The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia] - Chapter 24.3
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 24.3 - Makan Siang Dengan Marsekal Lapangan Tak Biasanya Seribut Ini, Namun Lezat (3)
Kepala staf yang merupakan orang kepercayaan Barbora selama bertahun-tahun, Mayor Jenderal Oktavio, dan orang yang berada di sampingnya, Mayor Jenderal Barbon, berulang kali mengumpati Schera kapanpun sesuatu terjadi, dan bukan hal yang langka bagi mereka untuk diteriaki oleh Yalder yang marah. Barbora berpura-pura seolah hal itu tak ada hubungannya dengan dirinya seperti yang Yalder duga, namun bahkan Barbora menampilkan raut wajah yang mengatakan bahwa ia sudah kenyang dengan umpatan mereka itu.
Manusia yang tak tertarik dengan promosi seperti Mayor Jenderal Larus sejujurnya sangat langka di Kerajaan.
Karena itu, setelah bebas dari pandangan rekannya yang busuk itu, Schera sangat senang, dan di tengah siang yang cerah itu, ia dengan santai bergerak dengan kudanya sambil bersenandung.
“Kolonel, satu kelompok kavaleri dan kereta kuda datang dari depan. Bendera mereka adalah milik Pasukan Pertama.”
“Baik, semua anggota bentuk barisan! Kita akan menyambut Yang Mulia, Marsekal Lapangan Sharov!! Jangan sampai kalian tak sopan!!”
“Baik!”
Atas perintah Schera, para prajurit kavaleri terbagi menjadi dua barisan dan siap menyambut barisan prajurit Marsekal Lapangan. Schera berada di tengah-tengah mereka dan menyambut arak-arakan itu dari depan.
Para penunggang yang berderap di depan kelompok itu berkata dengan suara keras, “Bendera hitam dengan emblem gagak putih, kuduga Kolonel Schera yang pemberani dan berwibawa! Kami kavaleri Pasukan Pertama yang ditugaskan pada Canaan! Mohon ambil alih tugas untuk mengawal Yang Mulia Marsekal Lapangan Sharov!”
“Dimengerti! Aku bersumpah atas emblem ini bahwa kami takkan membawa Marsekal Lapangan ke Ibu Kota Kerajaan.”
Schera memberi salam, dengan sabar membuat usaha agar tampak bermartabat sebisa mungkin. Staf Perwira Sidamo benar-benar telah mengkritiknya dengan marah sebelumnya. “Sebagai seorang komandan, kau harus bersikap seperti atasan,” katanya. Ia benar-benar tak tahu bagaimana mengenakan udara4, namun akan lebih baik jika ia tampak seperti komandan, tepatnya.
Note: Sidamo mengatakan: put on airs : yang merupakan phrasal verbs, artinya bersikap seperti atasan atau have a manner of superiority. Schera di sini salah paham karena : Put on artinya bisa memakai juga.
“Pastikan kalian melakukannya! Kami harus segera kembali untuk mempertahankan Canaan! Baiklah, kami undur diri!”
Setelah melaporkan hal yang dibutuhkan, ia membalikkan kudanya, dan unit kavaleri itu mulai bergerak menjauh. Inti tugas itu sangatlah mudah: kawal Marsekal Lapangan Sharov, yang wewenang militernya telah dicabut, menuju Ibu Kota Kerajaan. Alasan mengapa dibutuhkan satu bulan hingga pengawalan ini karena sebagai tugas terakhirnya, Sharov memutuskan untuk meredam kerusuhan di Canaan. Ada kemungkinan bahwa para prajurit yang telah bersumpah setia pada Sharov akan kehilangan kendali dan membuat keributan, jadi mereka tak bisa segera menarik mundur Sharov. Kemungkinannya sangat besar bahwa Mayor Jenderal Larus dan orang lain akan secara publik menyatakan bahwa mereka akan mengikuti Sharov jika ia memberontak. Berpikir bahwa ia harus menghentikan mereka, Sharov secara pribadi telah membujuk mereka, dan entah bagaimana sukses membuat mereka mengerti.
Karena Sharov, yang sangat setia pada Kerajaan, telah membujuk para prajurit yang marah, semua jabatan dan pangkatnya dicabut, dan tampaknya ia akan dieksekusi setelah semua itu.
Tak memahami logika dunia ini, Schera memiringkan kepalanya. Katarina telah menjelaskan padanya, namun seperti yang ia duga, ia tak mengerti. Jika mereka akan membinasakan para pasukan pemberontak, menurutnya akan lebih efisien jika mereka mempertahankan Sharov; namun, ia tak tertarik dengan masalah ini, jadi ia tak menentangnya, yang merupakan hal yang menyusahkan baginya. Ia tak bisa menahannya, karena ia selalu merasa lapar ketika ia memikirkan sesuatu yang tak ia pedulikan. Makan, tidur, dan bertempur. Ia tak tertarik dengan hal lainnya.
Dari kereta itu keluar Sharov dengan kedua tangannya yang ditahan oleh para pengawal, dan ia memberi hormat dengan gerakan lambat.
