The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia] - Chapter 26.4
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 26.4 - Manisan Ibu Kota Kerajaan itu Terlalu Enak! (4)
Para prajurit Pasukan Pembebasan tak bodoh. Mereka tak berpikir bahwa mereka bisa hidup harmonis seperti yang dikatakan sang Putri. Tapi walaupun begitu, sangat sulit bagi mereka untuk mewujudkan kebencian dan kemarahan mereka terhadap Kerajaan yang saat ini menyiksa mereka. Cara mereka menyalurkan kemarahan mereka yang mendidih itu hanya ada satu: yaitu Altura dan Pasukan Pembebasan.
Jenderal Behrouz telah menerima sinyal dari Altura, dan dengan raungan yang tak cocok dengan usianya, ia memberi perintah untuk membariskan pasukan.
“KITA AKAN MEMENANGKAN PERANG INI, DAN MENGEMBALIKAN MATA PENCAHARIAN YANG MELIMPAH PADA KERAJAAN! UNTUK ITU, KITA HARUS MEREBUT CANAAN TAK PEDULI APA PUN YANG TERJADI! BERTEMPURLAH HINGGA KALIAN MATI! KEADILAN ADA DI SISI KITA! MULAI BERGERAK!!”
“MULAI BERGERAK! TARGET, PADANG BERTUSBURG!”
Pasukan Pembebasan, yang berjumlah 130.000 orang, bergerak dari Belta untuk mencegat Pasukan Kerajaan yang bergerak maju. Mereka berencana untuk membinasakan pasukan musuh yang mendekat, dan langsung merebut Canaan yang kekurangan penjaga. Jika hal ini berjalan lancar, mereka mungkin bisa mengakhiri perang ini.
Kedua pasukan akan bertemu di Padang Bertusburg yang tersebar di antara Belta dan Canaan. Pasukan besar milik Pasukan Kerajaan dan Pasukan Pembebasan akan bertemu dalam perang ini. Padang itu memiliki jarak pandang yang bagus dan tanah berlereng yang dangkal. Khususnya, ada sebuah dataran tinggi yang dinamai Dataran Tinggi Carnas, dan dataran itu cukup tinggi, dan bisa menjangkau jarak pandang semua arah.
Diener, ahli strategi Pasukan Pembebasan, telah sukses menyebarkan sebuah formasi dengan cepat di dataran tinggi itu. Mereka membangun sebuah perkemahan kilat di sana, dan sebuah divisi yang dipimpin oleh Ghamzeh disebarkan sebagai pertahanan. Ghamzeh juga seorang jenderal yang memiliki hasrat balas dendam. Ia telah meninggalkan tugasnya sebagai seorang staf perwira dan kini memimpin salah satu unit pasukan.
Juga, 2.000 sapi Cologne yang disiapkan oleh Vander dari utara telah diikat kuat, ditutupi, dan ditempatkan di garis belakang pasukan. Sebagian dari mereka dimasukkan ke dalam kereta dengan kanopi yang tertutup.
–Di dalam kereta itu juga ditumpukkan sesuatu.
Di sisi lain, Pasukan Kerajaan juga menyebarkan prajurit-prajurit mereka dan menghadapi pasukan pemberontak dari depan. Menang dalam jumlah, Pasukan Kerajaan kasarnya berencana untuk memanfaatkan momentum dan menekan musuh dengan serangan frontal.
Di saat yang sama, sebuah operasi dijalankan untuk mengambil alih kendali Dataran Tinggi Carnas yang mengancam mereka.
Barbora dan pasukan utama Kerajaan berada di sayap tengah. Sayap kiri mereka adalah divisi Borbon, dan sayap kanan mereka adalah Legiun Yalder yang diletakkan di belakang. Kavaleri Schera dipercayakan peran sebagai penjaga sayap tengah.
Mereka tak diragukan lagi akan menjadi garis terdepan dan akan melihat perang yang tersengit itu. Korban jiwa pada dasarnya akan sangat banyak, namun mereka juga mendapat tugas terhormat untuk memulai perang.
