The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia] - Chapter 20.1
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 20.1 - Bunga-Bunga dalam Lukisan Tak Bisa Dimakan, Namun Tampak Lezat (1)
Bendera-bendera pasukan Kerajaan dinaikkan di sepanjang jalan utama yang menghadap Canaan. Di dataran tinggi di kiri dan kanannya dibangun tempat perkemahan instan, dan jika Pasukan Pembebasan akan menyerang mereka seperti ini, mereka akan mengalami kerugian yang parah.
Sambil menatap perkemahan mereka melalui sebuah teropong, Ghamzeh yang berada di markas lapangan mengangguk-semuanya berjalan sesuai rencana. Diatur menjadi tiga divisi, Pasukan Pembebasan mengatur satu baris penombak di barusan depan, kemudian pemanah, dan di belakang mereka barulah barisan kavaleri. Tugas kavaleri adalah mengepung dan menyerang dari samping, tapi dalam operasi ini, mereka tampaknya takkan digunakan. Untuk sepenuhnya, fungsi utama mereka kini hanya untuk menarik perhatian pasukan utama musuh.
“Aku tahu; Canaan akan menjadi berat. Tempat itu hampir seperti bentang alami. Mungkin dibutuhkan sejumlah besar prajurit dalam satu serangan agar bisa menjatuhkan mereka.”
Jenderal yang saat ini mengambil komando berkata pada Ghamzeh. Ia adalah seorang pria yang berasal dari faksi Belta dan merupakan teman lama Ghamzeh. Ia sangat populer dan memiliki kepemimpinan yang bagus. Apa yang tidak ia miliki saat ia masih mengabdi pada Kerajaan adalah keberuntungan dan koneksi dengan kaum bangsawan. Hanya karena itu, jalur menuju promosinya tertutup, dan ia dikirim untuk melakukan pekerjaan yang tak berguna.
“Itu benar. Tapi dalam keadaan seperti ini, jalur suplai musuh juga pasti akan mengalami kesulitan. Dengan kata lain, selama kita menekan jalur utama ini, mereka akan sama seperti tikus dalam kantong. Tak lama lagi, mereka akan tercekik dan mati dengan menderita. Karena hampir tak mungkin mereka bisa memperoleh suplai dari dalam benteng.”
Jika unit yang dipimpin oleh Kolonel Hasti berhasil merebut Cyrus, mereka akan menjangkaukan tangan mereka pada kantong yang bernama Canaan itu. Mereka memang mengambil risiko, namun walaupun begitu, ini operasi yang pantas dicoba. Karena alasan itulah Diener juga tak menentangnya dengan keras.
“Jika serangan kejutan kali ini berjalan mulus, jalan menuju Ibu Kota Kerajaan akan segera terbuka. Jika itu terjadi, posisi Tuan Ghamzeh di dalam Pasukan Pembebasan juga akan menjadi tak tergoyahkan. Anda juga pasti akan bisa bekerja untuk Tuan Altura lebih dan lebih lagi.”
“Haha, tidak-tidak. Itu tak penting bagiku. Aku bertempur hanya demi kemenangan Pasukan Pembebasan,” kata Ghamzeh dengan rendah hati, sambil menujukkan senyum palsunya. Belakangan ini, kedua faksi saling bersitegang. Untuk memenangkan kepercayaan Altura, ia ingin sukses kali ini, tak peduli apa pun yang harus dikorbankannya.
“Tapi, jika kita hanya saling berhadapan seperti ini, mereka mungkin akan curiga bahwa kita menyembunyikan sesuatu. Menurut saya inilah waktunya untuk mengirimkan kavaleri dan menantang mereka.”
Jenderal itu menasihati agar ia mengirimkan kavalerinya. Bukan ide yang buruk jika ia mengecek situasi dan menghujani mereka dengan serangan.
“Kau tidak boleh mengejar mereka terlalu jauh, dan jika serangan datang, kau kuperintahkan dengan keras agar langsung menarik mundur pasukan. Jika kita bisa membuat musuh menangkap umpannya, itu akan bagus. Ayo serang mereka dengan keras.”