“Kerja bagus karena telah melaksanakan tugasmu. Ini akan menjadi cerita yang bagus, karena diantar oleh Kolonel Schera yang gagah berani dan terkenal.”
“Ini sebuah kehormatan! Schera yang tak penting ini mendapat hak untuk mengabdikan tubuh dan jiwanya untuk mengawal Yang Mulia ke Ibu Kota Kerajaan Blanca!”
Schera dengan cepat turun dari kudanya, meluruskan punggungnya, dan memberi hormat. Karena ia tak terbiasa dengan postur itu, bahunya kaku. Perutnya juga kosong.
Kebetulan, kata ‘tak penting’ adalah sesuatu yang ia dengan bagus untuk dibubuhkan di depan nama sesseorang ketika berbicara dengan orang yang berkedudukan tinggi. Jika ia melakukannya, ia sedang memakai ‘udara’. Itulah salah satu kata yang diajarkan oleh Staf Perwira Sidamo padanya. Ia juga diberi tahu agar tak menggunakannya terlalu sering.
“Hahahaha-, mungkin tak ada perwira lain yang lebih tak cocok dengan kalimat penuh hormat itu selain kau. Itu benar-benar tak cocok. Sangat mengecewekan tak ada kesempatan agar kita bisa bertempur bersama. Bahkan diriku ingin melihat dengan mataku sendiri, kekuatan yang pantas mendapat julukan ‘Dewa Maut’.”
“Tuan, perwira yang rendah ini juga berpikir bahwa hal itu sangat mengecewakan!”
“Baiklah, aku bergantung padamu dalam perjalanan ini, Kolonel Schera.”
“Dimengerti!”
Sambil menggosok janggutnya, Sharov tersenyum lembut. Schera mempertimbangkan untuk menghadiahkan sayuran yang ada di kantong pinggangnya, dan kudanya dengan rakus menatapnya, jadi ia memasukkan sayuran itu ke mulutnya.
Dalam perjalanan menuju Ibu Kota Kerajaan.
Sebuah kelompok muncul, membawa putri bungsu keluarga Bazarov, namun tak ada masalah lain, dan tugas pengawalan itu terus berjalan.
Karena Schera telah memutuskan agar semua orang beristirahat makan, ia memberi Sharov kesempatan untuk berbicara dengan cucu perempuannya itu. Ada beberapa yang berpikir bahwa ada sesuatu yang berada di luar niat baik Schera, namun ia sebenarnya hanya lapar.
“…Anna… jangan gegabah. Jika Kolonel sedang ‘bertugas’, kau mungkin sudah kehilangan kepalamu. Menyedihkan, betapa kecilnya belas kasihan itu.”
“Kakek, Tuan Sharov. Ayo kabur bersama kami. Jika Anda pergi ke Ibu Kota Kerajaan sekarang, Anda akan terbunuh. Orang-orang itu tak berniat mendengarkan Anda. Mereka berniat untuk mengeksekusi Anda tanpa hak untuk naik ke pengadilan. Bahkan ayah, bahkan ibu, semua orang dibawa ke sana!”
Cucu Sharov, Anna Bazarov, menaikkan volume suaranya.
Schera bertindak seolah ia tak mendengarnya, dan mulai memakan makan siangnya dengan rakus. Hanya ketika ia sedang makan barulah perhatiannya takkan teralihkan. Para prajurit kavaleri lainnya juga mulai makan dengan asyik, membuat keriuhan.
“Diriku sendiri tak melakukan hal buruk apa pun, jadi mengapa aku harus kabur? Orang yang kabur pada dasarnya akan dianggap sebagai seseorang yang merasa bersalah. Bahkan di sana, untuk diriku, seorang Marsekal Lapangan, melakuakn sesuatu yang merupakan tindakan pengecut seperti itu takkan bisa kuterima. Aku harus bertemu langsung dengan Yang Mulia dan membuktikan ketidak bersalahanku.”
“Tapi!”
“Dengarkan baik-baik, Anna. Lanjutkan rencanamu, dan pergilah ke Republik Serikat. Rinciannya tertulis di surat ini. Ada banyak temanku di sana. Mereka pasti akan memperlakukanmu dengan baik.”
“Jika Tuan Kakek tak pergi, maka saya juga akan pergi ke Ibu Kota Kerajaan!”
“Kau tak boleh ikut serta dalam keegoisan pria tua ini. Aku ingin melakukan hal yang sama untuk yang lainnya dengan segenap kemampuanku, tapi… aku takut semua keluargaku sudah ditangkap.”
“Mengapa, kenapa Tuan Kakek, yang bekerja dengan segenap jiwa Anda diperlakukan seperti kriminal?”
Anna menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Air mata menetes dari kedua tangannya.
“Di dunia ini, ada banyak hal yang tak memiliki penjelasan yang jelas. Bahkan diriku, yang sekarang sudah setua ini, masih belajar. … walaupun harga yang kubayar agak tinggi…”
Sharov mengembuskan napas dalma-dalam dengan ekspresi lelah.
“Tapi! Itu menggelikan! Saya tak bisa menerimanya!”
