The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia] - Chapter 24.2
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 24.2 - Makan Siang Dengan Marsekal Lapangan Tak Biasanya Seribut Ini, Namun Lezat (2)
Akibatnya akan sangat krusial. Kekaisaran tak diragukan lagi akan ikut campur dengan kekuatan politik yang baru. Itulah tujuan Kaisar Alf. Untuk Diener, ia harus meminimalkan campur tangan Kekaisaran.
Untuk memulainya, Kekaisaran yang membuat kesalahan kali ini adalah sebuah kejadian di luar dugaannya. Ia memang tak bisa menerima bahwa Kerajaan telah kembali, namun kekuasaan Kekaisaran yang sementara ini dikekang merupakan berkah tersembunyi. Di atas semua itu, tertangkapnya pangeran mahkota itu sendiri merupakan sesuatu yang tak terduga.
Hal itu sama dengan memiliki kartu terkuat dalam negosiasi dengan Kekaisaran. Pasukan Kekaisaran takkan bisa bergerak karena hal ini.
Di saat yang sama, kemenangan Kerajaan mengundang kegelisahan di antara para penguasa feodal yang saat ini ditahan, yang membuat rencana aktif Diener menjadi bergolak. Para penguasa feodal tak menyangka Kerajaan akan bertahan seperti ini, namun juga sulit dipercaya bahwa Pasukan Pembebasan akan meraih kemenangan tanpa masalah. Mereka sekali lagi masuk ke dalam cangkang kura-kura mereka, berpikir hal yang terbaik untuk dilakukan adalah menunggu dan melihat.
Di zona penyangga2 di tenggara Republik adalah Pasukan Kerajaan, Pasukan Pembebasan, dan Republik yang saling berhadapan, dan mereka telah sampai pada jalan buntu di mana tak ada satu pun yang bisa bergerak.
Untuk sekarang, satu-satunya hal yang akan Pasukan Pembebasan lanjutkan adalah menghancurkan pasukan utama milik Pasukan Kerajaan, merebut Canaan, dan menerobos Ibu Kota Kerajaan. Itu satu-satunya pilihan yang tersisa.
Jika perang ini berlangsung seperti keinginan mereka, semua orang yang tengah menunggu-dan-melihat itu akan masuk ke bawah payung Pasukan Pembebasan.
Kunci dalam Perang Pembebasan ini adalah perang berikutnya. Sepertinya, perang ini akan terjadi di antara Canaan dan Belta, sebuah pertempuran yang akan memutuskan segalanya.
“…Vander. perang berikutnya, adalah perang di mana kita tak boleh kalah. Jalanilah dengan semua yang kau miliki, dengan tekad yang ada dalam pikiranmu. Kesuksesan yang kau raih pasti akan dihargai.”
Diener sedang menyuap kemampuan Vander. Dienerlah penyebab dipecatnya Marsekal Lapangan Sharov, dan ialah yang telah merencanakan usaha kudeta itu. Jelas, semua itu hanya tipu muslihat; Sharov tak berniat untuk memberontak. Mereka telah menyebarkan perpecahan melalui Perdana Menteri Farzam, dan dengan paksa mengubah asap menjadi api yang menyala hebat.
“—Baik, saya mengetahui tugas saya!”
“Aku akan bergerak menuju Belta dari sini dan memulai persiapan sebelum perang. Kau ambil dana dan sediakan sapi-sapi Cologne3 seperti yang sudah diatur sebelumnya. Mereka akan menjadi kartu truf kita di perang berikutnya. Kumpulkan sebanyak yang kau bisa. Paling sedikit 1.000. tak perlu pedulikan kualitas mereka.”
“Dimengerti… tapi, bagaimana Anda akan menggunakan sapi yang dipelihara untuk daging mereka itu?”
“Aku akan mentraktir para prajurit dengan daging sapi berkualitas tinggi. Tinggalkan itu sekarang. Segera, kau akan mengerti,” jawab Diener, sudut bibirnya naik, dan ia mulai berderap dengan kudanya. Para pengawalnya juga, dengan sedikit keterlambatan, dengan tergesa-gesa mengikutinya.
Sapi Cologne adalah sapi besar yang memiliki tanduk yang tajam dan hanya tinggal di Benua Timur. Sekilas hewan itu tampak seperti hewan buas yang patuh, namun ketika hewan itu merasakan bahaya, hewan itu memiliki watak yang berbahaya di mana ia akan terus mengejar musuhnya tak peduli ke mana musuhnya pergi.
Rasa dagingnya sangat lezat, dan dengan kesulitannya untuk ditangkap, hewan itu dijual dengan harga tinggi di pasar. Para pemburu akan keluar dan memburu sapi-sapi Cologne, namun ada beberapa kejadian yang sering terjadi ketika situasi berbalik dan mereka terbunuh.
