.” Shen Qi tidak menyangkal sedikit pun. Ia berkata dengan ekspresi yang tenang, “Ikat pelayan-pelayan adik kedua.” Setelah berkata demikian, ia berdiri.
Shen Jin merasa bahwa awan kesialan hari ini menggantung di kepalanya. Ia takut masalah yang tak ada hubungannya dengan dirinya ini bisa membawa masalah pada ibunya.
Shen Qi tentu saja tidak akan takut pada Shen Zi dan yang lainnya. Tetapi Shen Jin takut pada mereka. Dan lagi, Tuan Putri pasti tidak akan melepaskan kesepatan ini. Bukan hanya pelayan-pelayan kakak keduanya, tetapi seluruh pengikut Selir Xu pasti juga akan dihukum.
“Kakak pertama, kau mau melakukan apa?” Shen Zi berdiri dan berkata dengan marah. Jika hari ini para pelayan Shen Zi diikat oleh Shen Qi, takutnya besok Shen Zi akan menjadi bahan tertawaan seluruh kediaman mereka.
Shen Jing tergesa-gesa berbicara, “Kakak pertama, kakak kedua hanya bercanda. Maksud kakak kedua bukan seperti itu. Tolong lupakan saja masalah ini.”
Shen Zi tak melihat mereka berdua dan berjalan bersama pelayannya ke arah luar. “Adik kedua dan aku harus pergi ke kediaman ibu kami.” Kemudian Shen Qi menatap Shen Jin.
Melihat mata Shen Jin membelalak seperti seekor hewan kecil yang ketakutan, hatinya melembut. Ia berkata dengan nada lembut, “Adik ketiga dan adik keempat, kalian pulanglah sekarang.”
Shen Jin langsung menjawab, “Baik.” Ia kemudian berbalik dan berjalan ke arah luar. Tetapi karena merasa itu bukan sesuatu yang baik, ia tergesa-gesa menghentikan langkahnya dan berkata, “Kalau begitu kakak pertama, kakak kedua, adik keempat, aku pergi.” Setelah Shen Qi mengangguk, ia membawa pelayannya pergi.
Shen Jing berpikir sejenak dan memutuskan bahwa sekarang ia lebih baik kembali dan mencari ibunya untuk menolong Shen Zi. Ia diam-diam memberikan kedipan mata pada Shen Zi, kemudian pergi.
Di dalam hatinya, sebenarnya Shen Jin merasa bersalah karena sudah menjadi pengganggu. Ketika ia tiba di halaman kediamannya, ia langsung mencari Selir Chen.
Tanpa melihat para pelayan yang ada di dalam ruangan itu, ia langsung masuk ke pelukan ibunya dan memeluk pinggang ibunya dengan erat. Hidung kecilnya bergerak dan mencium aroma harum yang samar-samar dari tubuh ibunya.Shen Jin mengembuskan napasnya. Sekarang, ia harus memeringatkan ibunya tentang masalah ini.
Melihat putrinya yang langsung mmeluknya setelah pulang, Selir Chen mengulurkan tangannya dan mengelus punggung putrinya itu dengan lembut. Ia lalu memerintahkan, “Bibi Li, bawalah segelas air madu kemari.”
“Ibu, barusan di…” Shen Jin mengecilkan suaranya dan menceritakan semua masalah itu sekaligus. Kemudian, ia melepas gelang yang masih ia kenakan di tangannya lalu meletakkannya di tangan Selir Chen dan bertanya, “Bagaimana ini?”
Di dalam hatinya, Selir Chen juga diam-diam menyesal. Nona Besar dan Nona Kedua memang tidak pernah akur, tetapi mengapa mereka melibatkan putrinya yang baik?
Ia takut jika besok mereka pergi ke ruang belajar, putrinya akan menerima hukuman. Nona Kedua adalah seseorang yang tidak pernah belajar dari kesalahannya. Selir Xu juga adalah selir kesayangan. Dan yang mengurus masalah halaman belakang ini dan yang membuat keputusan juga adalah Tuan Putri.
Tetapi saat ini ia tidak bisa berkata apa-apa. Jadi agar tidak menakuti putrinya, ia hanya bisa berkata, “Jangan takut. Masalah hari ini tidak ada hubungannya denganmu. Gelang ini sejak awal adalah hadiah dari Nona Besar. Tidak apa jika kau mengenakannya. Ibu juga belum pernah melihat gelang batu karang yang seindah ini. Kebetulan gelang ini juga sangat serasi dengan pakaian kuning cerah barumu.”
Shen Jin keluar dari dalam pelukan ibunya dan meminum setengah gelas air madu yang dituangkan untuknya. “Aku juga merasa gelang ini sangat indah. Oh ya, kue ubi kacang merah itu juga sangat lezat.”
“Gadis bodoh. Kalau begitu ibu akan meminta dapur untuk mengirimkan makanan yang kau sukai itu kemari,” kata Selir Chen sambil tertawa dan menarik telinga putrinya dengan pelan.
Shen Jin baru saja berpikir untuk mengatakan beberapa patah kata lagi ketika ia melihat Bibi Li masuk. Mata bibi Li memancarkan kepanikan. “Nyonya, Tuan Putri mengirim orang untuk membawa Nona Ketiga. Mereka berkata Tuan Putri ingin menanyakan beberapa hal pada nona.”
“Ibu?” Shen Jin menggigit bibirnya yang lembut.
Selir Chen mengelus tangannya. “Jangan panik. Apapun yang Tuan Putri katakan, jawablah sesuai faktanya.” Ia berpikir sejenak, tetapi ia tetap tidak tenang. Ia berdiri dan menarik tangan putrinya. “Ibu akan menemanimu.”
Donasi pada kami dengan Gojek!