“Pembicaraan ini sudah selesai, Anna. Kau tak bisa menganggap kebaikan Kolonel akan berlangsung selamanya. Hiduplah dengan sehat. Kami selalu mendoakan kebahagiaanmu.”
Sharov mengirimkan sinyal dengan matanya, dan para prajurit yang datang bersama Anna mencengkeram kedua tangan Anna kuat-kuat dan menariknya pergi.
Mereka adalah prajurit yang bersumpah setia pada keluarga Bazarov, dan mereka lebih patuh daripada siapa pun. Mereka akan bekerja pada keluarga Bazarov hingga akhir. Sangat memalukan, ia tak bisa memberi mereka penghargaan atas kesetiaan mereka, pikir Sharov.
Ada sedikit perlawanan dari Anna, namun ia menyerah tak lama kemudian, dan mulai menangis dengan suara tertahan. Apa yang akan terjadi padanya mulai sekarang, Schera tidak berada dalam posisi untuk tahu. Mungkin ia akan tertangkap di jalan dan mati. Mungkin ia akan sampai dengan selamat di Republik Setikat. Atau mungkin, ia akan mengajukan diri pada Pasukan Pembebasan, namun itu takkan berlangsung lama hingga ia terbunuh di tangan Schera.
Schera melemparkan potongan terakhir dagingnya ke mulutnya, membersihkan lemak di mulutnya, dan mendesah puas.
Sharov meminta maaf pada Schera.
“Maaf, Colonel. Untuk keluargaku yang merusak pemandangan—“
“Perwira rendahan ini hanya menikmati makanannya, dan tak mengetahui apa pun. Jika Marsekal Lapangan sudah siap, mungkin Anda ingin segera berangkat?”
“…mmm, aku serahkan padamu.”
“Kavaleri Schera akan berangkat! Mulai bergerak!! Tujuan, Ibu Kota Kerajaan Blanca!”
“Mulai bergerak! Kibarkan bendera!”
Schera mulai memacu kudanya dengan sabitnya yang disangganya di bahu. Sambil membawa seorang pendosa yang telah difitnah, arak-arakan sang Maut dengan sungguh-sungguh bergerak menuju Ibu Kota Kerajaan.
Setelah tiba di Ibu Kota Kerajaan, Schera segera diperintahkan untuk menuju Canaan, dan berangkat tanpa waktu istirahat. Schera, yang menanti perjamuan Ibu Kota Kerajaan, menurut dengan ekspresi masam, setelah berdecak. Tampaknya ia tak pernah beruntung saat berada di Ibu Kota Kerajaan, dan ia ia terus menerus mendesah.
Ketika mereka akan berpisah, Sharov menggenggam tangan Schera dan berkata, “Aku serahkan Kerajaan padamu,” dengan suara kecil, namun penuh kekuatan. Ketika Schera mengangguk ringan, Sharov mengangguk berulang kali, tubuhnya bergetar karena penyesalan. Pada akhirnya, ia dengan paksa dibawa oleh para prajurit Ibu Kota Kerajaan yang telah lelah menunggu.
Schera hanya menatapnya, tak berekspresi. Ia tak mempunyai perasaan apa pun terhadap Sharov.
Tak lama kemudian, ia mengambil sepotong sayuran dari tasnya, memasukkannya ke dalam mulutnya, dan berjalan untuk bergabung dengan para rekannya.
Seluruh pangkat, jabatan, dan teritori Sharov dicabut, dan di atas semua itu, ia dituduh atas kejahatan berupa pemberontakan berencana, dan dipenjara. Ia tak diberikan kesempatan sedikit pun untuk membela diri oleh Kerajaan.
Setelah satu mingu, Sharov meninggal dalam penjara. Ia secara pribadi telah memilih cara kematian yang tak cocok untuk seorang pria militer, dikatakan demikian, namun terdapat juga gosip di antara orang-orang Kerajaan bahwa ia diracuni oleh Farzam. Ada lebih banyak orang yang mempercayai alasan kedua yang menunjukkan betapa rendahnya popularitas Perdana Menteri Farzam.
Pernah disebut sebagai simbol Keluarga Kerajaan Yuze, garis keturunan Bazarov dibinasakan. Untuk semua anggota keluarganya, para tetua diperikan hukuman mati, dan para pemuda dan wanita diberikan status orang biasa, dan pemberontakan sementara telah dibereskan.
Namun, kudeta berencana ini berakhir dengan tertanamnya kecurigaan di antara para perwira militer terhadap Kerajaan dan Perdana Menteri, dan jurang di antara mereka melebar setiap harinya. Juga, dikatakan ironis karena para pemberontak di dalam Kerajaan yang dahulu ditekan oleh ketenaran militer Sharov kini mulai bergerak lagi.
.
.
.
Centinni menerjemahkan ini untukmu.
Kami juga membuka donasi via Gojek pay ya guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat satu chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/fbqJYJX
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 24.3 - Makan Siang Dengan Marsekal Lapangan Tak Biasanya Seribut Ini, Namun Lezat (3)
Donasi pada kami dengan Gojek!