Setelah dipromosikan menjadi Kolonel dan ditunjuk untuk sebuah tugas khusus, Schera bergerak dengan santai, sambil membawa seratus penunggang kuda—sambil mengisap sepotong wortel yang panjang dan tipis di mulutnya. Ada saat di mana ia akan melempar salah satunya ke depan kudanya, memberinya sesuatu alih-alih memberinya makanan. Saat ini, ada lebih dari cukup potongan sayuran yang dijejalkan ke dalam kantong di pinggangnya. Memberi beberapa potong takkan menjadi masalah.
“Kolonel, tampaknya Anda sedang senang.”
“Mmnnn, karena aku mendapat sekantung sayuran ini sebelum kita pergi. Sebagai ucapan selamat karena dipromosikan menjadi Kolonel. Aku senang aku dipromosikan.”
Beberapa anak mendatangi sang pahlawan, Schera, dan menanyainya ia menginginkan hadiah apa. Karena itu karena ia menjawab apa pun tak masalah selama ia bisa memakannya, ia mendapat sekantung sayuran ini keesokan harinya. Schera menerimanya, lebih senang daripada saat ia mendapat beberapa medali atau sebuah surat penghargaan dengan bahasa yang sangat cerewet.
“Baik untuk Anda. Izinkan kami mendapat hak khusus untuk memberi Anda selamat setelah ini.”
“Jangan terlalu memaksakan diri kalian. Selain itu, apa kalian mau juga?”
“Terima kasih banyak, saya menerimanya dengan penuh syukur!”
Schera melemparkannya sepotong sayuran hijau, dan penunggang kuda itu menerimanya dengan tak sabaran, tampak sangat gembira. Schera mulai mengunyah potongan yang lain, sambil berpikir bahwa pria itu mirip seperti anjing terlatih.
Tak sengaja, Katarina, yang telah dipromosikan menjadi Letnan Satu, sekarang berada jauh darinya karena tugas mereka yang berbeda. Katarinya bertanggung jawab untuk melatih prajurit-prajurit yang baru ditugaskan yang akan menggantikan para penunggang yang gugur dalam perang. Kavaleri Schera telah diberikan 3.000 penunggang baru. Yalder telah besar mulut dan berkata jika mereka memberi Schera 10.000 pasukan kavaleri, kepala para pemimpin pasukan pemberontak pasti akan menjadi milik mereka, namun ada juga beberapa keraguan yang ada tentang kemampuan memimpin Schera, walaupun kekuatan individualnya diakui, ia tak diberi izin untuk mengalami kenaikan lagi. Mereka tak ingin memberi Schera, yang tempat kelahirannya masih diragukan, tanggung jawab lebih. Pendapat Perdana Menteri Farzam juga memainkan peranan yang besar dalam hal ini.
Yalder telah dikembalikan ke jabatan Jenderalnya, namun di saat yang sama, Barbora juga dipromosikan dari Letnan Jenderal menjadi Jenderal.
Karena wewenang Barbora lebih besar karena ia adalah orang yang mengomandoi pertahanan Canaan, Yalder tak bisa memaksakan pendapatnya.
Kedua orang itu terkenal karena selalu seperti kucing dan anjing, namun kaena hasrat untuk mendapat promosinya telah dipuaskan, Barbora kurang lebih telah mendapatkan kembali akalnya, bahkan ketika ia berhadapan dengan Yalder, ia tak menunjukkan permusuhan seperti sebelumnya. Yalder juga telah selamat dari cobaan yang berat dan tampaknya sudah menjadi lebih dewasa, kini mendapat sifat bagus berupa pengendalian diri dan kesabaran.
Dikatakan bahwa, itu hanya cerita tentang kedua Jenderal itu. Kritik dan tekanna ditujukan pada Schera, orang termuda yang pernah menjadi Kolonel dalam sejarah Kerajaan, yang sangat kuat, dan ia kini dihujani banyak pandangan, yang jahat dan disertai dengan rasa cemburu, iri, ketakutan, dan kebencian.
Rasa keirian itu paling kuat berasal dari para Mayor Jenderal, kali berikutnya Schera dipromosikan mereka akan berada dalam pangkat yang sama. Ketakutan akan disusul dan dilampaui oleh seseorang yang merupakan keturunan orang biasa membuat mereka sangat gelisah. Bagi emreka, jika posisi mereka digantikan oleh jenis manusia yang mereka pandang rendah adalah sesuatu yang tak bisa mereka tahan.
.
.
.
Centinni menerjemahkan ini untukmu.
Kami juga membuka donasi via Gojek pay ya guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat satu chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/fbqJYJX
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 24.2 - Makan Siang Dengan Marsekal Lapangan Tak Biasanya Seribut Ini, Namun Lezat (2)
Donasi pada kami dengan Gojek!
