The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia] - Chapter 8.1
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 8.1 - Roti yang DIberikan Sebagai Hadiah Mungkin Akan Terasa Enak (1)
Ibu kota Kerajaan Yuze, Blanca.
Setelah menerima berita kekalahan pada Pertempuran Alucia, serta jatuhnya Kastil Antigua ke tangan musuh, para Jenderal dari Pasukan pertama akhirnya berkumpul dan memperdebatkan keputusan mereka ke depannya.
“Walaupun ia sudah membawa pasukan sebanyak dua kali lipat daripada jumlah musuh, kudengar dia berhasil dikalahkan oleh para pembelot itu. Jenderal Yalder benar-benar mengecewakan!”
“Jumlah yang selamat dari Pasukan Ketiga, termasuk penjaga kastil, ada sebanyak 40.000 orang. Saat ini mereka sedang melakukan perekrutan di area sekitar Belta, namun hingga kini sama sekali belum ada perkembangan dari mereka. Selain itu, karena mereka merasa khawatir akan persediaan mereka, permintaan bala bantuan berupa bahan makanan dan anak panah baru saja tiba dari mereka.”
“Kita tak akan mengirimkan apa pun pada mereka. Kirimkan perintah pada mereka untuk memenuhi persediaan suplai mereka dari desa perladangan terdekat. Barang-barang yang ada disini diperuntukkan bagi Pasukan Pertama untuk melindungi Ibu kota. Kita telah mengirimkan mereka bantuan dengan jumlah yang lebih dari cukup bersamaan dengan saat kita mengirimkan mereka pasukan.”
Letnan Jenderal Barbora yang merasa kesal, memukul mejanya. Ia adalah seorang Jenderal yang terafiliasi dengan Pasukan Pertama. Sejak awal, ia telah menuntut agar pemberantasan para Pasukan Pembelot diserahkan kepada Pasukan Pertama Kerajaan. Barbora, yang mendengar kabar kekalahan Pasukan Ketiga, memberikan kritik pedas kepada Yalder, seolah-olah Yalder adalah bawahannya yang telah gagal menjalankan perintahnya. Barbora sedikit terlambat dalam perlombaan perebutan kekuasaan dalam dunia militer, oleh karena itu, ketika ia melihat kesempatan di depan matanya, ia tak ragu untuk memanfaatkannya demi menarik Yalder turun dari jabatannya.
“Kemungkinan terburuknya, kita harus mempertimbangkan untuk meninggalkan Zona Perbatasan Tengah. Di area tenggara ada Pasukan Kedua, dan di barat laut, ada Pasukan Keempat dan Kelima. Kita sama sekali tak memiliki pasukan tersisa untuk merebut Antigua.”
Pasukan Kedua telah ditugaskan untuk mempertahankan teritori Kerajaan Yuze di bagian tenggara. Menekan Kekaisaran di sisi barat laut, adalah Pasukan Keempat dan Kelima. Sebuah garis pertahanan yang kuat telah dibuat di area barat laut yang cukup berbahaya, dengan tujuan untuk menghalangi jalur utama. Alasan mengapa pertimbangan serius dicurahkan untuk mempertahankan daerah barat laut Kerajaan Yuze sangatlah sederhana, tanpa area itu, musuh bisa dengan mudah mengikuti jalan utama, dan langsung mencapai ibu kota kerajaan.
“Itu keputusan yang bodoh. Pasukan Pembelot itu pasti akan merasa gembira jika kita meninggalkan mereka begitu saja, seolah kita telah menyerah. Zona Perbatasan Tengah merupakan daerah subur yang penting bagi Kerajaan kita. Kita harus mempertahankan zona itu dengan sekuat tenaga!”
“Tapi, bukankah kita sama sekali tak memiliki kekuatan militer yang tersisa untuk ditempatkan di sana!? Kau pikir darimana kita bisa mencari pasukan!?”
“Kita kekurangan dana, pasukan, dan perbekalan. Kita benar-benar tidak bisa lagi melakukannya. Kita harus menghadap pada Sang Raja dan memohon agar Beliau meningkatkan anggaran militer!”
