The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia] - Chapter 16
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 16 - Jika Makanan Jatuh dari Langit, Pasti Itu Lezat
Setelah menambah kekuatan perang mereka, Pasukan Pembebasanan Ibu Kota Kerajaan mulai membahas tentang strategi mereka untuk meraih kekuasaan penuh atas Belta. Setelah melakukan perombakan bekas Pasukan Kerajaan yang ditambahkan ke dalam barisan pasukan mereka, prajurit yang ikut serta dalam strategi ini berjumlah 60,000 orang. 20,000 dari mereka ditugasan untuk menjaga Antigua dan Salvador. Dukungan yang mereka dapat dari rakyat sangat besar, dan sekarang setelah masa panen selesai, suplai mereka meningkat drastis. Altura yang telah lama menjadi Komandan Tertinggi mempimpin pengepungan Kastil Belta. Dia selalu terlihat bersama dengan pasukannya, dan ini merupakan salah satu cara untuk menunjukkan bahwa idealismenya bukanlah suatu kebohongan.
Pertama, dia meminta David untuk menyerah, komandan pasukan bertahan. Sebagai ganti nyawa dari para penjaga kota dan rakyat sipil, mereka diminta untuk segera mengosongkan Kastil Belta, kata Altura. Namun dengan satu syarat yaitu hanya David, orang yang dianggap sebagai pelaku utama kejahatan perang di Tenang, harus diadili.
David menolak. Dia mengirimkan hujan anak panah sebagai bentuk respons kepada Pasukan Pembebasanan di sekitar mereka. Menilai bahwa tidak ada tempat untuk bernegosiasi, Altura maju ke depan untuk memberikan perintah pengepungan kepada pasukannya. Dia menghunuskan pedangnya di atas kuda dan mengarahkannya ke arah Kastil Belta.
“KITA ADALAH PEMBELA KEBENARAN! KASTIL BELTA AKAN JATUH, DAN PALU KEBENARAN AKAN MENGHANTAM ORANG DI BALIK PEMBANTAIAN, DAVID! SAUDARA-SAUDARAKU DARI PASUKAN PEMBEBASANAN IBU KOTA KERAJAAN! UNTUK MEWUJUDKAN MIMPI KITA, AKU MINTA KEPADA KALIAN UNTUK BERJUANG DENGAN SELURUH KEKUATAN KALIAN!”
“Kemenangan untuk Pasukan Pembebasanan Ibu Kota Kerajaan!”
“Penghakiman untuk David!”
“Hidup, Putri Altura! Hidup Pasukan Pembebasanan!”
Pasukan Pembebasan yang terorganisir mengangkat senjata mereka dan berteriak dengan segenap jiwa. Gemuruh teriakan mereka dapat mengguncang langit dan mungkin membawa teror bagi pasukan di dalam kastil.
“PASUKAN, MULAI PENYERANGAN! KEMENANGAN BAGI PASUKAN PEMBEBASAN!!”
“SEMUA UNIT, MAJU!! SERAAAAAAAAANG!!”
“KATAPEL TEMPUR, MULAI BERGERAK!”
Ketika Altura memberikan sinyal untuk memulai pengepungan, para komandan pasukan secara serentak memberikan perintah untuk maju. Pasukan infanteri membawa perisai dan kantong pasir dan bergegas maju ke parit. Karena jembatan angkatnya telah dinaikkan, pertama-tama mereka harus membuat jalan. Menara kepung1 lalu akan mengirimkan prajurit ke atas dinding dan pelantak tubruk2 akan menghantam gerbang. Ini adalah langkah awal untuk memungkinkan senjata pengepungan lain untuk dapat mendekat. Petama-tama, mereka akan mengisi parit. Karena parit Belta sangat luas dan dalam serta dipenuhi dengan air, maka mereka memerlukan jumlah pasir yang cukup untuk mengisinya.