Tugas yang dipercayakan pada Schera adalah untuk memisahkan antara bagian tengah dan sayap kiri musuh. Dengan tinggi menghargai kekuatan Schera, Barbora memberi Schera tugas penting ini dan membuat tak berdaya bantahan Octavio yang percaya diri.
Ditugaskan sebagai pendukungnya adalah Mayor Konrad yang sebelumnya merupakan bagian Pasukan Keempat, yang saat ini telah pulih dari luka-lukanya, dan Octavio, yang menentangnya hingga akhir.
Pasukan utama Barbora dan divisi Borbon akan membuat umpan dan mengunci musuh dari depan, dan tugas utama berada di tangan sayap kanan yang dipimpin oleh Yalder. Menginginkan pengalaman dan keberanian, Barbora telah membuat risiko untuk memilih Yalder yang memiliki hubungan seperti kucing dan anjing dengannya untuk tugas ini. Sekarang karena hasratnya untuk dipromosikan telah terpenuhi, ia bermaksud untuk melakukan apa pun yang ia bisa untuk mendapat kemenangan. Ia juga memiliki alasan untuk memiliki keraguan tentang kemampuan memimpin Octavio yang merupakan orang kepercayaannya dan yang lainnya.
Setelah mereka membagi dan mengisolasi Dataran Tinggi Carnas, sayap kanan Yalder akan memutar, mengincar sisi di mana pertahanan mereka lemah, dan membinasakan mereka, yang akan membawa operasi ini ke tahap akhir. Setelah mendapat kendali atas dataran tinggi, mereka bisa menggunakan momentum itu dan bergerak turun ke markas musuh. Inilah konsep operasi Barbora.
“Yang Mulia Barbora! Mengapa Anda membiarkan Jenderal Yalder mengomandoi sayap kanan yang terpisah! Bukan hanya itu, saya tak percaya Anda memberikan peran untuk memisahkan musuh pada gadis kecil itu! Mohon percayakan peran penting itu pada para jenderal senior dari Pasukan Pertama kita!”
Mengetahui rincian operasi, Octavio berseru pada Barbora hingga memuncratkan air liurnya. Mengapa Yalder dipercayakan sayap kanan yang terpisah yang tampaknya akan mendapatkan penghargaan paling banyak? Di atas semua itu, ia tak bisa menerima bahwa dirinya, yang telah melayani begitu lama, menjadi prajurit garis belakang gadis kecil yang baru saja menjadi Kolonel.
Jika operasi ini berjalan lancar, Schera akan mendapat penghargaan karena dengan sukses telah memecah belah musuh, dan akan dipromosikan menjadi Mayor Jenderal, dengan pangkat yang sama dengan Octavio, walaupun ia terlahir dari rakyat rendahan. Octavio bahkan tak mampu tertawa. Membayangkannya saja membuatnya pusing.
“Octavio. Kita harus memenangkan perang ini tak peduli apa pun yang terjadi. Kolonel Schera memiliki kekuatan yang hampir mengerikan yang terkenal bukan hanya di antara sekutu kita namun juga di antara musuh. Aku telah mempertimbangkan bahwa ialah yang paling cocok dengan peran untuk menerobos dan memecah belah barisan musuh; dan, kau adalah yang paling cocok untuk membantunya.”
Barbora dengan tenang dan bijaksana menerangkan. Octavio tetap membantah, namun Barbora tak mendengarkannya.
“Yang Mulia!!”
“Kau sangat menjengkelkan! Ini sudah kuputuskan! Kita tak bisa mengubahnya sekarang! Kau harus dengan patuh mengikuti perintahku!”
“….S-sesuai keinginan Anda.”
Barbora menghardiknya, dan Octavio dengan tak rela mematuhinya. Biasanya, ia sangat berani, namun dalam saat-saat yang genting, ia memiliki sisi penakutnya sendiri, yang telah Barbora ketahui.
Octavio meninggalkan paviliun, dan membawa ajudannya yang menunggunya di luar untuk kembali ke perkemahan mereka.