Para jendral senior yang sama sekali tak mengetahui tentang kondisi finansial negara mereka, menyatakan ide mereka seenaknya. Merekapun diberikan tatapan dingin oleh para pegawai sipil yang memahami kondisi finansial negara, namun sama sekali tak digubris oleh para jenderal tersebut.
“Ini semua salah Jenderal Yalder yang telah kalah dalam peperangan! Kita harus memanggilnya dan mengadilinya melalui pengadilan militer!” teriak Barbora dengan antusias.
“Saya setuju dengan Letnan Barbora! Ini membuat saya merasa tak enak, tapi ini harus kita lakukan demi mengembalikan regulasi militer kita yang telah kacau. Yang Mulia Sharov, bagaimana keputusan Anda?” tanya mereka kepada Jendral Militer Veteran yang sedari tadi mendengarkan opini berbagai pihak sambil menutup matanya.
Ia adalah seorang tentara senior, dengan rambut putih dan kerutan yang jelas terlihat di wajahnya, namun tubuhnya sama sekali belum kalah dengan usianya. Pria dengan raut wajah yang tegas ini, tak diragukan lagi, adalah komandan dari Pasukan Pertama, Sharov Bazarov.
Salam Peperangan Besar sebelumnya, yang berhasil menghadapi perlawanan Kekaisaran dan Negara Kesatuan setelah usaha mereka yang gagal, dan berhasil membalikan situasi hingga akhirnya perjanjian gencatan senjata berhasil ditanda tangani, tak lain dan tak bukan adalah kakek moyang keluarga Sharov.
Oleh karena itu, keluarga Bazarov terus menerus menghasilkan keturunan prajurit, dan tak sedikit dari mereka yang dinobatkan dengan posisi yang tinggi dalam dunia militer.
Begitu juga dengan Sharov, yang telah menunjukkan kelihaiannya dalam kemiliteran, dan dinobatkan sebagai Jendral Tertinggi, sebuah posisi tertinggi yang dapat dicapai seseorang dalam karir militernya di Kerajaan Yuze. Saat ini, ia merupakan garis pertahanan terakhir Ibu kota Kerajaan, dan melaksanakan tugasnya untuk menjaga dan mengamati daerah sekeliling Ibukota Kerajaan.
“…Pada saat ini, jika kita memecat Yalder, Belta akan jatuh ke tangan musuh. Kita harus menghindari tindakan gegabah.”
“Tapi, bukankah Kastil Antigua telah jatuh ke tangan musuh? Saya ragu Jenderal Yalder mampu mempertahankan Belta!”
“Saya mendengar laporan bahwa musuh memanfaatkan sebuah senjata baru pada pertempuran itu. Besar kemungkinan bahwa hasil yang sama akan kita terima, tak peduli siapapun yang akan kita kirim. Sejauh ini, kita sudah meremehkan Pasukan Pembelot itu.”
“Maksud Anda, ranjau magis itu?”
Ranjau yang telah dikumpulkan oleh Schera dikirimkan ke Ibu kota Kerajaan dan diserahkan langsung kepada kelompok peneliti. Saat ini, ranjau tersebut telah dijinakkan, dan tentunya mereka sedang mencari cara untuk menduplikasi senjata tersebut. Mekanismenya cukup sederhana, dan menjinakkannya bukanlah hal yang sulit, menurut laporan. Hal yang paling berbahaya dari ranjau itu hanyalah muatan kekuatan magisnya. Selama tidak meledak, benda itu tak lebih dari seonggok tong besi.
“Terlebih lagi, walaupun mereka telah kalah, namun mereka sama sekali tak membiarkan musuh mendekati Belta. Yalder mungkin ceroboh, namun ia adalah Jenderal yang gagah berani. Tak ada seorang pun yang tak mengetahui namanya di Zona Perbatasan Tengah. Karenanya, para bangsawan di sekitar zona itu masih setia padanya walaupun ia telah dikalahkan. Jika kita menggantinya sekarang dan mengganggu proses jaringan komando, kelengahan itu pasti akan dimanfaatkan oleh musuh. Pasukan Pembelot itu pasti sedang menunggu kesempatan untuk mengalahkan kita.”