Untuk menahannya, para pasukan pemanah Kerajaan berbaris secara sistematis dan menembakkan anak panah pada Pasukan Pembebasan yang berada berbaris di bawah seperti semut.
“SEMUA BERTAHAN! SEMUA AKAN BERAKHIR JIKA MEREKA BERHASIL MENGISI PARIT! MEREKA HARUS DIHENTIKAN!”
“TA-TAPI, JUMLAH MEREKA TERLALU BANYAK!”
“TIDAK USAH KHAWATIRKAN KE MANA KALIAN MENGARAH! TEMBAK SAJA! BUNUH MEREKA SEMUA!”
“SIAL…!”
Komandan pasukan pemanah berkali-kali memarahi pasukannya yang berteriak menentangnya. Mereka tetap menembakkan anak panah, dan terus menembak, tetapi jumpah Pasukan Pembebasan sepertinya tidak ada habisnya. Terlebih lagi, musuh mereka tidak tinggal diam saat di serang. Tentu saja, mereka melawan kembali dengan menembakkan panah dari bawah. Kemudian ancaman terbesar bagi pasukan bertahan; katapel tempur yang sedang diangkut dari garis belakang. Katapel perang tersebut adalah milik Pasukan Kerajaan, namun pada pertempuran di Sungai Alucia, katapel perang tersebut direbut oleh Pasukan Pembebasan. Mereka adalah alat perang pengepungan yang mengerikan, ketika mereka diarahkan kepada musuh, maka musuh akan kehilangan kepala mereka. Sambil melihat ke arah batu-batu besar yang mendekat dengan sangat cepat, komandan pasukan pemanah mengumpat pada kesialan dirinya sendiri.
“SIAPKAN KATAPEL PERANG! TARGET: DINDING BARAT KASTIL!”
“KATAPEL PERANG SIAP! ARAH TEMBAKAN, DINDING BARAT!”
“TEMBAKKAN KATAPEL PERANG, SEKARANG!!”
Batu-batu besar yang lebih berat dari manusia bertabrakan dengan dinding. Dinding dan batu yang ditembakkan dari katapel perang hancur dan banyak pemanah yang berada di atas dinding terlempar.
“TEMBAKAN TEPAT MENGENAI SASARAN, ISI ULANG UNTUK TEMBAKAN SELANJUTNYA, CEPAT!!”
Katapel perang berejejer serentak di depan tiap sisi dari dinding kastil. Suplai batu untuk dilontarkan dapat dipertahankan berkat usaha dari 500 orang, dan serangan-serangan dari katapel perang tersebar ke dinding kastil dan juga ke bagian dalam kastil. Senjata ini memiliki kekurangan yaitu akurasi tembakan dan kecepatan untuk memuntahkan proyektil mereka yaitu batu-batu besar, namun hal itu tidaklah penting. Mereka memiliki jarak tembak yang sangat jauh dan dapat ditembakkan dengan serentak tanpa takut diserang balik, ini merupakan kelebihan katapel perang.
Akan sangat fatal jika terkena batu-batu besar yang dilontarkan, mereka berterbangan ke mana-mana, melewati dinding kastil. Persenjataan itu juga akan menyebabkan beban psikologis bagi para pasukan di dalam kastil dan formasi di dalam kastil pun juga akan terganggu.
Yang dilontarkan katapel perang tidak hanya batu-bau. Minyak, sampah, mayat-mayat, ranjau sihir, dan berbagai jenis barang-barang lain. Akan bagus jika semua itu jatuh tepat ke dalam sumur, sumber air mereka. Mayat-mayat dan sampah yang dilontarkan juga akan menjadi sumber penyakit. Mereka yang dikepung tidak memiliki cara untuk mengatasi semua itu. Jika musuh keluar dari kastil untuk menghancurkan katapel perang, maka semua itu akan sesuai dengan rencana Pasukan Pembebasan.