“Baik, kirim seorang pembawa pesan ke unit kavaleri.”
Ketika Ghamzeh menyetujuinya, Jenderal itu mengirimkan perintah pada kavaleri untuk meluncurkan serangan pengalihan. Pembawa pesan itu mengangguk, dan berangkat dari markas. Hampir seolah mereka bertukar tempat, pembawa pesan yang lain melaporkan:
“Tuan Ghamzeh. Pesan dari mata-mata yang tersembunyi di kamp musuh. Jenderal Yalder telah dituduh melanggar peraturan militer, didemosi, dan dikirim kembali ke Ibu Kota Kerajaan. Ia memimpin prajurit-prajurit yang kalah dari Antigua dan Belta.”
“Jadi Jenderal Yalder juga sedang kesulitan, huh. Ketenarannya yang ia miliki mulai hancur, ya kan? Terdengar seperti kebohongan bahwa ia pernah dikenal karena Divisi Bajanya. Aku harap aku takkan berakhir sepertinya.”
“Mengenai hal itu, itu sangat berguna bagi kita. Terima kasih karena kecerobohannya, kita bisa merebut Antigua.”
Salah satu Jenderal berbisik seolah bersimpati, dan Jenderal lainnya membuatnya menjadi lelucon.
“…Fumu.”
Setelah membaca laporan itu, Ghamzeh menyilangkan lengannya. Yang saat ini bertanggung jawab atas pertahanan Canaan adalah Marsekal Lapangan Sharov. Ia dikenal dan tenar karena kebijaksanaannya dan kepemimpinannya yang hebat. Akankah pria sepertinya benar-benar memutuskan untuk membagi pasukannya yang berharga sebelum sebuah perang bertahan dimulai? Pertanda buruk muncul dalam pikirannya. Haruskah ia melanjutkan operasi ini? Tetapi, ia memiliki terlalu sedikit alasan untuk berhenti. Ia menilai bahwa ia terlalu takut.
“Ada masalah apa, Staf Perwira Ghamzeh?”
“…Ti-tidak ada. Aku hanya memikirkan sesuatu.”
“Hahaha, bahkan jika Anda khawatir, tapi ini adalah Kolonel Hastie, ia pasti akan menyelesaikan misinya. Kalau tentang pertempuran di atas bukit dan tanah lapang, ialah yang terhebat di Pasukan Pembebasan. Bahkan Kolonel Fynn tak bisa mengalahkannya.”
“Itu benar. Tak peduli apa pun risikonya, ia harus merebut Benteng Cyrus. Untuk kemenangan Pasukan Pembebasan. Dan juga demi para rakyat yang tertindas.”
Ghamzeh mengangguk kuat, seolah ia ingin menyingkirkan keraguan yang ada dalam kepalanya. Ia bisa memerintahkan agar operasi ini berhenti di sini. Tapi, waktu, orang, dan dana yang diinvestasikan ke dalam operasi ini akan sia-sia. Mereka juga harus meanrik mundur pasukan besar yang tersebar di depan mereka jika ia menghentikan operasi ini. Jika ketakutannya hanyalah ketakutan tak berdasar, ia akan melepaskan kemenangan yang berada tepat di depannya. Menghentikan operasi yang telah dimulai jauh lebih sulit daripada memulainya.
(Semuanya akan baik-baik saja. Semuanya tentu akan berjalan lancar. Aku tak bisa mengehentikannya setelah semua ini. Bukankah akan sesuai dengan dugaan Diener jika aku mengehentikannya? Aku akan tunjukkan padanya; bahwa aku akan benar-benar sukses.)
.
.
.
Centinni menerjemahkan ini untukmu.
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/fbqJYJX
Kami juga membuka donasi via Gojek pay guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat satu chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 20.1 - Bunga-Bunga dalam Lukisan Tak Bisa Dimakan, Namun Tampak Lezat (1)
Donasi pada kami dengan Gojek!
