The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia] - Chapter 17.1
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 17.1 - Aku Lebih Memilih Makanan Lezat daripada Medali yang Berkilauan (1)
Garis depan perkemahan Pasukan Pembebasan.
Moral para jenderal berada pada puncak tertinggi dan setiap orang merasa bangga pada diri mereka masing-masing, mengatakan bahwa besok adalah hari di mana mereka akan merebut Belta.
Diener memperkirakan bahwa operasi pengepungan ini akan berakhir setelah satu minggu. Jika mereka mengabaikan jumlah korban dan menyerang terus menerus siang malam, maka Belta akan segera jatuh, pikirnya, namun tidak ada alasan untuk memaksakan diri mereka. Sekarang, mereka telah bergerak sejauh ini, bahkan, jika dia berbuat salah pada akhirnya, hal itu tidak akan memengaruhi hasil akhir.
Parit-parit telah diisi sementara katapel berada di belakang pasukan infanteri. Lalu, setelah mereka dapat menggunakan menara kepung dan pelantak tubruk, mereka akan langsung menguasai medan pertempuran.
Dengan tidak adanya tanda-tanda bala bantuan pasukan musuh, mereka tanpa henti menyerang secara frontal. Hal ini akan menambahkan beban mental pasukan musuh, membuat mereka jatuh dari dalam, dan bahkan membuat mereka untuk membuka gerbang dari dalam. Sekarang setelah mereka sukses membuat beberapa pasukan untuk berkhianat, hanya tinggal menunggu waktu untuk kastil Belta agar menyerah.
“Tuan Diener, sepertinya operasi pengepungan berjalan sesuai dengan rencana awal Anda. Anak buah kami juga nampak penuh dengan energi.”
Jenderal veteran Behrouz menyapa Diener. Dengan kepintarannya dalam mengatur taktik, Behrouz merupakan tonggak dari semua jenderal Pasukan Pembebasan.
“Mmm… Semua berjalan sesuai dengan rencana. Tidak lama lagi, mungkin, gerbang itu akan terbuka lebar.”
Kastil Belta yang ditampilkan di peta… sepenuhnya terkepung oleh Pasukan Pembebasan dari keempat sisinya.
“Setelah ini, kita hanya perlu berfokus pada serangan penghabisan dari musuh. Apa yang akan dilakukan oleh musuh yang sudah terpojok sangat sulit untuk ditebak. Kita harus tetap mengawasi gerak-gerik musuh dengan seksama.”
“It benar, akan tetapi, sebentar lagi, saya berencana untuk membuat satu tempat yang lemah diantara barisan pengepungan kita. Jika kita berani mengambil resiko untuk menunjukkan kelemahan ini, kita bisa memancing musuh untuk keluar.”
Bidak-bidak yang diatur di sisi timur ditarik mundur.
“Saya mengerti. Anda ingin mengerahkan pasukan penyergap ke jalur mereka mundur. Meskipun mereka tahu itu adalah jebakan, musuh yang berencana untuk kabur akan mengambil kesempatan itu. Karena jika mereka tetap tinggal, mereka pasti akan binasa.”
“…. Di sini, aku berencana untuk membunuh Dewa Kematian yang sering digosipkan. Karena dia perlahan telah menjadi sesuatu yang berbahaya, bahkan jika aku harus menggunakan kekerasan, aku akan membuatnya keluar dari kastil. Pasukan kavaleri itu tentu akan berencana untuk kabur ketika kastil telah jatuh. Di jalur mereka untuk mundur, mereka mungkin akan menyembunyikan diri mereka dan berjalan dengan hati-hati, namun daerah ini merupakan daerah hutan yang padat. Mereka harus melaluinya. Aku akan menyambut mereka di sana.”
Dia menggerakkan tangannya di atas peta agar dapat dimengerti; lalu ia memukul peta dengan keras. Dia akan meletakkan penyergapan untuk pasukan musuh di sepanjang jalur mereka mundur, dan membunuh pasukan kavaleri yang tidak dapat mempertahankan diri mereka sendiri dan hanya bisa maju ke depan dalam sekali serang. Musuh tanpa diragukan lagi pasti akan bergerak pada malam hari. Jarak pandang mereka akan terhalang, dan mereka tidak akan dapat memperhatikan pasukan yang bersiap untuk menyergap. Tidak peduli seberapa kuat dirinya berdasarkan rumor, dia masih saja seorang manusia. Jika Diener mengerahkan jumlah pasukan yang jauh lebih banyak, dipastikan Diener pasti dapat membunuhnya. Tidak peduli seberapa heroiknya dia.
“Dewa Kematian, seseorang yang bernama, Schera Zade, jika saya tidak salah ingat. Saya dengar dia adalah seorang jenderal wanita muda yang berani dan pantang mundur. Saya ingin sekali bertemu dengannya sekali.”
Behrouz berkata sambil bercanda.
Akan tetapi, matanya tidak tertawa sama sekali. Banyak dari koleganya yang telah dibunuh, dan di dalam hatinya dia menggertakkan giginya. Kehilangan Borjek dan Voleur sangatlah menyakitkan. Sebagai perwira dengan pengalaman yang tidak terhitung, mereka mempunyai peran penting untuk membimbing generasi berikutnya. Sang Dewa Kematian telah memotong semua harapan itu.
