The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia] - Chapter 7
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 7 - Apel Merah Kelihatan Jauh Lebih Enak
Korps Pasukan Ketiga Kerajaan sedang dikejar, dan mereka berusaha dengan sepenuh tenaga untuk lolos dan kabur menuju Kastil Cabang Antigua. Tak ada satupun dari mereka yang tak terluka, perlengkapan mereka terlihat remuk, dan mereka benar-benar dalam kondisi kelelahan. Pasukan yang tertinggal dari pasukan utama telah dihancurkan oleh pasukan musuh, dan sisanya telah melepaskan senjata mereka dan menyerah.
“Haah-, haah-, Kita kabur layaknya seorang pengecut. Jika bisa memilih, aku lebih baik mati di medan pertempuran! Susun kembali barisan kita, dan lakukan pertempuran penentuan hingga tetes darah penghabisan!” ujar Yalder.
Napasnya semakin berat dan wajahnya memerah tanda kelelahan. Baginya yang telah menyusuri jalan kemenangan, dan sebentar lagi akan berusia 50 tahun, ini merupakan kekalahan pertama yang pernah ia rasakan. Sosok Mayor Jendral Kyros dan Danush yang memimpin pasukan infanteri dan kavaleri sama sekali tak terlihat. Pada awal pertempuran di Padang Alucia, mereka panik akibat ledakan, dan akhirnya mati di medan pertempuran.
Pasukan Pembebasan memasang Putri Alucia di garis depan sebagai umpan, dan tak hanya berhasil memancing Divisi Baja, namun mereka juga berhasil meratakan sebagian besar pasukan kerajaan itu dengan tanah.
Sidamo sudah menduga bahwa ini adalah sebuah jebakan, namun ia tak mampu untuk menghentikan para Petugas Militer yang telah dibutakan oleh ketamakan mereka. Ketika mereka sudah berada cukup dekat hingga bisa mengamati wajah pasukan musuh satu per satu, tiba-tiba saja tanah di bawah mereka bergetar dengan hebat dan ledakan demi ledakan terjadi. Layaknya reaksi berantai, ledakan itu memenuhi medan pertempuran dan menelan Pasukan Kerajaan. Pasukan kebanggaan Yalder dengan mudah dihancurkan bahkan sebelum pertempuran dimulai. Dengan diiringi teriakan peperangan, Pasukan Pembebasan mulai menerjang mereka yang sedang dalam kondisi panik.
Sebagai komandan, Yalder berteriak dengan suara menggelegar untuk mengembalikan kesadaran mereka, namun yang terjadi selanjutnya benar-benar menentukan hasil dari pertempuran ini.
Dari bukit yang sedikit menanjak, banyak bendera Kekaisaran dikibarkan, dan genderang perang bertalu-talu cukup keras hingga langit seolah terbelah. Di luar dugaan, pasukan kekaisaran ternyata diam-diam bergabung dalam pertempuran ini.
Ketika pasukan kavaleri yang mengenakan baju pelindung kekaisaran mulai menerjang maju, semangat para Pasukan Kerajaan yang tersisa akhirnya terempas, menyisakan rasa panik dan takut dalam benak mereka. Tentu saja hal ini akan terjadi.
Bagaimanapun juga, pasukan mereka kali ini hanya terdiri dari pasukan yang belum pernah menghadapi pertempuran bersama-sama, sekelompok orang-orang asing yang tak solid. Pasukan yang rela mengorbankan nyawa dan kembali bertarung demi kerajaan tak lebih dari 10% dari seluruh pasukan yang ada. Mereka sama sekali bukanlah lawan bagi Pasukan Pembebasan yang dalam kondisi sangat bersemangat. Walaupun mereka menang jumlah, Pasukan Kerajaan harus dipermalukan dan memainkan peran sebagai pihak yang kalah.
Tak lagi ada pasukan yang bisa mendengar perintah Yalder. Kyros dan Dhanush yang terpisah dan terkepung, terpaksa harus menerima serangan sengit dari pasukan elit yang membawa Bendera Sang Singa, dan nyawa merekapun akhirnya gugur pada pertempuran itu.
