The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia] - Chapter 18.3
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 18.3 - Jamuan Ibu Kota Kerajaan Pasti Sangat Lezat (3)
Keesokan harinya.
Unit utama Pasukan Pertama yang dipimpin oleh Marsekal Lapangan Sharov mengambil tugas baru mereka di Benteng Roshanak. Sharov dengan segera memanggil para jenderal dan membuat sebuah dewan perang. Ia telah mengirimkan beberapa orang yang datang bersamanya sebagai pengintai dan mendapat gambaran secara garis besar. Kehilangan Belta adalah kemunduran yang serius, namun ia takkan menangisi susu yang sudah tertumpah. Sekarang, mereka harus melindungi Canaan hingga titik darah penghabisan dan mencegah invasi Ibu Kota Kerajaan.
“… Kita telah kehilangan daerah Belta, tapi kita tetap tidak boleh membiarkan Ibu Kota Kerajaan dikuasai musuh. Aku dengar Pasukan Kelima di barat laut kini tengah berperang sengit dengan musuh, Kekaisaran. Jika mereka terus seperti ini, mereka mungkin takkan jatuh sebelum musim dingin. Segera setelah musim dingin tiba, yang akan hancur adalah Kekaisaran.”
Pasukan Kekaisaran sedang kesulitan di area benteng barat laut. Yang tak disangka-sangka, prajurit Kerajaan di sana mempertahankan prinsip mereka. Jika Pasukan Kelima menghadapi Pasukan Pembebasan, mungkin daerah barat laut akan jatuh dengan mudah. Namun, bagi penduduk di daerah barat laut, Pasukan Kekaisaran adalah musuh utama mereka. Ada kebencian yang telah lama dipendam mengenai yang membunuh dan terbunuh. Setelah semua itu, kompromi adalah hal yang tak bisa dibayangkan akan terjadi. Para penduduk mengambil inisiatif sendiri, dan bangkit untuk melawan prajurit Kekaisaran. Sebusuk apa pun Kerajaan, mereka lebih memilihnya daripada harus menyerah pada Kekaisaran, itulah pikiran mereka. Jika mereka ditempatkan di bawah kendali Kekaisaran, jelas mereka akan mengalami penindasan yang tak kenal ampun. Tua, muda, pria, dan wanita—semuanya menyadari jam-jam suram ini, dan mereka semua mengangkat pedang mereka dan bangkit.
Mereka menemui pasukan utama Kekaisaran di benteng, dan mengacaukan jalur suplai musuh dengan berunit-unit pasukan yang bersembunyi di mana-mana. Pasukan Kekaisaran, yang memiliki satu unit prajurit Kerajaan yang mengenali tempat itu sebagai penasihat mereka, kini mulai kalah. Mengulangi penjarahan di tempat dan waktu yang tak terduga, para penduduk dengan sukarela memberikan pertolongan mereka. Siapa yang merupakan pihak militer dan siapa yang merupakan penduduk sipil kini tak lagi bisa dibedakan. Jika mereka dikalahkan, pemerintah akan merasa lebih sulit.
Selain itu, musim dingin akan segera tiba. Suplai akan menjadi suatu masalah, dan pergerakan tidak akan berjalan dengan lancar. Rencana melakukan serangan kilat ke daerah benteng dan menargetkan Ibu Kota Kerajaan kini terhenti. Namun demi kehormatan mereka, mereka tak boleh mundur. Menarik mundur pasukan hanya akan membuat tindakan mereka menjadi sebuah perang yang sia-sia.
Memulai perang saat musim gugur adalah akibat dari semua masalah Kekaisaran. Mereka telah meremehkan daerah itu, karena berpikir bahwa jika mereka memamerkan kekuatan militer mereka, daerah itu akan segera menyerah.
“Kami telah memperoleh informasi dari intel kami bahwa musuh tengah menggerakkan prajurit mereka untuk merebut Canaan. Jadi kita bisa berhadapan dengan mereka kapan saja, karena itulah kita harus mempersiapkan semuanya.”