Fynn melihat dalam diam serangan katapel perang yang bertubi-tubi. Karena inti dari unit pasukannya adalah pasukan berkuda, perang pengepungan bukanlah medan tempur pasukannya. Dia hanya bisa mengejar musuh yang kabur dan menjaga katapel tempur. Ajudan militernya, Milla, mendekatinya.
“Jadi, pada akhirnya kita menggunakan kekerasan. Akan lebih baik jika mereka menurut dan membuka gerbang kastil mereka. Tidak ada gunanya mereka mencoba untuk melawan. Bukankah tugas akhir dari seorang komandan adalah untuk menyelamatkan nyawa prajuritnya?”
“Jenderal David mungkin memiliki sesuatu yang dia anggap sebagai kehormatan. Namun, jika itu adalah aku, aku akan langsung menyerah. Aku pasti akan selamat dari hujan batu. Untuk ditindih dan digilas sampai mati bukanlah sebuah lelucon.”
Dia bergumam sambil melihat sebuah batu melayang di udara yang disertai teriakan-teriakan penyemangat. Fynn telah dipromosikan menjadi Kolonel, sebagai hadiah atas jasanya sampai hari ini. Karena dia meniti karirnya dari hanya sebagai seorang serdadu biasa, dia adalah salah satu orang yang paling sukses di antara Pasukan Pembebasan. meskipun hal ini hanyalah sebatas peringkat kehormatan, namun hal ini juga dapat dianggap sebagai catatan bahwa di masa depan dia akan mendapatkan promosi jabatan yang menjanjikan. Jika Altura menjadi Ratu berikutnya, dia sebagai orang yang diakui mungkin akan menjadi bagian penting dari Kerajaan yang terlahir kembali. Dia masih muda, penuh kebijaksanaan, dan memiliki prestasi yang nyata. Dia mengumpulkan populsabitas yang cukup dari para pasukan dan kepopulsabitasnya hanya berada kedua setelah Altura.Fynn juga menunjukkan sikap yang baik, dan dia diserukan oleh pasukannya sebagai prajurit pejuang dan pahlawan.
“Kolonel Fynn. Akankah mereka berhamburan keluar kastil untuk menyerang kita seperti yang Anda pikirkan?”
“Aku pikir demikian. Karena paritnya telah terisi, peluang untuk mereka melakukan hal seperti itu semakin besar. Dalam keadaan seperti itu, ketika berlari menuju pengepungan kita yang tidak memiliki celah, hanya neraka yang akan menunggu mereka. Kita telah menempatkan beberapa pasukan kita untuk melakukan penyergapan dari belakang mereka dan menutup jalan mereka untuk mundur…… jujur, aku sangat merekomendasikan untuk mereka agar menyerah saja.”
“Namun demikian, karena Belta merupakan Benteng yang kuat, akan banyak korban berjatuhan dari sisi kita juga. Saya percaya, bukanlah hal yang tidak berlebihan jika kita menggunakan taktik untuk membuat mereka kelaparan.”
Taktik itu akan membutuhkan waktu, namun jika mereka memutuskan suplai makanan musuh, maka Belta akan jatuh tanpa harus bertarung. Namun, karena stok suplai yang mereka miliki, mungkin akan membutuhkan waktu sekitar setengah tahun sebelum mereka kelaparan dan mengakui kekalahan.
“Ya, ahli strategi kita, Tuan Diener, tidak memasukkan hal itu di dalam rencana penyerangannya. Menurut perkiraanku, dia benci rencana konservatif seperti memaksa musuh untuk kelaparan. Dia ingin memperlihatkan bahwa kita memiliki potensi perang yang cukup untuk membuat sebuah kastil menyerah dalam waktu singkat……. Tentu saja, aku menurutku itu tak sepenuhnya benar. Sungguh sulit untuk menerka apa yang ada di dalam isi pikiran orang itu.”