Tanpa mereka sangka, ternyata Pasukan Kekaisaran yang mereka lihat saat itu, hanyalah sekelompok rakyat sipil yang menyamar menjadi tentara kekaisaran, dan yang membawa Bendera Sang Singa, lambang Kekaisaran, tak lebih dari sekumpulan Tentara Bayaran. Sebuah tipu muslihat sederhana, namun cukup efektif untuk menghabisi pasukan kerajaan yang tengah kebingungan akibat ledakan ranjau-ranjau sihir yang telah dipersiapkan oleh Pasukan Pembebasan. Ketika seseorang tak mampu menguasai dirinya, kemampuan analisa mereka akan terhambat.
“Yang Mulia, mari kita mundur dan menyusun kembali pasukan kita di Antigua, dan menunggu kesempatan bagi kita untuk membersihkan penghinaan ini dari nama kita. Jika kita memaksa bertempur, hasilnya akan sangat jelas. Sungguh disayangkan, namun pasukan kita sudah tak lagi memiliki tenaga yang tersisa.”
Mendengar perkataan Sidamo, Yalder melihat ke sekelilingnya.
“Ini, ini yang tersisa dari pasukan kita yang hebat? Sungguh rendah kita telah terjatuh. Mengapa! Aku tak habis pikir! Lagipula, aku tak pernah mendengar kabar bahwa Pasukan Kekaisaran akan bergabung dalam pertempuran ini! Apa yang dilakukan manusi-manusia yang duduk tenang di Ibu kota?”
“Yang Mulia, mengenai itu-”
Dua penunggang kuda datang menghampiri mereka, membawa sebuah kabar buruk bagi telinga sang komandan yang mendengarnya.
“Yang Mulia Jenderal Yalder!!”
“Ada apa lagi!!? Apa negara lain sudah memanfaatkan situasi ini untuk membuat aliansi dan bergabung dalam peperangan ini?! Dasar orang-orang tak tahu terima kasih!”
Kerajaan Yuze merupakan negara yang mengontrol bagian utara Benua Mundo Novo. Pihak yang selama ini berusaha untuk memperluas kekuasaan mereka adalah Kekaisaran Keyland.
Selain itu, yang menyatukan bagian tenggara benua ini adalah Negara Serikat Dolebacks. Sejatinya, Yuze merupakan negara yang memegang kendali di bagian tenggara Mundo Novo, namun, memanfaatkan kekacauan yang terjadi sejak kemunculan para iblis di benua ini, satu per satu negara-negara di bagian tenggara mulai mengumumkan kemerdekaannya. Perlahan tapi pasti, mereka bergabung dalam aliansi dan pada akhirnya membentuk sebuah negara. Mereka memegang kendali terhadap tanah yang subur, serta jalur maritim; mereka memiliki kendali terhadap puluhan tambang mineral, dan dengan kata lain, mereka memiliki kekuatan ekonomi yang tak mungkin untuk diremehkan. Beberapa tahun belakangan, mereka telah menyebarkan kekuasaan mereka dengan cepat, menghasilkan kekuatan militer dan ekonomi yang tak terbantahkan.
Penyebab utama jatuhnya Kerajaan Yuze adalah hilangnya teritori mereka satu per satu. Tentu saja mereka berusaha untuk mengambil kembali tanah mereka, dan berulang kali mengirimkan pasukan ekspedisi. Untuk mengatasi hal ini, Negara Serikat Doleback menginvestasikan kekayaan mereka pada Kekaisaran, mengakibatkan adanya persekutuan kemiliteran. Mereka bekerja sama untuk menjatuhkan pihak Kerajaan dari dua sisi.
Tak lama, perang singkat pun berubah panjang, dan perserikatan yang melangsungkan serangan tak berkesudahan, akhirnya membayar ganti rugi yang tak sedikit, kemudian menandatangani perjanjian gencatan senjata.
Antara kedua negara tersebut, sebuah perjanjian non-agresi telah ditandatangani. Tentu saja perjanjian ini hanyalah omong kosong dan sewaktu-waktu bisa saja dilanggar oleh kedua-belah pihak.
Inilah rangkaian kejadian yang memicu terjadinya perang besar di benua Mundo Novo 200 tahun yang lalu.