“Tidak, daripada itu, bagaimana jika kita meluncurkan serangan ke Belta? Jika musuh terlena oleh kemenangan mereka dan menujukkan celah?” usul Letnan Jenderal Barbora, namun Sharov menolaknya.
“Lupakan omong kosong itu. Jika kita mengalami kekalahan lagi, kita akan mempengaruhi hidup dan mati Kerajaan. Kita harus berhati-hati dalam menggerakkan pasukan. Tahan dirimu dari mengatakan hal-hal yang gegabah dan kendalikan dirimu.”
“B-baik! Saya mohon maaf!”
Setelah memelototi Barbora, Sharov mengalihkan pandangannya pada Yalder, meragukan tugasnya melindungi Roshanak.
“Yang Mulia Marsekal Lapangan, saya, Yalder, telah melakukan kesalahan besar di Antigua, dan sekarang tak memiliki reputasi maupun kehormatan apa pun. Walaupun demikian, saya menginginkan kesempatan ini untuk menghapus aib ini. Di pertempuran berikutnya, tolong tunjuk saya sebagai pasukan garis depan! Saya akan membunuh para pemberontak tanpa gagal, saya akan tunjukkan pada Anda!!” mohon Yalder dengan wajahnya yang memerah karena semangat.
Menjadi pengawas Roshanak bukan lelucon. Ia akan menjadi pemimpin pasukan dan menjadi pelindung Canaan. Untuk Yalder, itulah peran yang ingin ia jalankan tak peduli apa pun yang terjadi.
“Yalder. Hingga kami tiba, kau telah melakukan yang terbaik untuk melindungi Benteng Roshanak. Kau diakui karenanya. –Tapi, tampaknya kau belum mendengarkan perintahku.”
“A-apa itu?”
“Jangan bertindak gegabah dan hindari hasrat yang berlebihan. Itu seharusnya adalah perintahku, Yalder. Kau dipenjara oleh apa yang berada di depan matamu; bagaimana kau akan mempertanggung jawabkannya jika benteng ini jatuh ke tangan musuh? Jika musuh mengirimkan pasukan secara terpisah, Roshanak akan menjadi apa? Kau hanya akan mengulangi kesalahan yang sama dengan pasukan yang terpisah, Roshanak akan menjadi apa? Kau hanya akan mengulangi kesalahan yang sama dengan apa yang terjadi pada Antigua!” omel Sharov, yang tak biasanya mudah marah seperti ini.
Yalder berdesis sambil membantah, “Sekutu kita yang berusaha mundur dikejar oleh musuh! Apa yang salah dengan membantu mereka? Saya tidak mungkin mengabaikan mereka-!!”
“…Yalder. Kau, tampaknya kau belum melakukan refleksi diri. Jika kau berada di sini, pertahanan Canaan akan berisiko. Roshanak yang aman selama ini tidak lebih dari keberuntungan belaka.”
“Yang Mulia Sharov-!!”
Melihat hal itu, Barbora terkekeh. Ia sudah merasa bermasalah karena Yalder diterima kembali dan diberikan tugas yang berjasa untuk melindungi Roshanak. Ia tak bisa berhenti tertawa dalam hati dan mencerca apa yang tak ia harapkan dari Sharov. Ia ingin bertepuk tangan. Dorongan itu sangat kuat hingga:
“Yalder, kau telah didemosi menjadi Letnan Jenderal. Bawa para prajurit yang berasal dari Belta dan kembalilah ke Ibu Kota Kerajaan. Hukumanmu akan diputuskan nanti. Ini pemberitahuan tertulis demosimu. Setelah itu, berikan ini pada Staf Perwira Sidamo. Buka matamu, dan ingat ini baik-baik,” kata Sharov pada Yalder dengan kejam sambil menyodorkannya sebuah amplop. Wajah Yalder memucat, dan ia mendengarkan dalam keadaan linglung.
“Y-yang Mulia. T-tolong pikirkan kembali. Saya mohon, tolong, satu kesempatan lagi!”
“Menjengkelkan. Perintah telah diberikan. Seseorang, bawa Yalder keluar. Tampaknya ia terlalu lelah dan kakinya tampak goyah,” perintah Sharov, dan Barbora mendekat dengan senyuman.