Barbora menggosok pelipisnya. Sekarang ia akhirnya menyadari masalah Sharov. Ia mampu memprotes sebanyak yang ia inginkan justru karena ada Sharov yang bisa mendengarkannya. Sekarang karena Barbora telah diberi beban berupa nyawa seluruh Pasukan Pertama, ia tak diperbolehkan memiliki tingkah laku seperti itu.
“…Sialan-“
“Tuan Octavio. Apa Anda tak masalah dengan semua ini?”
Ajudan yang mendengarkan pembicaraan mereka itu bertanya pada Octavio yang wajahnya memerah. “Apa tak masalah mendapat peran sebagai garis belakang gadis kecil itu?”, ia mengingatkan. Promosi Octavio sejalan dengan promosinya.
“Hmph. Perang, adalah sesuatu yang saat dimulai, penilaian dalam lapangan akan jauh lebih diprioritaskan. Para komandan yang bisa menyesuaikan diri mereka dengan situasi itu adalah yang kita butuhkan untuk menjadi jenderal kita. Di samping itu, Kolonel Schera yang bekerja terlalu keras dengan cara yang menyedihkan, yang diberi tanda jasa yang terlalu terburu-buru, adalah situasi lain yang harus kita pertimbangkan. Jika hal itu terjadi, tak ada lagi yang bisa kita lakukan.”
“….Saya mengerti. Tak ada yang bisa dilakukan jika hal itu terjadi. Adalah cerita yang umum di mana seseorang gugur dalam perang, karena terlalu tak sabaran untuk membuat diri mereka terhormat, dan terlalu berhasrat pada promosi.”
Ajudan itu tersenyum lebar.
Octavio melanjutkan, “Faktanya, akan jauh lebih baik jika kita meninggalkan gadis kecil itu, dan ketika musuh kita lengah, kita terobos formasi mereka. Kukuh- jika ia memiliki kekuatan sebesar yang dikatakan oleh rumor, ia mungkin akan selamat. Tentunya kita tak perlu membantunya. Aku akan memenangkan perang ini, dan semua gangguan itu akan menghilang.”
Tak perlu dikatakan lagi bahwa Schera, yang telah dipromosikan dengan kecepatan yang menakutkan, termasuk dalam gangguan yang ia maksud.
Orang yang aneh dan hebat akan selalu dikritik. Ia harus segera menangani tunas berbahaya yang tampaknya akan mengancam posisinya, dan ia akan merusak pucuk tunas itu.
Itulah perselisihan politik yang tanpa ujung yang telah merusak Pasukan Kerajaan ini, namun orang-orang yang terlibat di dalamnya sama sekali tak peduli.
.
.
.
Memimpin kavalerinya dan berdiri di garis depan, Schera mengeluarkan sebuah bungkusan yang telah ia ikatkan di kudanya dan melahap potongan terakhir Pai Yalder.
Campuran berbagai sari buah memancar dalam mulutnya, dan Schera tersenyum bahagia dan tampak berseri-seri. Untuk bisa menikmati rasa berbagai buah hanya dalam satu pai—mungkin Yalder yang memikirkan hal ini adalah seorang jenius.
Kesan Schera tentang Yalder bertambah baik.
Para prajurit yang mengelilinginya menatapnya dengan sayang. Ada sebuah ‘celah’ yang memikat tentang sang Maut yang ditakuti semua orang saat ia memenuhi pipinya dengan manisan seperti seorang gadis desa biasa.
“Kolonel, Anda menyimpan hadiah Yang Mulia Yalder untuk hari ini? Saya pikir Anda telah menghabiskan semuanya. Anda tampaknya sangat terpikat oleh makanan ini,” kata Katarina, dan Schera menggerakkan kepalanya ke atas dan ke bawah sambil mengunyah dengan lambat.
“Hari ini adalah hari yang spesial. Aku bisa membunuh banyak bajingan pemberontak itu sepenuh hatiku. Itulah mengapa, kau tahu, aku berpikir untuk memakan sesuatu yang enak sebelum sebuah pertempuran yang penting.”
Schera telah mempersiapkan makanan yang paling enak sebisanya, dan hal itu adalah Pai Yalder ini.
Jika ia bisa pergi ke Ibu Kota Kerajaan, ia ingin menggunakan semua uang yang ia punya dan pergi berbelanja dengan suka-ria.