“Y-Yang Mulia, kita sedang dalam perjanjian non-agresi dengan Dolebacks-”
Mendengar gumaman itu, Yalder kembali berteriak.
“Diam! Memanfaatkan para pembelot dan mengembargo kita, perjanjian apa!!? Tak salah lagi, mereka pasti senang melihat kita miskin!”
“M-maafkan saya.”
“Pengirim pesan, lanjutkan laporanmu!”
Mereka tak bisa mempercayai apa yang mereka dengar dari pembawa pesan itu
“Siap! Hamba telah memastikan bahwa bendera musuh telah dikibarkan di Kastil Antigua! Bendera Pasukan Pembebasan telah dikibarkan, Kastil Antigua telah jatuh ke tangan musuh!!”
Untuk beberapa saat, semua terdiam, seolah waktu itu sendiri telah berhenti.
“A-apa katamu?! Tak mungkin hal bodoh seperti itu bisa terjadi!! Ada 10.000 orang pasukan yang kita tinggalkan di sana!! Tak mungkin Antigua bisa jatuh begitu cepat!!”
Dengan marah, Yalder mencengkram kerah pembawa berita tersebut. Sidamo juga tak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya atas perkembangan yang jauh di luar perkiraannya itu.
Pembawa pesan lain kemudian melanjutkan laporannya.
“Menurut tentara yang berhasil kabur dari kastil, banyak pembelot yang menghasut agar gerbang Kastil dibuka agar para musuh bisa segera masuk. Mayor Jenderal Rustam yang bertugas memimpin pertahanan telah terbunuh setelah pertempuran sengit melawan Pasukan Pembelot. Antigua telah sepenuhnya jatuh ke tangan musuh!”
Menanti celah yang muncul setelah pasukan utama berhasil dipancing menuju Padang Alucia, sebuah pasukan terpisah menyerang Antigua. Gerbang kastil dibuka oleh mata-mata yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pasukan Ketiga telah sepenuhnya jatuh ke dalam taktik musuh, dan markas penting telah berhasil direbut oleh musuh. Kastil Antigua, titik penting pertahanan Kerajaan, mulai sekarang tak hanya menjadi markas Pasukan Pembebasan, namun juga akan menjadi pintu masuk bagi Unit Bantuan Tentara Kekaisaran.
“Oh, ooooooh-”
“Yang Mulia. Jika begini, kita tak lagi bisa mengandalkan Antigua. Kita harus segera mundur menuju Belta Barat. Kita telah menyimpan suplai di sana. Jika kita tak segera pergi, suplai itu akan direbut musuh.”
Area Belta berada di timur Antigua. Penjagaan di sana cukup lemah karena seluruh pasukan dipusatkan di Antigua. Jika mereka tidak bergegas, mereka juga akan kehilangan seluruh area di dekat perbatasan.
“….. Tidak. Aku… Aku akan mengambil alih kembali Antigua. Aku harus berhasil merebutnya kembali. Yang Mulia Raja secara langsung memerintahkanku untuk mempertahankan daerah ini, bukan? Selain itu, walaupun pasukan kita telah dikalahkan, bukankah kita masih punya 30.000 orang dalam keadaan sehat? Jika kita melanjutkan perlawanan kita siang dan malam-”
“Tidak bisa, Yang Mulia! Jangan lupa, Pasukan Pembebasan berada tepat di belakang kita; jika gegabah, kita akan terkepung! Kita harus segera mengganti tujuan kita! Kita tak punya kebebasan untuk meluncurkan serangan menuju Antigua! Saya mohon, perintahkan kami untuk menuju timur,” ujar Sidarmo dengan wajah hampa.
Dengan kuat ia mengguncangkan tubuh Yalder. Pengepungan bukanlah hal yang mungkin untuk mereka lakukan. Sudah pasti mereka akan dihabisi. Kepala Pimpinan Militer Sidamo berusaha menghentikannya dengan cara apapun. Ia tak peduli seandainya Yalder tak lagi mempercayainya, baginya, setidaknya ia harus bisa mengubah niat Yalder.
“…Kuh!”
“Yang Mulia!”