“Jenderal Yalder, maksudku, Tuan Yalder. Ini bukan tempat yang pantas untukmu. Akan lebih baik jika kau segera kembali ke Ibu Kota Kerajaan.”
“B-Barbora! Kau bajingan!”
“Penjaga! Temani Tuan Yalder kembali ke ruangannya! Letnan Jenderal tampaknya agak lelah!”
Yalder meronta, namun ia langsung ditahan oleh penjaga yang datang dengan berlari, dan dibawa keluar dengan paksa. Melihatnya pergi, Sharov mendesah kecil.
“… Baiklah, mari bahas tentang dewan perang.”
.
.
.
Kantor Schera.
Setelah menerima laporan dari Katarina, Schera menganggukkan kepalanya karena tak tertarik. Kavaleri Schera yang sebelumnya disatukan dengan Pasukan Keempat akan dikirim kembali ke Ibu Kota Kerajaan. Mantan Yang Mulia Jenderal Yalder kini telah sepenuhnya kehilangan harapan dan tampaknya akan bunuh diri. Sidamo telah berkata bahwa belakangan ini, Yalder bahkan tak memiliki semangatnya yang biasa. Setelah melalui naik dan turunnya hidup, mantan Jenderal itu tampaknya memiliki beberapa masalah sendiri.
“Persiapkan segala hal untuk perang,” bisik Schera dengan suara kecil. Ia mungkin sedang memikirkan sesuatu.
Mempertimbangkan bahwa ia adalah Schera, mungkin yang akan ia lakukan takkan berubah, jadi ia sebenarnya tak peduli. Katarina tampaknya juga memikirkan sesuatu, namun ia memutuskan untuk tak membicarakannya.
“Letnan Dua Katarina. Punya permen?”
“Tuan, ambil ini.”
Katarina mengeluarkan sebuah permen dari botolnya dan mempersembahkannya pada Schera. Schera mengambilnya dan melemparkannya ke dalam mulutnya. Schera menampakkan ekspresi penuh keraguan, karena permen itu terasa seperti garam.
“… Letnan Dua Katarina. Aku bertanya-tanya, apa ini?”
“Permen keras yang ditambahkan garam. Saya mendengar tentang enaknya campuran rasa manis dan asil. Ini permen lezat karena Anda bisa merasakan rasa gula dan garam bersamaan.”
“Oh. Jadi, apa kau sudah mencobanya?”
“Tidak, tentu saja saya belum mencobanya. Saya membeli ini untuk Anda, Letkol. Ini benda yang cukup berkelas tinggi, yang dijual di Kota Canaan.”
“Aku akan memberikan semuanya padamu. Itu akan menjadi hadiah dariku. Pastikan kau menghabiskannya.”
“B-baik. Terima kasih banyak.”
Katarina mendorong kacamatanya ke atas.
Saat melihat hal itu, Schera menghancurkan permen yang memiliki rasa yang rumit itu. Potongan terakhirnya amat asin.
Ibu Kota Blanca—Schera belum pernah ke sana. Tentu, tempat itu mungkin sebuah tempat yang amat hidup. Ia mendengar bahwa di sana akan ada banyak jamuan. Sambil membayangkan mereka, Schera mulai terlelap.
Katarina memindahkannya ke tempat tidur. Semua orang merasa lelah. Mereka selalu bertempur bersama. Di hari seperti ini, mereka harus beristirahat selagi mereka luang.
.
.
.
Pasukan Roshanak, unit campuran Pasukan Ketiga dan Pasukan Keempat, di bawah Letnan Jenderal Yalder yang diperintahkan untuk kembali ke Ibu Kota Kerajaan.
Mulai saat itu itu, mereka akan dinamai Legiun Gabungan Yalder. Mereka berjumlah 7.000 orang.
.
.
.
Terjemahan ini milik Centinni
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/qHkcfMc
Kami juga membuka donasi via Gojek pay guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat satu chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 18.3 - Jamuan Ibu Kota Kerajaan Pasti Sangat Lezat (3)
Donasi pada kami dengan Gojek!