Strategi yang telah dirancang oleh Pasukan Pembebasan sebelumnya telah dibentuk melalui tangan Diener. Altura akan menyetujui strategi tersebut dan memberikan perintah untuk melaksanakannya. Itu saja. Ada rumor jelek yang beredar mengenai Diener, dan Fynn tidak sepenuhnya memercayai orang itu. Fynn tidak berpikir bahwa orang itu akan menjadi pengkhianat, namun dia tidak ragu bahwa Diener akan dengan tenang menyuruhnya untuk membuang-buang nyawa pasukannya. Secara fundamental, ia berbeda dengan Fynn, yang telah terpengaruh oleh idealisme Altura, dan mantan Jenderal dari Kerajaan Behrouz, yang ragu untuk bergabung karena melihat busuknya pemerintahan.
“….. Rumor-rumor itu, apakah semua itu benar? Sebagai contoh, para Pemberontak—–”
Ada rumor masuk akal yang beredar di antara para jenderal- tentang Pemberontakan Tenang yang merupakan sesuatu yang dibuat-buat. Tidak ada bukti mengenai hal tersebut. Akan tetapi, semua orang setuju bahwa Diener, jika itu memang benar dia, mampu untuk melakukan semua itu. Persiapan mereka untuk berperang setelah Pemberontakan Tenang dan Kejahatan Tenang terasa terlalu cepat. Bahkan hanya dalam waktu setengah bulan, jangkauan pengaruh mereka telah menyebar jauh sampai ke tempat ini. Semua itu adalah berkat kemampuan Diener. Rumor yang beredar dipenuhi rasa cemburu dan iri, namun tidak akan ada asap tanpa api, kan?
Fynn memotong percakapan Milla, menyuruhnya agar lebih berhati-hati dengan tatapannya. Segala sesuatu akan menjadi sulit jika perkataannya didengar oleh seseorang.
Anak didik Diener, mata-matanya, tersebar dimana-mana di dalam Pasukan Pembebasan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar tidak ada pengkhianat dalam barisan mereka. Afiliasi, tempat lahir, dan posisi setiap orang berbeda-beda. Ada banyak orang yang dulunya adalah bekas tentara dari Kerajaan. Fynn mengerti bahwa Diener adalah orang yang waspada.
…… bahkan kewaspadaan Diener pun tidak lepas kepada Fynn sendiri. Orang itu tidak percaya siapapun kecuali Altura. Apa yang mendorong Diener sampai sejauh itu? Fynn pun tidak dapat membayangkannya.
“—Milla. Rumor pada akhirnya hanyalah sebuah rumor. Jika seseorang ingin menuduh orang lain, orang tersebut harus memiliki bukti dan fakta yang jelas. Kamu harus berhati-hati untuk membicarakan kecurigaanmu pada saudara sepasukanmu di tengah-tengah pertempuran. Tidak ada hal yang perlu di khawatirkan. Kita hanya perlu bejuang demi merealisasikan idealisme kita.”
“Pa-Pak. Maafkan saya. Saya telah salah berbicara.”
Milla tanpa sengaja menjadi kaku melihat senyum Fynn yang dipaksakan. Matanya sama sekali tidak tertawa, dan mereka hanya terfokus pada aspirasinya. Fynn memiliki dua sisi kepribadian, salah satunya adalah sebagai seorang militer yang polos, dan di sisi lain adalah orang yang memiliki ambisi untuk mendapatkan kenaikan pangkat di masa mendatang. Ajudan militernya, Milla, bekerja sebagai bawahannya dengan mengetahui hal tersebut, namun meskipun begitu, dia merasa tertekan dengan semangat Fynn.
“………. Aku hanya berbicara dengan diriku sendiri, namun aku percaya bahwa kita tidak harus melakukan sesuatu. Hanya ada satu takdir yang menunggu mereka yang telah menjual jiwanya kepada iblis. Dia tentu saja tidak akan dapat kabur dari semua yang telah dia lakukan. Kematian hanya akan menggerogoti jiwanya, dan dia akan disiksa di dalam api penyucian dosa selamanya.”