“Sayangnya, aku percaya kesempatan itu mungkin tidak akan pernah kau dapatkan. Aku akan membuat Dewa Kematian untuk segera kembali ke alamnya. Kerajaan yang akan musnah tidak memerlukan pahlawan seperti itu.”
Diener mendeklarasikan hal itu, dan dia mengarahkan pandangannya ke arah Kastil Belta. Hujan batu yang deras terus berlanjut hingga sekarang. Serangan balik musuh perlahan mulai berkurang.
Semuanya berjalan dengan baik.
Enam hari telah berlalu sejak pengepungan Kastil Belta. Seperti biasa, tidak ada tanda-tanda kedatangan bala bantuan. Parit-parit semakin lama semakin terisi. Di dalam ruangan VIP Kastil Belta yang sedang berada dalam situasi yang penuh dengan keputus asaan. Schera telah menerima sebuah undangan dari David dan sedang menikmati jamuan makan malam yang sangat mewah. Semua ini karena dia telah melakukan suatu tugas khusus untuknya, dan untuk menunjukkan betapa berharganya kerja keras Schera. Ketika David menanyakan apa yang Schera inginkan, tanpa sungkan dia menjawab, makanan enak. David yang sama sekali tidak memiliki nafsu makan hanya melihat perwira wanita itu melahap semua hidangan di hadapannya dan dengan tanpa sadar, tersenyum masam.
“Mayor Schera, apakah hidangannya lezat?”
“Ya, lezat.”
Dia menjawab tanpa mengangkat kepalanya. Dia sedang tidak memakai baju zirah atau pun sarung tangan. Meskipun begitu, senjatanya tetap berada di dekatnya.
“Bagus.. Bagus. Semua ini adalah hidangan terbaik dari koki di kastil ini. Sebaiknya makan perlahan-lahan agar kau dapat menikmati kelezatannya.”
“Baik! Mengerti, pak.”
“Tidak perlu menjawab ketika kau sedang makan. Tenang saja dan nikmati hidangan ini.”
Schera mengangguk sambil memotong dagingnya dengan pisau. Ini adalah daging dari sapi Cologne langka yang diambil dari daerah barat daya kerajaan. Hidangan yang disajikan dengan menggunakan daging ini adalah sesuatu yang hanya dapat diimpikan bagi rakyat jelata. Sambil menikmati saus darah yang menetes, Schera perlahan melahap steik itu ke dalam mulutnya yang masih mengunyah. Selain itu, makanan seperti buah yang didapat dari Republik Serikat dan anggur khas dari Kekaisaran juga dihidangkan. Dapat dikatakan bahwa, ini merupakan jamuan makan malam untuk kalangan bangsawan atas. Schera, seperti serigala kelaparan, menyantap semua hidangan yang disediakan. Gadis kecil ini terlihat seumuran dengan anak perempuan David, yang saat ini, dia tidak tampak seperti Dewa Kematian yang ditakuti sama sekali. David melihat semua ini dengan ketertarikan yang mendalam.
Tiba-tiba, seseorang yang tidak diundang menerobos masuk. Orang yang tidak diundang tersebut adalah seorang bangsawan yang membawa sepuluh orang dari pasukannya sendiri. Dia adalah seseorang yang menjilat David dan menempati posisi Staf Perwira. Dengan beraninya dia menghunuskan pedangnya ke arah mereka sambil tersenyum sinis. Schera tidak menghiraukannya sama sekali dan melanjutkan makan malamnya. Dari arah pandang pria tersebut dan pasukannya, mereka hanya dapat melihat punggungnya yang kecil dari belakang.
“Aku penasaran siapa yang berani menerobos; bukannya kau adalah Staf Perwira Asar. sungguh jarang aku melihatmu memegang pedang, apa yang terjadi?”
David bertanya dengan tatapan kosong, dan orang yang bernama Asar tersebut mendegkus.
“Hmph, ini sudah jelas. Saya akan menyerah kepada Pasukan Pembebasan dan menyerahkan kepala Yang Mulia kepada mereka. Putri Altura dari awal adalah seseorang yang mewarisi darah kerajaan. Berbalik untuk mengabdi kepadanya bukanlah sesuatu yang buruk.”
“Lalu kau datang jauh-jauh kemari? Aku sungguh telah merepotkanmu.”
David memiringkan botol anggurnya. Schera menusuk buah dengan garpunya. Buah itu berwarna hijau dan memiliki pola seperti pembuluh darah, dan buah itu sudah dipotong dengan rapi, dengan ukuran yang sempurna. Dia memakannya, dan rasanya sangatlah manis.
“Ini tidak seperti diri Anda, Yang Mulia. Untuk memberikan kasih sayang kepada gadis yang berasal dari antah-berantah. Sebagai dalang dibalik kejahatan Tenang, Anda seharusnya tetap bersikap seperti itu pada saya.”
Asar memberikan sinyal, dan seorang prajurit mendekati meja makan.
