The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia] - Chapter 27.2
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 27.2 - Aku Takkan Memakan Daging Ini (2)
“—Mengapa…mengapa kuda itu tak jatuh?”
“….”
“Mengapa dia tak mati!! Apa kudamu bahkan abadi juga!??”
“Siapa yang tahu, aku juga penasaran.”
Tercengang, Carnac mengamati kuda itu. ia yakin trisulanya telah merobek tenggorokan kuda itu. tetapi, mengapa kuda ini tak mati?
Mengapa dia tak jatuh? Ia takkan bisa membunuh sang Maut jika kuda itu tak jatuh.
Dalam mata kuda yang penuh kekosongan itu, terpantulkan sosok Carnac yang terguncang. Saat itu, ia merasa seolah ia melihat kuda itu tersenyum. Seolah kuda itu mengejek dirinya karena hidupnya tinggal beberapa detik lagi. Tidak, kuda itu tepatnya tertawa. Kuda itu monster, setelah semua itu, ia adalah seekor monster.
“K-kalian monster!! Apa kalian semua inI!!”
Jatuh dalam kepanikan, Carnac sekali lagi menyerang dengan tombaknya.
“Bukankah kalian yang memberiku nama itu? ‘Maut.’ Jadi itulah aku. Selamat tinggal, kalau begitu.”
“—ah.”
Carnac dan bahkan trisulanya terbelah oleh sabit besar Schera. Tubuhnya terbelah menjadi dua, dan organ-organnya berhamburan di tanah.
Dengan darah yang menetes dari tenggorokannya, kuda sang Maut menghancurkan tengkorak Carnac yang ada di bawah kakinya dengan sekuat tenaga. Seperti menghancurkan buah, isi otaknya berhamburan.
“…Puas?”
Schera dengan lembut mengelus tengkuk kudanya, dan kudanya meringkik pelan, menunjukkan persetujuannya.
“Kolonel! Kavaleri musuh mendekat dari belakang!!! Mereka memiliki emblem singa!”
“Hari ini adalah permulaan perang seperti yang diberi tahu padaku, jadi kita akan bertempur dengan mereka sambil bergerak kembali…..bentuk barisan! Kavaleri Schera akan berganti arah!!!”
“Dimengerti! Semua unit berganti arah!!!”
“MULAI BERGANTI ARAH! IKUTI KOLONEL!!”
Dari posisi Carnac, mereka mulai membentuk barisan kembali, dan Kavaleri Schera mulai bergerak menuju sayap tengah Pasukan Kerajaan. Kavaleri Fynn menyerang mereka, berusaha menghalangi mereka. Di belakang Fynn bergerak Konrad yang berusaha membantu Schera. Mereka saling bertemu, dan terjadilah perang yang hanya sebentar dengan hanya satu serangan yang saling ditukar. Mereka tak boleh berhenti. Sebuah kavaleri yang menghentikan pergerakan mereka akan kehilangan kemampuan menyerangnya dan akan menjadi target para pemanah.
Di bagian depan kedua kavaleri, Schera dan Fynn saling berhadapan sembari terus berderap.
“Dewa Maut!! Aku tahu aku seharusnya membunuhmu saat itu!!! Berapa banyak orang yang akan kau bunuh sampai kau puas?!!”
“Sampai aku membunuh kalian semua, aku takkan mati! Aku akan membunuhmu seperti anjing itu!”
“Musuh Carnac, namaku Fynn, Jenderal Singa Fynn!!”
“Oh, betapa hebatnya untuk seekor anjing!! Aku tak peduli pada nama kalian semua!!”
Tombak Fynn dan sabit Schera saling bersilangan. Para prajurit dari kedua kavaleri saling bertubrukan sambil memegang senjata mereka. Banyak penunggang kuda yang terjatuh dari kuda mereka para pertempuran itu.
Banyak penunggang yang gugur, kepala mereka terpisah dari bahu mereka. Helm mereka remuk, dan para prajurit jatuh pingsan dalam penderitaan sambil memegang kepala mereka. Ada orang-orang yang hancur terinjak kuda, dan tak mampu bergerak, hingga napas mereka berhenti.
Selama semua itu, Schera dan Fynn saling mengayunkan senjata mereka, melepaskan serangan-serangan kuat untuk mencoba memenggal kepala musuh mereka. Mereka tak pernah berhenti bergerak, dan kuda-kuda mereka berderap saat mereka saling bertukar banyak, banyak serangan yang penuh kemarahan.
“HAAAAAA!!”
“Matilah!!!”
Darah keluar dari kepalanya, serangan membabi buta Schera terhenti tepat pada waktunya, dan Fynn mengirimkan hujaman tajam. Walaupun ia menggertakkan gigi karena berat serangan Schera sebelumnya, ia entah bagaimana masih bisa duduk dengan kokoh. Jika Schera adalah pahlawan dalam Pasukan Kerajaan, maka Fynn adalah pahlawan Pasukan Pembebasan. Mereka takkan bisa sampai sejauh ini hanya karena keberuntungan.
Mereka bertukar banyak serangan, mereka bertukar setidaknya sepuluh serangan, namun tak ada satu pun yang mampu menimbulkan luka fatal. Kavaleri Schera dan Kavaleri Fynn keduanya tengah menahan napas sambil mengamati dengan penuh perhatian. Kavaleri mereka telah saling bertubrukan, dan biasanya, mereka seharusnya menghentikan pertempuran mereka dan kembali ke kelompok mereka.
Tetapi saat ini, baik Schera maupun Fynn tak terhentikan. Maka, mereka hanya bisa menonton dan memercayai kemenangan pemimpin mereka. Di tengah-tengah medan perang, pertempuran di antara mereka masih berlanjut, sebuah tempat yang aneh terbentuk di mana hanya kedua penunggang kuda itu yang senjatanya saling bertubrukan. Unit Konrad yang datang untuk membantu Schera, dan satu unit Pasukan Pembebasan yang datang untuk mengejar Schera, tak mampu bergerak.