Fynn teringat wajah dari sang Dewa Kematian ketika bergumam dengan suara yang kecil- komandan wanita yang pernah sekali berhasil dia usir. Di Jembatan Besar Sulawesi, unit kavaleri itu telah membunuh seorang jenderal veteran, seseorang yang dikenalnya, dan mengamuk sesuka hati mereka. Sangat mungkin bahwa wanita itu masih hidup. Makhluk itu tidak akan mati dengan mudahnya. Dia mungkin saja sedang menajamkan sabitnya di dalam Kastil Belta pada saat ini, menunggu kesempatan untuk memangsa mereka.
Fynn berdoa agar dia cepat-cepat mati, sebelum sabit tersebut menjangkau lehernya.
.
.
.
—–Kastil Belta, Dinding bagian selatan.
Batu-batu besar terus saja dilemparkan dengan disertai oleh tembakan panah, Schera mempimpin satu unit pasukan pemanah. Pasukan kavaleri tentu saja tidak memiliki peran untuk dimainkan di dalam kastil, jadi semuanya turun dari tunggangan mereka dan mempersenjatai diri mereka dengan busur. Katarina tanpa ragu mempertunjukkan kemampuannya dalam memanah yang dia bilang bahwa kemampuanya itu sudah tertanam di dalam dirinya melalui latihan. Vander juga akhirnya kembali menjadi normal dan memimpin para prajurit.
Kembali berbicara tentang Schera, karena dia sebelumnya belum pernah menggunakan busur, dia membariskan sabit-sabit kecil yang dia beli sebelumnya dari kota di dalam kastil. Jumlah totalnya ada sekitar seratus sabit. Bukan suatu hal yang berlebihan untuk mengatakan bahwa dia telah memborong semua sabit yang ada. Dan untuk uang yang dipakai, dia meminjamnya dari Katarina, karena Schera telah menghabiskan semua uangnya.
“……. Mayor? Demi Tuhan, apa yang Anda akan lakukan dengan sabit-sabit ini?” tanya Vander dengan ekspresi wajah kebingungan, dan Schera menjawabnya dengan niat membunuh terlihat dengan jelas.
“Mau tahu? Nih-!”
Dia melempar sabit itu dengan kekuatan yang tak masuk akal yang menimbulkan rasa takut. Benda itu menancap tepat di antara alis seorang prajurit yang tampak sedang bersantai di samping katapel. Melihat kawan seperjuangannya jatuh mati, prajurit di sekitarnya menjadi panik. Schera melempar sabit-sabit itu satu per satu dengan cepat. Melihat sabit-sabit yang melayang yang seakan-akan mengikuti kemana pun mereka berlari dan menusuk organ vital dari para prajurit itu, Vander merasa sedikit tercekik.
“……. Mengerikan seperti biasanya. Kekuatan macam apa itu?”
“Tapi sabit yang kubeli tinggal sedikit, tahu. Kalau semuanya habis, aku akan melemparkan batu.”
Dia melemparkan batu seukuran tangan pada seorang prajurit yang sedang memegang tameng di samping parit di bawah dinding kastil. Saat itu juga, sebuah anak panah menyerempet di samping Schera, dia benar-benar peduli dengan hal itu. Batu yang dilemparkan tepat mengenai helm sang prajurit, dan prajurit tadi pun langsung jatuh pingsan. Dalam hati Schera, dia merasa sedikit menyesal bahwa dia tidak bisa memastikan apakah prajurit tadi itu mati atau tidak.
“Berapa lama kita bisa mempertahankan kastil ini? Tampaknya parit akan benar-benar terisi dalam waktu kurang lebih tiga hari. Menurut Anda, apa yang akan terjadi dengan kita?”
