The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia] - Chapter 31.2
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 31.2 - Makan Dua Kali Sehari Itu Buruk Bagi Tubuh (2)
Komandan Pasukan Pembebasan Behrouz, telah gagal dengan rencana terowongannya, dan menara-menara kepungnya juga menderita kerusakan berat. Penyerangan pada gerbang-gerbang kastel juga berjalan tak lancar, dan korban jiwa meningkat.
Behrouz adalah seorang jenderal yang mahir dalam peperangan tanah lapang, namun ia kekurangan pengalaman dalam pengepungan. Ia memiliki kepemimpinan yang kuat, namun ia hanya bisa melakukan pengepungan seperti di buku: isi parit, tembakkan panah dari segala sisi, menerobos gerbang atau menerobos benteng dengan bantuan katapel, dan jika tanah bisa dibuat menjadi terowongan, bangun sebuah terowongan bawah tanah dan terobos kastel.
Apa yang harus seseorang lakukan jika semuanya tak bekerja? Jawabannya tak tertulis dalam buku-buku militer.
Behrouz telah melancarkan sebuah serangan dahsyat tak peduli baik siang maupun malam, namun semua itu ketahuan, membuat gunungan mayat di mana-mana. Rasa letih berperang menyebar di antara para prajurit, dan semangat mereka menurun.
“…Ini buruk. Yalder dan para prajurit Kerajaan sangat kompeten. Serangan kita berhasil dipukul mundur dengan mengagumkan. Katapel kita sedikit, dan meanra-menara kepung kita sudah hancur; kita mungkin hanya bisa memaksa masuk dari gerbang.”
Para prajurit yang berusaha menerobos paksa benteng melalui tangga serang1 disiram dengan minyak mendidih atau minyak panas, dan mereka terjatuh, gugur.
Apakah baik-baik saja jika ini dibiarkan berlanjut? Behrouz merasa sedih.
“Yang Mulia. Anda seharusnya tak boleh tak sabaran seperti ini. Saya memahami antusiasme Anda untuk merebut kastel secepat mungkin demi rakyat, namun jika seperti ini, korban jiwa hanya akan meningkat. Menunggu dan menonton juga penting.”
Behrouz mengangguk atas kata-kata Staf Perwiranya dan merenung. Ia tampaknya terlalu terbiasa dengan kemenangannya di medan perang, dan ia mulai merasa dirinya terlalu tinggi. Ia telah memercayai bahwa Pasukan Kerajaan sepenuhnya terdiri atas prajurit-prajurit yang lemah.
Perwira dan prajurit yang lainnya tentunya memiliki keyakinan yang sama, kepercayaan diri yang tak berdasar bahwa musuk akan jatuh degan mudah hanya dengan sedikit dorongan.
Bahwa mereka harus membebaskan Ibu Kota Kerajaan sesegera mungkin, ide ini telah melahapnya.
“…Betapa tidak seperti diriku. Apa yang sudah kupelajari setelah hidup selama ini, Kepala Staf Perwira, terima kasih atas kritikmu. Kau benar, untuk sementara mengambil jalan menunggu-dan-melihat adalah yang terbaik. Kita telah mengatasi banyak kesulitan sebelum datang kemari, apa yang diperlukan sekarang adalah tak sabaran sepanjang waktu? Kita seharusnya menyiapkan jumlah katapel yang tak terhingga beserta menara-menara perang, dan hanya hal baguslah yang akan menunggu kita jika kita menyerang dengan tenang.”
“Tuan, itu sangat tepat. Saya akan segera memulai pengaturannya. Hal itu akan memakan waktu, namun kita pasti akan bisa mengambil alih benteng itu. tak peduli betapa beraninya Jenderal Yalder itu, ia takkan bisa menambah prajuritnya lagi. Mulai besok, kita akan mengepung dan menahan mereka hanya dengan tembakan panah. Itu akan memaksa musuh hingga kelelahan.”
“Umu. Beri semua perintahnya sekaligus. Terutama di saat-saat seperti ini, kita seharusnya tak boleh terburu-buru.”
Adalah keputusan yang berani untuk menarik kembali rencana untuk semua serangan walaupun mereka memiliki jumlah tujuh kali pasukan musuh. Ia tak dihindarkan lagi pasti akan dikritik atas ketidak mampuannya. Jenderal lain pasti akan memutuskan untuk merebut benteng dengan paksa.
Bahwa ia bisa menerima kritik staf perwiranya dan memutuskan untuk mengganti rencana adalah salah satu sifat baik Behrouz.
–Pasukan Pembebasan yang berusaha merebut Sayeh dengan paksa berhenti bertempur selama dua minggu untuk mengepung.
.
.
.
Pasukan dikirim untuk mengepung Cyrus, Pasukan Pembebasan yang dipimpin oleh Diener di sisi lain, tak menembakkan satu anak panah pun selama dua minggu ini.