“…Aku mengerti. Aku akan mengikuti keinginanmu. Pasukan Ketiga akan berganti arah, dan bergerak mempertahankan Belta. Kita akan berbenah di sana dan bersiap menghadapi pertempuran. Apakah… Apakah ini cukup?”
“Siap, kami mengerti. Arah kita telah diubah! Bergerak ke arah Belta! Seluruh pasukan, ubah arah!!”
Setelah itu, Pasukan Pembebasan yang selama ini tak kenal lelah, entah mengapa menghentikan pengejaran mereka. Dengan tersisa 30.000 orang, Pasukan Ketiga berhasil mundur menuju Belta.
Tentu saja Pasukan Pembebasan memegang penuh kendali di daerah sekitar perbatasan, namun memutuskan bahwa pertahanan Belta jauh lebih kuat dari dugaan mereka, Pasukan Pembebasan akhirnya berencana untuk memperkuat pasukan mereka di Antigua.
Ada satu alasan mengapa Pembebasan Kebebasan tak mampu mengejar Pasukan Kerajaan lebih jauh dan merebut kontrol daerah Belta dari tangan Kerajaan. Lumbung makanan mereka telah dibakar. Tanpa makanan, pasukan mereka tak mungkin bisa bertempur. Pertempuran itu merupakan kemenangan mereka. Walaupun begitu, sebagai akibat dari hal yang di luar dugaan, mereka juga mengalami kekalahan dan kehilangan 3.000 orang tentara bayaran. Oleh karenanya, Pasukan Pembebasan membutuhkan waktu lebih untuk menyusun persiapan.
2.500 orang pasukan kavaleri yang dipimpin oleh Schera dengan kurang-ajarnya menjajaki daerah di markas musuh, Benteng Salvador. Demi menyelamatkan diri dari Area Belta Timur, mereka memutuskan untuk menyeberangi Sungai Alucia.
Bagaimana cara mereka agar mereka menembus daerah kekuasaan musuh? Alasannya dapat dengan mudah dipahami ketika seseorang meneliti sosok unit kavaleri itu. Bendera yang mereka kibarkan adalah bendera Pasukan Pembebasan Ibu kota Kerajaan, dan mereka juga menyamar menggunakan perlengkapan Pasukan Pembebasan. Perlengkapan ini dengan mudah mereka temukan tergeletak di gudang perlengkapan lumbung makanan Pasukan Pembebasan.
“A-aku tak mengira akan berjalan semulus ini.”
“Ingat, ini pasukan pembelot. Mereka terdiri dari para pengkhianat, Pasukan Kekaisaran serta tentara bayaran, bukan? Tak mungkin mereka bisa mengingat semua wajah pasukan mereka. Daripada kita mengendap-endap, akan jauh lebih tak mencurigakan jika kita berbaris dengan berani di depan wajah musuh.”
“Wakil Komandan terlalu pemberani. Tak mungkin saya bisa meniru Anda. Saya tak percaya Anda bisa dengan beraninya berargumen dengan pasukan musuh. Membayangkan bahwa kita bisa saja ketahuan sewaktu-waktu membuat saya merinding.”
“Komandan mereka cukup bodoh, kita cukup terbantu dengan hal itu. Yah, aku juga tak bisa menyalahkan kebingungan mereka. Lagipula, aku juga akan cepat marah jika dalam keadaan lapar.”
“Wakil Komandan, ini, saya harap ini bisa membuat Anda senang.”
Salah seorang penunggang kuda yang ada di sebelah Schera mengeluarkan suatu buah berwarna hijau dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada Schera. Buah itu sudah sedikit dimakan serangga, namun buah itu belum membusuk.
“Oh, ini apa?”
“Aku menemukannya di gudang makanan tadi. Ini adalah apel hijau. Sangat sulit menemukannya di daerah ini, jadi aku mengambil beberapa. Buah ini sangat lezat saat matang.”
“Tepat sekali. Aku mulai sedikit merasa lapar. Terima kasih. Tak kusangka ada apel yang berwarna hijau.”
“Buah ini memang langka di daerah Kerajaan. Ketika membayangkan pohon apel, kita selalu melihat buahnya yang merah.”