Vander bergumam sambil memantau keadaan Pasukan Pembebasan di sekeliling Kastil Belta. Sampai parit terisi penuh dengan tumpukan kantong yang berisi pasir, mereka akan terus mencoba untuk menghambat musuh seperti yang mereka lakukan sekarang. Namun, ketika parit sudah terisi penuh, semuanya akan menjadi lebih berbahaya. Menara kepung akan dimajukan untuk mengantarkan pasukan musuh ke atas dinding kastil. Dan kemudian gerbang kastil akan runtuh, lalu mereka akan berhadapan langsung dengan pasukan musuh di dalam kastil. Jika itu sampai terjadi, maka sama saja kalau kastil ini telah jatuh ke tangan musuh. Pasukan musuh akan terus menerobos masuk tanpa akhir.
Schera melotot ke arah Vander, lalu dia mendesah.
“Tidak perlu berpikir terlalu keras; pikirkan saja untuk membunuh lebih banyak lagi sampah dari Pasukan Pembebasan. Letnan Dua Vander, kau tidak menggerakkan tanganmu sama sekali sejak beberapa waktu lalu. Apa kondisimu masih buruk? Atau mungkin kau memikirkan sesuatu yang lain, hmm? Kau tidak usah menahan diri. Katakan saja semuanya padaku.”
Seakan-akan Schera melihat isi hati Vander yang paling dalam, Schera memandangi langsung mata Vander. Vander merasa menggigil sampai ke tulang rusuknya karena ketajaman intuisi dari sang Maut. Dia harus segera menyangkalnya. Atau tidak, dia akan langsung dibunuh.
“Saya mohon maaf! Tidak ada yang salah dengan kondisi saya!.”
“Lalu cepat laksanakan tugasmu dan bunuh mereka. lihat di bawah sana musuh-musuh kita sedang berkerumun. Dimulai dari orang yang tidak kau suka, bunuh saja langsung!”
Schera tetap melempar batu sambil berteriak. Banyak wajah-wajah musuh yang hancur terkena lemparan batunya. Beberapa kali ada juga mereka yang terempas dan tamengnya terlempar jauh. Melihat kesungguhan dari sang Komandan, pasukan kavaleri yang sekarang menggenggam busur menyemangati diri mereka sendiri.
“Jangan sampai tertinggal jauh dari Mayor Schera! Busur siap-!!”
Seorang pasukan kavaleri yang memiliki pengalaman dengan busur mengambil alih komando menggantikan Schera. Schera terlalu sibuk melempar batu.
“Ou-!”
“—bersiap, tembak-!!”
Seluruh anak panah dilepaskan secara serentak. Seperti hujan, mereka membanjiri Pasukan Pembebasan, memunculkan teriakan-teriakan dan semburan darah.
Satu detik lebih lambat, Vander menarik busurnya dan melepaskan anak panah. Katarina mengawasi Vander dari samping. Dia curiga bahwa mungkin saja Vander… tapi dia tidak mengatakan apapun. Dia belum melakukan apapun. Akan tetapi tidak pernah salah untuk selalu berhati-hati. Ketika matahari mulai terbenam, terdengar bunyi terompet yang menggema, dan Pasukan Pembebasan pun mundur. Tampaknya, pertempuran hari ini telah berakhir. Semua katapel pun ditarik mundur di luar jangkauan senjata musuh. Namun, bagi pihak yang bertahan, mereka harus tetap waspada. Akan selalu ada kemungkinan ketika mereka bangun sebelum fajar, mereka akan melihat bahwa semua parit telah terisi. Lalu ada juga pemikiran bahwa pasukan konstruksi akan menaruh tangga yang terbuat dari tali dan pasukan musuh pun memanjat dinding. Mereka benar-benar tidak boleh lengah sedikitpun terhadap pergerakan dari Pasukan Pembebasan. Pertempuran pengepungan merupakan pertarungan antara stamina dan tekad. Mereka tidak memiliki pilihan lain selain mengistirahatkan tubuh mereka sambil bersiaga di malam hari.