Jamuan Yalder, jamuan yang sangat lezat itu, ia berpikir seolah ingin pergi ke Ibu Kota Kerajaan sekarang juga, namun ia menahan dirinya.
Makan memang penting, namun membereskan bajingan-bajingan itu adalah yang terpenting.
“Jadi begitu; saya paham sekarang.”
“Sebenarnya, aku ingin berbagi denganmu, tapi aku sudah memakan semuanya, dan tak ada yang tersisa. Maaf. Jika kita pergi ke Ibu Kota Kerajaan, aku akan membelikanmu semua bagianmu. Nantikan hal itu ya.”
“Tidak perlu! Perasaan peduli Anda sudah cukup untuk saya.”
Katarina menolak dengan sopan. Sejujurnya, ia tak begitu menyukai makanan manis.
“Oh,” kata Schera. Ia menjilati ujung jarinya dan meregangkan tubuhnya.
“…Ajj, anjing-anjing pasukan pemberontak sejauh yang bisa kita lihat ini. tampak seperti kawanan sampah yang menjengkelkan. Berkerumun sebanyak itu. Bukankah kau berpikir begitu juga, Katarina?”
Pasukan pemberontak yang menjengkelkan itu tersebar jauh di depan mereka, dan bendera hijau mereka yang membuatnya jengkel hanya dengan melihatnya itu berkibar di sana.
Sungguh-sungguh tak senang, Schera menyipitkan matanya dan menyeringai. Perasaan bahagia seketika langsung berubah menjadi sesuatu yang gelap.
Ketika Katarina memberikannya sepotong permen keras, ia melemparkannya ke dalam mulutnya tanpa mengatakan apa pun dan menghancurkannya dengan ganas.
Nafsu membunuh itu mulai menyebar dari tubuh kecilnya, dan ekspresinya berubah menjadi sesuatu yang mirip dengan hewan buas.
“…Perintah Anda, Kolonel Schera.”
“Bunuh siapa pun yang bisa kalian raih. Jangan tinggalkan satu bajingan pasukan pemberontak pun. Bunuh mereka semua, entah mereka adalah prajurit sipil atau prajurit muda. Tak ada tapi-tapian, bunuh mereka.”
“Bunuh pasukan pemberontak! Perintah Kolonel absolut, kalian harus melaksanakannya!! Jika kalian mengerti, dengarkan perintah Kolonel!”
Katarina menaikkan suaranya, dan semua anggota kavaleri mengangkat tombak mereka dan berteriak,
“KEMATIAN UNTUK PASUKAN PEMBERONTAK! KEMENANGAN UNTUK KOLONEL!!”
“KEMATIAN UNTUK BAJINGAN PEMBERONTAK! KEMENANGAN UNTUK KAVALERI SCHERA!!”
“KEMENANGAN UNTUK KOLONEL SCHERA!! HORMAT UNTUK KOLONEL SCHERA!!”
Mereka meneriakkan pujian terhadap Schera, bukan kesetiaan pada Kerajaan. Para prajurit yang bukan bagian Kavaleri Schera membatu dan dibanjiri oleh semangat mereka.
Schera tersenyum bersama kavalerinya, kemudian menatap sekawanan mangsa yang terhampar di hadapannya, dan dengan nikmat menjilati bibirnya.
“Baiklah, ayo kita taklukkan!”
Schera dengan mudah memutar sabitnya di atas kepalanya dan mulai berderap dengan sekuat tenaga, mengambil posisi pemimpin. Kavalerinya menaikkan bendera hitam mereka, satu langkah di belakangnya, mengikutinya, menyebabkan sekumpulan awan debu yang sangat tebal.
–Perang Bertusburg, perang untuk memutuskan nasib Pasukan Kerajaan dan Pasukan Pembebasan, telah dimulai.
.
.
.
Centinni menerjemahkan ini untukmu.
Kami juga membuka donasi via Gojek pay ya guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat satu chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/fbqJYJX
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 26.4 - Manisan Ibu Kota Kerajaan itu Terlalu Enak! (4)
Donasi pada kami dengan Gojek!