Pria itu hanya melakukan satu hal: sepenuhnya mengepung Cyrus.
Bukan hanya para insinyur, bahkan para pengintai bukan pengecualian. Semua perwira dan prajurit dikerahkan untuk membangun kepungan itu secepat mungkin. Pagar-pagar tajam didirikan, parit-parit digali, dan pagar-pagar untuk menjaga kuda-kuda dibentangkan.
Lentera menerangi malam, tak menunjukkan celah sedikit pun agar musuh bisa menjarah mereka di malam hari. Kelompok-kelompok patroli secara rutin dikirimkan dengan tanpa celah di antara pengamatan mereka terhadap benteng musuh.
Mereka meminta kapitulasi hanya sekali sebelum pengepungan, dan mereka tak berencana menerima penyerahan diri lagi sama sekali setelah itu. Alasannya adalah jika mereka menerimanya, pengeluaran makanan mereka akan bertambah, karena mereka perlu menawan para prajurit.
Rencana penyerangan Diener biasa dan sederhana. Kelaparan. Mereka membeli banyak barang-barang sebisa mereka dari area di sekeliling Cyrus sebelumnya, dan setelah mengepung benteng, mereka akan menjaga agar musuh tak bisa kabur.
Berdasarkan laporan dari mata-mata, Cyrus kekurangan perbekalan. Benteng itu baru saja dibangun dan tak memiliki persediaan makanan. Berapa lama mereka bisa bertahan adalah tergantung komandan yang bertanggung jawab atas pertahanan.
“Tuan Diener, pengepungan ini tak bercelah. Bahkan seekor tikus pun takkan bisa keluar sekarang.”
“Ahhh, semuanya berjalan dengan lancar. Sekarang kita hanya tinggal menunggu waktu agar berlalu.”
“Baik bagi kita karena Jenderal Larus adalah orang yang berhati-hati. Waktu yang paling berbahaya saat diserang adalah ketika kita sedang menenun jaring kita.”
Larus adalah seorang pria yang bertempur dengan bijaksana dan tenang, namun di saat yang sama itu adalah celah.
Karena ia merasa khawatir karena kekurangan prajurit, ia melarang pertempuran apa pun hingga bala bantuan dari Ibu Kota tiba.
Selama itu, Pasukan Pembebaan telah menyelesaikan pengepungan mereka. Jika itu Barbora yang hobi berkelahi, ia pasti takkan membiarkan mereka melakukannya.
Hal itu bukan berarti melancarkan serangan adalah hal yang benar, namun hasil akhirnya tetap benteng itu pasti akan sepenuhnya terblokir.
“Pasukan Kerajaan berjumlah sebesar kurang lebih 7.000 orang, terlalu sedikit untuk melancarkan sebuah serangan. Seseorang yang berhati-hati mungkin takkan pernah membuat taruhan seperti itu.”
“Dan dengan ini, tampaknya si Dewa Maut itu juga tengah mendekati akhirnya.”
“Tentu. Aku akan membuatnya merasakan neraka berupa kelaparan. Satu bulan dalam perkiraanku. Aku akan menikmati melihatnya setelah itu, heh.”
Sudut bibir Diener naik, dan ia tersenyum. Ia telah mendengar bahwa Dewa Maut memiliki nafsu makan yang besar. Sudah terlalu terlambat baginya untuk menggunakan kehebatannya. Pengepungan ini takkan bisa ditembus.
Ia mengambil rencana kelaparan ini adalah berdasarkan Dewa Maut. Ia berpikir itu adalah metode eksekusi yang pantas bagi Sang Maut.
“Apakah Anda takkan menerima kapitulasi?”
“Tentu saja tidak. Aku takkan menyetujui kapitulasi sama sekali. Mereka akan kelaparan, mereka akan bersedih, dan mereka akan menderita; lalu mereka akan mati, hati mereka akan dipenuhi penyesalan. Aku memikirkan semua rekan-rekan kita yang telah dibunuh olehnya. Jangan tunjukkan belas kasihan pada siapa pun yang keluar dari benteng, tak peduli siapa mereka. Tembak mereka hingga mati.”
“D-dimengerti,” kata Vander, yang di dalam hati merasa takut. wajah Diener telah menampakkan gambaran kegilaan. Perang membawa para pria pada kegilaan.
Vander baru sekarang mengalami hal itu.
.
- Tangga serang: jenis tangga yang digunakan untuk memanjati benteng.
.
.
.
Centinni menerjemahkan ini untukmu.
Kami juga membuka donasi via Gojek pay ya guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat satu chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/fbqJYJX
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 31.2 - Makan Dua Kali Sehari Itu Buruk Bagi Tubuh (2)
Donasi pada kami dengan Gojek!