“Tiba-tiba aku ingin makan apel merah…”
Sari buah menetes dari pipi Schera ketika ia menggerogoti buah itu. Penunggang kuda itu terlihat senang ketika mengamati Schera yang asik memakan apel pemberiannya.
Para pasukan kavaleri itu telah menerima Schera, yang telah mengambil komando sementara, sebagai atasan mereka. Pada pertempuran hingga kini, mereka dapat merasakan kekuatan dan sikapnya yang pemberani. ‘Tidakkah ia jauh lebih kuat dari pimpinan militer manapun di Kerajaan ini?’ pikir mereka ketika mereka melihat gadis itu dengan mudahnya mengayunkan sabit raksasa miliknya.
Mengikuti yang kuat, dan kau akan bertahan hidup. Para tentara di medan perang sudah sangat memahami hal itu. Bahkan tak berlebihan jika dikatakan bahwa hati mereka telah terkesima oleh kejadian yang baru saja terjadi.
Seorang Pimpinan Militer dengan senangnya mengejar mereka dari arah Markas Besar Pasukan Pembebasan, dan ketika Schera memutuskan untuk tidak mengacuhkan pengejar mereka, seluruh pasukan yang mengikuti Schera merasa takut dan cemas. Kemudian, dengan tenangnya Schera menyerahkan kepala Pimpinan Pasukan Kavaleri mereka, dan berkata bahwa mereka berhasil membunuh pimpinan pasukan kerajaan, namun sisa pasukannya berhasil kabur melewati pepohonan. Perlengkapan para tentara bayaran sangatlah berbeda dari pasukan biasa. Sejak awal, perlengkapan mereka lebih usang, jadi kamuflase mereka sangat sederhana. Jika mereka mengambil perlengkapan baru dari gudang senjata, dan memasangkannya dengan perlengkapan yang mereka lucuti dari mayat para tentara bayaran, maka mereka akan disulap menjadi seperti para tentara bayaran pada umumnya.
Awalnya, pimpinan musuh mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang mencurigakan, namun di tengah-tengah cerita Schera, ia tiba-tiba berkata, “jika tak cepat, mereka akan kabur,” dan dengan tak sabaran dan tentu saja haus akan imbalan, ia memimpin pasukannya menuju hutan.
Tentu saja tak ada apa-apa di depan mereka. Yang ada, hanyalah Kastil Antigua, yang telah jatuh ke tangan Pasukan Pembebasan.
“Wakil Komandan Schera, berita buruk. Pasukan musuh telah berjaga di sekitar sungai. Sepertinya mereka telah melihat kita.”
“Oh. Yah, menyebalkan…”
“Apa yang harus kita lakukan? Melihat jumlah mereka, kita bisa dengan mudah menerjang mereka,” kata seorang anggota grup itu, yang mendekatkan wajahnya dan berbisik ke arah telinga Schera.
Gadis itu kemudian menoleh ke arah tak menentu, berusaha untuk tidak fokus melihat pasukan musuh dan menarik kecurigaan mereka. Sebuah pasukan yang terdiri dari seratus orang datang mendekat, sepertinya mereka bermaksud untuk memeriksa keadaan pasukan kavaleri mereka.
“Tak ada jalan lain. Kita sapa saja mereka. Jika kuberikan tanda, bunuh mereka. Menghindari konflik akan jauh lebih baik. Akan menjadi masalah jika kita menarik perhatian tanpa alasan yang baik di daerah seperti ini.”
“Siap!”
Schera dan pasukannya mengganti arah tujuan mereka dan mendekati sekelompok pasukan musuh itu. Pria dengan luka di wajahnya, yang merupakan satu-satunya dari anggota pasukan musuh yang menunggang kuda dan kelihatannya merupakan pimpinan dari pasukan itu, menatap Schera dengan tajam.
Pasukan musuh tersebut menghunuskan tombak mereka dan bersiap dalam posisi menyerang.
Mereka mengawasi kelompok Schera dengan tajam, pikir Schera. Atau mungkin, penyamaran mereka telah terbongkar. Schera mulai angkat bicara, mengambil inisiatif pertama.
“Terima kasih telah menjalankan tugas kalian! Kami adalah Kavaleri Pasukan Pembebasan Ibu kota Kerajaan! Kami sedang dalam pengejaran terhadap pasukan musuh yang tersisa!”