“W-walaupun begitu!”
“Menurutku, hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah membiarkanku dan Pasukan Pertama bekerja sama dengan Yalder untuk menghancurkan musuh.”
“….”
“Mungkin menurut Yang Mulia Sharov seperti itu, namun perihal kekalahan Jenderal Yalder telah dilaporkan kepada Yang Mulia Raja melalui Perdana Menteri. Saya rasa, proses pemindahan tugasannya tinggal menunggu waktu.”
“Apakah itu benar?” tanya Barbora pada seorang pegawai sipil
“Siap! Berita ini benar.”
Mendengar balasan itu, Barbora tertawa kecil. Dengan begini, manusia yang membuat matanya sakit itu sebentar lagi akan hilang dari dunia militer. Tanggung rasanya jika ia hanya dipindah tugaskan. Seharusnya ia dimasukkan ke pengadilan militer, dan pangkatnya dicabut. Dan bahkan, Barbora sama sekali tak keberatan jika Yalder dihukum mati. Saingan haruslah dihancurkan hingga ke akar-akarnya.
“Yang mulia, dengan begini sudah jelas. Pemindah tugasan terlalu ringan. Kita harus mengikuti regulasi militer, dan menuntut pertanggung jawaban darinya!”
“…”
“Yang Mulia Sharov!”
“Yang Mulia! Mohon keputusan Anda!”
“Aku akan menghadap Yang Mulia dan mengonfirmasi berita ini. Aku tak akan membuat keputusan apapun sampai aku bisa bertemu dengan Yang Mulia!”
Dengan tegas Sharov berkata, dan mulut-mulut para petinggi militer yang sedari tadi telah melolong seenaknya, hanya bisa terkatup, bungkam dan terdiam. Setelah menghela nafas panjang, Sharov meninggalkan ruangan itu.
.
.
.
Kastil Blanca, Ruang Singgasana Raja.
Berjalan di tengah barisan pengawal kerajaan, Sharov mencoba untuk bertemu dengan Yang Mulia Raja.
Duduk di takhta, adalah Raja Kerajaan Yuze, Kristoff Yuze Unimat. Ia adalah seseorang yang pernah memiliki masa depan cerah dan dipenuhi dengan kebijaksanaan. Namun karena tekanan akibat perebutan kekuasaan, Kristoff pun berubah. Di tengah-tengah kelicikan dan tipu daya dalam memperebutkan takhta, ia telah mengorbankan banyak jiwa.
Namun, pada akhirnya ia tak lagi ambil pusing dengan dunia politik, dan seolah ia mengasingkan diri di dalam istana. Setelah anak lelaki kesayangannya meninggal akibat sakit, akhirnya Kristof benar-benar menarik dirinya dari urusan politik, walaupun masih memegang jabatan sebagai seorang Raja.
Ia telah menjadi pengikut fanatik ajaran agama, dan pada waktu itu, ia mulai mendonasikan banyak hartanya dan membangun banyak gereja.
Ia menjauhi pegawai sipil yang tak suka dengan tindakannya, dan bahkan memenjarakan mereka. Yang tersisa dalam istana hanyalah para penjilat yang membisikkan bualan manis kedalam telinganya. Manusia kurus kering ini, yang sangat mengganggu ketika berdiri di samping Sang Raja, bisa dibilang sebagai orang pertama pada deretan manusia penjilat yang mengelilingi Sang Raja.