“Yo, ini bukan waktunya buat makan tahu!”
Setelah memukul kepala Schera dengan keras, dia dengan sombongnya menarik taplak meja. Peralatan makan perak yang disusun dengan rapi, dan juga makanan, berjatuhan di lantai. Botol-botol anggur terjatuh dan pecah, dan cairan anggur mengalir ke kaki Schera. Di tangan Schera hanya tersisa sebuah garpu dan pisau.
“Saya sungguh merasa sedih dengan sikap Anda, Yang Mulia David. Saya telah mempertaruhkan nyawa saya, mengabdi kepada Anda sampai sekarang karena saya yakin bahwa Anda akan sukses. Seorang bangsawan yang sudah jatuh tidak memiliki nilai sama sekali. Akan tetapi, Saya dengar, ada harga bagi kepala Anda. Oleh karenanya, sebagai hadiah hiburan untuk pengabdian saya kepada Anda sampai sekarang, saya akan bertanya. Jika Anda memiliki simpati, Tuan David, akankah Anda menyerahkan kepala Anda untuk saya, tanpa melakukan perlawanan yang sia-sia?” kata Asar sambil bercanda, setelah membuat gerakan tangan menggorok lehernya sendiri. Sampai akhirnya dia berhasil mengumpulkan pasukannya sendiri, dia berpikir bahwa dia terlalu lambat, namun ternyata targetnya masih hidup, dan dia merasa lega. Dia khawatir bahwa ada orang lain yang mendahuluinya.
Namun, semua itu hanyalah kekhawatiran yang tidak berdasar. Tampaknya, Staf Perwira lainnya sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Dengan begitu, dia tidak akan sungkan, dan dia, Asar, akan mengklaim hadiahnya. Dia akan memerintahkan pasukannya untuk membunuh. Lalu setelah semuanya selesai, dia akan membuka gerbang kastil dan membelot kepada Pasukan Pembebasan. Namun, masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan, karena tidak sedikit dari koleganya yang mendedikasikan diri mereka untuk Kerajaan hingga akhir.
“Tuan Asar. Apa yang akan kita lakukan dengan gadis kecil ini? Dia hanya akan menyusahkan kita, bagaimana kalau saya bunuh saja dia?”
Prajurit yang tadi menjambak rambut Schera yang sedikit gemetar. Dia terlihat seperti gemetar ketakutan. Hal ini membangkitkan rasa sadis di dalam hati prajurit itu.
“Sepertinya, Yang Mulia sangat menyukainya. Pasti dia akan merasa sendirian di alam sana. Bunuh mereka berdua.”
“Baik! Yo, kau dengar kan? Dia bilang aku bisa membunuhmu. Hehe, aku penasaran dengan raut wajahmu saat kau mati–na-!!”
Ketika wajah prajurit itu mendekat ke arahnya, Schera berbalik dan menancapkan pisau ke wajahnya dan mencungkilnya sedalam mungkin. Tidak peduli seberapa prajurit itu berusaha untuk melawan, dia menusukkan pisaunya lagi dan lagi. Suara lolongan yang mengerikan bergema di ruangan itu.
“Hei…. makananku jadi berantakan gara-gara kau. Hei, kau dengar tidak?”
Sambil bermandikan cipratan darah, Schera bertanya di samping telinga prajurit itu. Karena prajurit itu tidak bisa apa-apa selain berteriak, Schera membenamkan garpu ke atas kepalanya dan melemparnya ke dinding. Setelah suara kecil yang terdengar pelan, ruangan tersebut kembali sunyi. David mengelus jenggotnya dengan kesal, dia juga terkena cipratan darah.
“A– apa yang salah denganmu-! T- tunggu. K, kau adalah Mayor Schera?!?”
“Benar. Semuanya telah berakhir untuk kalian. Aku disuruh oleh Yang Mulia David, tahu. Dia bilang padaku untuk menghabisi para bedebah yang memutuskan untuk berkhianat pada Kerajaan. Dan sebagai hadiahnya, Dia memberikan semua hidangan ini.”
Dia mengambil sepotong daging yang telah terjatuh ke lantai, dan memakannya. Cairan daging memenuhi mulutnya, dan lalu, rasa besi yang menyengat.
“De-Dewa Kematian Schera. Hei, aku tidak tahu apa-apa soal ini! Apa maksudmu kalau dia benci pengawal! Dasar bangsawan bangsat- ini tidak seperti apa yang kau bilang!”
Sambil marah, seorang prajurit yang terlihat seperti komandan berteriak. Dia tahu kekuatan Schera. Dia ada di dalam pasukan David ketika mereka mundur. Mereka pasti tidak akan bisa menang. Teror menjalar ke seluruh tubuhnya hanya dengan melihat Schera. Sebelum dia diterkam oleh sang Maut, dia harus kabur. Secepatnya.
.
.
Terjemahan ini milik Centinni
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/qHkcfMc
Kami juga membuka donasi via Gojek pay guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat satu chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 17.1 - Aku Lebih Memilih Makanan Lezat daripada Medali yang Berkilauan (1)
Donasi pada kami dengan Gojek!