“Hah, hah, Schera! Jika kau memiliki kemampuan sehebat ini, mengapa kau membantu Kerajaan yang membusuk!??” tanya Fynn dengan nada tanpa jejak ketenangannya yang biasa. Jika gadis ini memiliki kemampuan sehebat ini, ia seharusnya pasti akan bisa membuat dirinya terkenal bahkan dalam Pasukan Pembebasan, tak diragukan lagi. Akan sangat bernilai hanya dengan mencoba mengulurkan undangan seperti ini. Setelah benar-benar saling bersilang senjata, Fynn berpikir demikian. Wanita ini, benar-benar kuat.
“Kalian jauh lebih buruk!! Orang-orang yang mencuri makanan terakhirku, adalah kalian!! Aku takkan pernah, takkan pernah memaafkan kalian!!” teriak Schera dalam kemarahan.
“Bergabunglah ke Pasukan Pembebasan! Kau takkan mati sia-sia di sini! Mari gulingkan Kerajaan bersama-sama! Putri Altura, tentu akan membangun sebuah dunia, di mana takkan ada yang menderita!”
“Diam diam diam! Aku akan membuatmu hingga kau takkan bisa menyembutkan omong kosong itu lagi!! Aku akan membunuhmu dan Altura!”
Marah, Schera melepaskan sebuah serangan yang disertai dengan seluruh kekuatannya. Itu adalah serangan yang ia lepaskan dengan matanya yang dipenuhi nafsu membunuh dan giginya yang bergemeretak hingga ke batasannya. Itu adalah ayunan terhebat Schera, yang dipenuhi seluruh energinya yang akan menghancurkan rintangan terkuat tanpa bisa melawan. Sabitnya meraung dalam ketidak puasan.
Tentu saja bahkan Fynn takkan mampu menerima serangan ini, pikirnya, dan ia dengan cepat melemparkan dirinya dari kudanya untuk mengelak.
Kuda Fynn yang terkena sabit itu terbelah menjadi dua, kejang-kejang ketika isi perutnya melayang keluar dari tubuhnya, dan kuda itu mati.
Schera dengan napasnya yang tak teratur mendekati Fynn yang sikap tubuhnya rusak, untuk memberinya serangan terakhir.
“Ini adalah akhirnya. Sesalilah mulutmu itu yang membuat lelucon tentangku. Aku akan memotong setiap tangan dan kakimu.”
“Kuh!”
Setelah melempar tombaknya, Fynn menghunus pedangnya sambil berdiri di atas tanah. Ia takkan mampu menghentikan serangan berikutnya seperti ini. Ia pasti akan terbelah bersama pedangnya. Dan ia akan mati.
Fynn mengeraskan dirinya, ketika,
“Selamatkan Kolonel! Pukul mundur Dewa Maut itu!!”
“Pemanah bersiap!! Tembak!!”
Menerima perintah Ajudan Milla, para pemanah menghujani Schera dengan panah. Beberapa panah yang ditembakkan menancap di baju zirah Schera dan kudanya, menghalanginya sebelum serangan akhirnya bisa mengenai mangsanya. Panah-panah ditembakkan lagi. Ia tak menerima serangan yang fatal, namun Schera tak mampu menyerang.
“—Kalian para sampah menjauhlah dari jalanku!”
“Bunuh si Dewa Maut!! Gunakan apa pun yang diperlukan!! Bunuh dia di sini!!”
“Hujan panah lainnya, tembak!! Tujukan pada kuda benda itu!!”
Schera memutar sabitnya untuk menyingkirkan panah-panah yang menghujaninya. Melihat celah itu, Fynn memperbaiki postur tubuhnya dan berlari ke arah para prajuritnya. Schera mendecakkan lidanya, dan kembali ke samping Katarina dan yang lainnya sambil menjatuhkan panah-panah itu.
Ia seharusnya sudah membunuh pria itu dengan satu serangan lagi. Namun, pria itu beruntung hingga saat, saat terakhir.
Dan keberuntungannya sangat jelek. Itulah faktanya.
“Apa Anda tak terluka, Kolonel? Sialan, untuk mengganggu sebuah pertempuran satu lawan satu!”
Katarina dan yang lainnya telah menahan diri mereka dari ikut campur dalam pertempuran satu lawan satu para komandan karena takut membuat Schera tak senang. Ia menyesali dalam-dalam keputusannya yang salah itu.
“Yah. Ketika aku memikirkan tentang suatu duel, aku menjadi terlalu bernafsu, dan kehilangan diriku di dalamnya. Ini bukan sebuah pertandingan biasa, tetapi ini medan perang. Tak ada yang namanya kepengecutan ataupun kecurangan di sini. Selanjutnya, tak perlu menahan diri. Bunuh mereka semua.”
“Baik, dimengerti!”
Terompet bergema, memanggil mereka untuk kembali. Dari kedua pasukan. Matahari akan segera terbenam. Hari pertama perang mungkin akan berakhir di sini.
“Baiklah, ayo pulang. Aku lapar. Aku bergerak agak terlalu banyak.”
“Semua prajurit mundur! Jangan lengah dengan pertahanan kalian!”
Schera memberi perintah untuk mundur, dan kavalerinya membentuk formasi, mengelilingi komandan mereka, dan mulai bergerak pulang.
.
.
.
Centinni menerjemahkan ini untukmu.
Kami juga membuka donasi via Gojek pay ya guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat satu chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/fbqJYJX
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 27.2 - Aku Takkan Memakan Daging Ini (2)
Donasi pada kami dengan Gojek!