Ia adalah Perdana Menteri Farzam. Alasan mengapa ia, pada usia yang sangat muda, bisa mencapai jabatan tertinggi pegawai sipil sangatlah sederhana. Manusia ini telah mengabdi pada sang raja sejak usia muda, dan ia memanfaatkan hal ini dengan baik. Ia membisikkan kata-kata manis pada sang raja, serta mengusir mereka yang tak sepaham dengan dirinya. Ia mencabut pangkat serta gelar kebangsawanan mereka, atau bahkan mengasingkan mereka. Tak sedikit pula jumlah manusia yang telah ia bunuh demi mendapatkan kekuasaan.
Sejak awal, manusia inilah yang telah berkomplot untuk melawan ayah dari pimpinan Pasukan Pembebasan, Putri Altura. Sharov percaya bahwa manusia inilah, Farzam, yang telah menjadi tersangka utama yang mengakibatkan konflik dalam negeri ini.
“Yang mulia, hamba, Sharov, telah menghadap kepada Baginda Raja untuk menanyakan sendiri tentang sebuah masalah.”
Sharov berlutut dan bertanya kepada Sang Raja. Perdana Menteri Farzan melangkah ke depan dan bertanya tentang keperluan Sharov.
“Yang Mulia Panglima Tinggi Sharov, Urusan apa yang membuatmu sampai kemari?”
“Hamba ingin menanyakan hal ini langsung pada Baginda Raja. Maafkan hamba, namun hamba mohon agar Tuang Perdana Menteri mau mengerti.”
“Sungguh kasar. Yang Mulia, Panglima Tinggi akhir-akhir ini tampaknya telah menutup hatinya. Mohon anda berhati-hati,” kata Farzam, sambil tersenyum dan membungkukkan kepalanya.
Sharov menunjukkan kekesalannya melalui pandangan mata, namun kemudian segera menatap Sang Raja.
“Yang Mulia, apakah benar Yalder akan dipindah tugaskan?”
“Benar. Yalder tak bisa menang. Namun demikian, aku telah mengirimkan surat yang berisi dorongan kepadanya beberapa saat lalu, agar moral pasukannya tetap terjaga. Tak ada gunanya mengirimkan pasukan bantuan jika pada akhirnya nanti Belta jatuh ke tangan musuh.”
Sebenarnya, Sharov setuju dengan keputusan untuk memindah tugaskan Yalder, namun kurangnya personil yang andal untuk menggantikannya membuatnya enggan untuk mengambil langkah. Seluruh Mayor Jendral dalam Pasukan Ketiga telah gugur. Hanya pimpinan pasukan yang tersisa dalam pasukan mereka. Hingga ada yang bisa menggantikan, peran penting untuk memimpin Pasukan Ketiga tak bisa diserahkan pada orang lain selain Yalder.
“Apakah Yang Mulia bisa mempertimbangkannya kembali?”
“Tidak, keputusanku sudah bulat.” balas Sang Raja dengan tak bertenaga. Wajahnya pucat, dan matanya tampak lelah. Sangat sulit untuk mengatakan Sang Raja berada dalam keadaan sehat, dan sepertinya dirinya juga lalai dalam menjaga kesehatannya sendiri.
“Baiklah, jika begitu adanya, hamba mohon agar Yang Mulia memerintahkan hamba, Sharov, bergabung dengan Pasukan Ketiga. Kelalaian dalam mempertahankan Padang Alucia juga tak lain adalah kesalahan hamba. Hamba, bersama dengan Yalder, akan menghancurkan Pasukan Pembelot itu.”
“Yang Mulia, Panglima Tinggi Sharov adalah tokoh yang paling terkenal dalam kemiliteran kita. Tak ada orang lain yang mampu mempertahankan Ibu kota Kerajaan selain dirinya. Ditambah lagi, kekalahan Yalder sama sekali bukan salah Panglima Tinggi.”
Farzam menyanggah perkataan Sharov, dan meminta agar hanya Yalder yang dipindah tugaskan. Sharov haruslah menjadi ‘dekorasi’ bagi Ibu kota Kerajaan, karena kemashyurannya masihlah sangat berguna untuk mempertahankan Ibukota Kerajaan.