“Aku membutuhkan nama dan afiliasimu! Ini tugas kami, mohon dimaklumi!”
Pria itu berkata dengan keras, seolah tak mau kalah dengan gadis kecil itu. Ia bukanlah seseorang yang mudah ditangani, pikir Schera. Pria itu sepertinya berbeda dari orang-orang bodoh yang sejauh ini ia temui.
“Pasukan Pembebasan Ibu kota Kerajaan, Afiliasi Divisi Pertama, Aku adalah Letnan Dua Schera yang memimpin Unit Kavaleri Ketiga belas.”
“…Dimengerti. Kami Unit Cadangan Pasukan Pembebasan Ibukota Kerajaan, afiliasi Divisi Pertama. Aku adalah Letnan Dua Callus, memimpin sekelompok pasukan pertama.”
“Dimengerti. Kami sedang terburu-buru, bisakah kami lewat sekarang? Jika begini, musuh yang kami kejar akan kabur.”
“…Aku tak menerima informasi bahwa ada unit kavaleri yang sedang dalam pengejaran.”
“Mungkin salah komunikasi. Hal ini sering terjadi di medan perang.”
“Kami baru saja ditugaskan untuk menjaga lumbung makanan. Perintah kami sekarang adalah untuk mencari pasukan kavaleri yang telah menyerang lumbung itu. Sepertinya mereka ada di sekitar sini.”
Callus mempererat genggaman pedangnya.
Schera mengamati perkembangan situasinya dengan tenang. Sabitnya ia gantungkan di belakang pundaknya.
“Begitu… Lalu apa? Apa kalian mencurigai kami sebagai unit kavaleri yang kalian cari?”
Ujung bibir Schera sedikit terangkat, membentuk sebuah seringai kecil. Ia bersiap untuk meraih sabit besarnya.
“Aku hanya membutuhkan satu verifikasi lagi. Bisakah kau menunjukkan surat identifikasi? Seluruh anggota Pasukan Pembebasan, baik petinggi maupun tentara biasa, bahkan anak baru sekalipun, telah diberikan surat identifikasi. Kami mohon kalian segera menunjukkan surat-surat itu.-Segera!”
Ketika Callus memberikan sinyal, anggota pasukannya mengambil posisi dengan tombak mengarah pada pasukan Schera.
“…Ah, surat itu. Tunggu sebentar. Kalau tak salah benda itu ada di tasku-”
Sembari menjulurkan tangannya, menunjuk pada tas yang terikat pada kudanya, gadis itu meraih sabit besarnya dan mencoba memotong Callus.
Callus yang sudah sangat berhati-hati terhadap Schera, berhasil menghindari sayatan sabit raksasa itu. Jarak antara lehernya dan sabit Schera sangatlah tipis, sedikit saja salah perhitungan maka kepalanyalah yang akan melayang.
“Sudah kuduga, kalianlah pasukan berkuda yang telah membakar lumbung makanan itu!! Menyamar sebagai pasukan kami, dasar pengecut!!”
“Intuisimu sangat bagus. Tapi, apa kamu bodoh? Kalian kira kalian bisa menghentikan kami hanya dengan sedikit pasukan? Kalian bodoh atau ingin mati?”
“Diam! Turun dari kuda kalian, buang senjata kalian jauh-jauh, dan menyerahlah! Bantuan akan segera datang! Kalian sudah terjebak layaknya seekor tikus!”
“Kami menolak. Lagipula, kematianmu hanya tinggal menunggu waktu.”
“-!!”
Sekali lagi Schera mengayunkan sabitnya.
Callus berusaha menahan sabit raksasa itu dengan pedangnya, namun berat dibalik serangan Schera membuatnya kesulitan dan tak mampu untuk melancarkan serangan balasan. Ia tak bisa sepenuhnya meredam momentum serangan Schera.
“Hati-hati. Jika kau tak menangkis dengan benar, kepalamu yang akan melayang!!”
“G-gadis ini tak main-main!”