“Sharov, aku tak akan memindah tugaskanmu. Untuk masalah pemberantasan Pasukan Pemberontak, Pasukan Keempat akan ditarik dari barat laut dan dikirimkan menuju Belta. Pasukan Ketiga akan digabungkan dengan Pasukan Keempat.”
“Jika begitu, maka pertahanan di Barat Laut tak akan cukup untuk melindungi daerah tersebut. Saya yakin Kekaisaran tak akan melewatkan kesempatan ini. Hanya meninggalkan tempat itu pada Pasukan Kelima menurut saya sangatlah tidak bijaksana.”
“Jika kita bisa memberantas Pasukan Pemberontak itu dengan cepat, maka tak masalah. Selain itu, sejauh ini belum ada pergerakan besar dari sisi Kekaisaran. Bukankah ini bukti bahwa mereka juga sama sekali tak memiliki pasukan yang cukup untuk menyerang kita? Bahkan jika mereka berani maju, maka garis pertahanan kebanggaan kita, tembok besi kita, akan cukup untuk menghadapi mereka,” balas Perdana Menteri menggantikan Sang Raja.
Di tengah krisis finansial, banyak dana dihamburkan untuk membangun garis benteng pertahanan. ‘jika kita tidak menggunakannya sekarang, kapan lagi?’ pikir Perdana Menteri Farzam.
“Perdana Menteri Farzam. Barat Laut adalah area yang sangat ‘panas’. Jika kita memindahkan potensi militer kita darisana, Kekaisaran sudah pasti akan ikut bergerak. Kita harus menahan area itu. Garis benteng pertahanan kita yang kokoh adalah pertahanan terakhir kita.”
“Jadi maksudmu kita mengalirkan pajak kita yang berharga pada sebuah pajangan untuk menakuti musuh? Kau kira kita bisa seenaknya meningkatkan dana perang?”
“Benteng-benteng itu dibuat untuk mencegah serangan Kekaisaran. Jika kita berperang melawan Kekaisaran, kita akan menghabiskan dana yang jauh lebih banyak dari pembuatan benteng-benteng itu. Dan tentu saja, akan lebih banyak darah yang tercecer.”
“Sejak awal, jika kita tak mengirimkan bala bantuan menuju Belta, kita hanya akan membiarkan para pembelot itu berbuat seenaknya. Aku ingin dengar bagaimana kau akan menghabisi para pembelot itu. Pasukan Ketiga sudah diluar kendali. Aku tak yakin Panglima Tinggi memiliki rencana untuk membalikkan keadaan,” kata Farzam, diiringi dengan bahasa tubuh yang dilebih-lebihkan.
“Jika begitu, saya meminta persetujuan untuk menggerakkan pasukan saya dari Ibukota Kerajaan. Pasukan Pertama akan bertindak sebagai pasukan darurat. Setengahnya akan dikirimkan ke Zona Perbatasan Tengah dan mengepung musuh dari garis depan dan belakang. Dengan usaha bagaimanapun, para pembelot itu mau tak mau harus membagi pasukan mereka.”
Mendengar perkataan Sharov, mata Farzam membelalak.
“Membagi pasukan yang menjaga Ibu kota Kerajaan, apa kau sudah gila? Apa rencanamu jika seandainya terjadi pemberontakan di pusat kerajaan kita yang sedang tidak dijaga!? Yang mulia. Apapun yang terjadi, Pasukan Pertama tak boleh ikut bergerak.”
“Tak ada lagi yang bisa kita lakukan untuk menghabisi mereka selain Pasukan Pertama sambil, di saat yang bersamaan, tetap menjaga pergerakan Pasukan Kekaisaran. 30.000 orang pasukan cadangan seharusnya sudah cukup kuat untuk menjaga Ibukota Kerajaan selagi kami bergerak.”
.
.
.
Terjemahan ini milik Centinni
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/qHkcfMc
Kami juga membuka donasi via Gojek pay guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat satu chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 8.1 - Roti yang DIberikan Sebagai Hadiah Mungkin Akan Terasa Enak (1)
Donasi pada kami dengan Gojek!