Callus mengayunkan pedangnya dengan liar, namun berhasil diatasi Schera dengan mudah. Satu serangan Schera cukup untuk membuat tangan Callus kelu dan mati rasa. Sedikit demi sedikit, kecepatan dan kekuatan dibalik serangan Callus semakin menurun. Tenaga dan semangatnya terkikis oleh serangan Schera, sedikit demi sedikit.
Schera sama sekali tak melewatkan kesempatan itu.
“Matilah!”
“Kuh-”
Diiringi dengan beberapa gerakan pengecoh, sabit raksasanya akhirnya berhasil mendekati leher Callus, dan membelah kepalanya dari samping.
Setelah lama dipermainkan, Callus akhirnya terkena serangan fatal dan jatuh dari kudanya.
“Kavaleri, bunuh mereka semua!! Jangan biarkan ada yang kabur!!”
“Ou!!”
“Bunuh para pengkhianat!!”
Sejak awal, jumlah pasukan kavaleri jauh melebihi pasukan musuh. Hanya dalam beberapa saat, mereka berhasil menghabisi semua pasukan musuh.
Selain itu, Schera turut andil, memainkan sabitnya dan dengan mudahnya membunuh para serdadu Pasukan Pembebasan itu. Hanya sedikit korban yang jatuh dari sisi Pasukan Kavaleri Kerajaan. Mereka juga belum ditemukan oleh bala bantuan Pasukan Pembebasan.
Jika mereka ingin menyeberangi sungai itu, maka sekaranglah saat yang paling tepat.
“Baiklah, seberangi sungai ini. Setelah itu, kita lari sekencang-kencangnya. Bagaimana?”
“Siap! Kami akan mengikuti Wakil Komandan Schera hingga akhir!”
“Jika kita berhasil kembali, ayo makan bersama. Kalian akan kutraktir. Sebagai gantinya, ajari aku tentang makanan lezat lainnya.”
“Siap, serahkan pada kami!”
“Mereka sudah menemukan kita, jadi sudah tak perlu lagi bagi kita untuk menyamar. Lagipula, perlengkapan ini sudah dilumuri oleh darah.”
Setelah menyeka peluh dari wajahnya, ia menunjuk pada baju zirah yang telah dikotori darah musuh mereka.
“Baik. Tak kusangka penyamaran ini bisa bertahan sejauh ini.”
“Apakah kita akan mengenakan perlengkapan kita dan kembali menjadi Pasukan Kerajaan Yuze yang agung?”
“Oke, kibarkan bendera Kerajaan! Patahkan dan buang bendera Pasukan Pembelot itu! Mataku sudah sakit melihatnya, jadi kalian jangan lupa untuk menginjak-injaknya!”
“Siap!”
“Pasukan Kavaleri Schera, akan segera bergabung kembali dengan Kerajaan!”
“Ou!!”
Setelah melewati Sungai Alucia, unit kavaleri Schera harus beberapa kali menghadapi pertempuran. Sepertinya mereka telah ditandai oleh beberapa pengintai sejak pertempuran di bibir sungai tadi. Kavaleri yang bertugas sebagai pasukan utama dalam pengejaran itu akhirnya muncul di belakang mereka.
Namun, semuanya telah berhasil dikalahkan oleh Schera yang berperan sebagai pasukan garis depan, dan ia telah berhasil mengambil satu kepala komandan musuh.
Pasukan Pembebasan yang mengejar mereka terdiri dari 4.000 orang, dan 1.000 diantaranya telah mati dalam pengejaran itu. Tentu saja hal ini merupakan pencapaian besar bagi pasukan Schera. Mereka yang sedang dikejar, mampu menghabisi seperempat dari kekuatan pihak yang mengejar mereka.
Ketika pasukan Schera akhirnya berhasil mencapai Kastil Berta, jumlah mereka hanya tersisa 2.000 orang. Namun, wajah mereka dipenuhi dengan semangat bertempur, dan sama sekali tak terlihat seperti pasukan yang baru saja kabur dari teritori musuh. Tentu saja, karena mereka awalnya menggunakan perlengkapan Pasukan Pembebasan, mereka langsung diawasi oleh pengintai Kerajaan.
Namun karena mereka dengan gagahnya mengibarkan bendera Kerajaan, para pengintai menduga bahwa tak mungkin mereka adalah Pasukan Pembebasan yang berniat untuk merebut wilayah itu. Ketika mereka memerintahkan untuk membuka gerbang kastil, dengan sepenuh hati para penjaga kastil menerima mereka kembali. Semangat yang telah luluh, tiba-tiba saja kembali berpijar, dan semangat bertempur para pasukan di kastil itu kembali berkobar.
Sosok yang merasa paling gembira akan berita kembalinya pasukan kavaleri itu, tak lain dan tak bukan, adalah Yalder. Setelah mendengar berita itu, ia terpekik, berdiri dari kursinya, dan tubuhnya bergetar karena senang. Dengan segera ia beranjak menuju pasukan kavaleri itu, dan dengan wajah yang memerah serta diiringi oleh air mata, ia meraih tangan para pasukan kavaleri itu.
Yalder adalah sosok yang emosional. Mudah marah, namun mudah pula merasa haru melihat sosok Schera serta pasukannya yang tak kenal menyerah dan berusaha kembali untuk bergabung dengan Unit Pasukan Ketiga.
Ketika ia memperlakukan Schera sebagai seorang pahlawan dari Korps Pasukan Ketiga, ia ditolak mentah-mentah oleh Schera, dengan alasan bahwa gelar itu terlalu agung bagi dirinya yang bukan apa-apa.
Korps Pasukan Ketiga Kerajaan telah merubah haluan menuju Kastil Belta, dan berjuang untuk menjaga garis perbatasan.
Pasukan mereka berjumlah sebanyak 40.000 orang, termasuk dengan penjaga kastil dan pasukan kavaleri yang baru saja bergabung dengan mereka.
Jenderal Yalder yang merasa bertanggung jawab akan kekalahan mereka, memutuskan untuk mengakhiri nyawanya. Namun, hal ini dicegah oleh para pelayannya. Surat teguran yang berasal dari Ibu kota Kerajaan memberikan satu perintah bagi Yalder, ‘bersihkan nama baik kalian sebagai Korps Pasukan Ketiga Kerajaan pada pertempuran berikutnya’. Hal ini berarti bahwa Yalder masih diberikan kesempatan untuk memimpin Korps Pasukan Ketiga. Tentu saja hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa jika mereka memecat Yalder, tak ada satu orang pun yang mampu untuk menggantikan dirinya.
Letnan Dua Schera telah mengambil alih komando setelah pimpinan pasukannya gugur dalam pertempuran, dan berhasil memimpin pasukannya untuk menghanguskan persediaan makanan Pasukan Pembebasan. Hal ini merupakan hambatan besar yang mengganggu perluasan daerah kekuasaan Pasukan Pembebasan. Ditambah lagi, ia telah berhasil keluar dari kepungan musuh, bertarung dengan gagah berani dan membawa pulang kepala komandan musuh serta membantai pasukan musuh. Pada akhirnya, ia telah berhasil menyelamatkan nyawa 2.000 orang pasukan kavaleri kembali ke Kastil Belta. Ini merupakan sebuah pencapaian yang tak mungkin diremehkan. Dengan tindakannya kali ini, ditambah dengan keberhasilannya membunuh Voleur, serta dengan bantuan Jenderal Yalder, karir Schera melesat dengan sangat cepat.
Tiga bulan setelah dipromosikan sebagai Kapten, ia kemudian dianugerahi pangkat Mayor. Pada saat yang sama, ia telah diberikan kepercayaan untuk memimpin unit kavaleri yang komandannya telah gugur di medan perang.
Promosi sebagai seorang Mayor di usia mudanya, delapan belas tahun, bukanlah suatu kejadian yang pernah terjadi, bahkan dalam catatan sejarah Kerajaan.
Schera sendiri kemudian memuaskan dirinya dengan banyak makanan, dan tentu saja dirinya terlihat senang. Satu-satunya hal yang disayangkan adalah, entah kenapa, dirinya sama sekali tak bisa merasa kenyang.
.
.
.
Terjemahan ini milik Centinni
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/qHkcfMc
Kami juga membuka donasi via Gojek pay guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat satu chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 7 - Apel Merah Kelihatan Jauh Lebih Enak
Donasi pada kami dengan Gojek!