Api-api dari obor menyala di kamp Pasukan Pembebasan yang sepenuhnya mengelilingi perbatasan Kastil Belta. Selain untuk berjaga-jaga dari serangan di malam hari, hal ini juga dilakukan untuk menunjukkan kekuatan mereka.
Cahaya-cahaya tersebut disusun seolah-olah cahaya tersebut mengelilingi sebuah peti mati; peti mati yang berisikan mayat musuh, yang terisi sedikit demi sedikit, dengan tangan mereka sendiri. Hal ini terlihat seakan Pasukan Pembebasan memberikan mereka upacara pemakaman, pikir Schera. Ini adalah rumah ketiga baginya. Pertama adalah desa miskinnya, lalu Antigua, dan sekarang adalah tempat ini, Belta. Apakah dia akan diusir lagi, di tangan para bedebah Pasukan Pembebasan? Atau mungkin dia akan mati di sini? Tidak, dia boleh mati. Masih, masih belum cukup. Schera melepaskan helmnya, bersandar ke dinding dan perlahan menghela napas. Dia merapikan rambut cokelatnya yang basah oleh keringat. Dia melepaskan sarung tangannya dan beristirahat.
—dia merasa lapar.
Akan lebih baik jika saja bukan batu yang jatuh dari langit, tapi makanan. Semuanya pasti akan menjadi bahagia.
.
.
.
Kastil Belta, di dalam ruang kerja David.
David telah mengumpulkan semua staf perwiranya dan memulai pertemuan untuk membahas pertempuran yang sedang berlangsung. Dengan ini, sudah tak terhitung beberapa banyak pertemuan untuk membahas strategi perang tidak menghasilkan apa-apa. David, dengan wajahnya yang terlihat sangat lelah duduk dikursinya.
Di sebelahnya seorang bekas staf perwira militer menopang tubuh David yang lemah.
“……. Bala bantuan? Apakah bala bantuan sudah dating atau belum? Suruh mereka untuk bergegas. Jika mereka tidak segera datang, maka Belta akan jatuh.”
“Yang mulia. Kita tidak dapat mengirimkan pembawa pesan lagi ke luar kastil. Bahkan sungguh mustahil bagi seekor tikus untuk bisa kabur dari sini.”
Kepala Staf Perwira mengatakan yang sebenarnya. Tidak ada satu pun dari pembawa pesan mereka yang kembali. Tidak ada jalan untuk mereka kembali ke kastil ini.
“Mengapa mereka tidak mengirimkan bala bantuan-! Jika sampai Belta jatuh ke tangan musuh, maka Ibu kota akan berada dalam bahaya-! Saya yakin, si brengsek Farzam pasti merobek semua laporan yang dikirim! Dasar orang yang tidak kompeten yang hanya bisa menjilat kaki atasan demi kariernya-!!”
David yang merasa gelisah berteriak marah, lalu dia terbatuk-batuk kesakitan.
“Yang mulia David. Jika Anda terlalu memaksakan diri, maka itu tidak baik untuk kesehatan Anda.”
“Benar. Tanpa Yang Mulia David, kastil ini tidak akan bertahan walau satu hari pun. Kami mohon agar Anda menjaga kesehatan Anda.”
“Dalam situasi seperti ini, dengan cara apa pun, kita harus menghubungi Ibu kota. Jika kita membuat celah di antara formasi barisan musuh, pasti kita dapat melakukan sesuatu. Aku yakin sekali.”
“Iya. Pasukan musuh hanyalah sekumpulan rakyat tanpa displin, dan moral pasukan sedang naik. Jika kita mengapit mereka dari dalam dan luar kastil, kita pasti akan menang.”
Para staf perwira memuntahkan kata-kata yang bertentangan dengan isi hatinya. Tidak perlu konfirmasi lebih lanjut- Belta benar-benar telah ditinggalkan. Bala bantuan dari Ibu kota kerajaan pasti tidak akan datang. Ketika semua orang menunjukkan rasa simpati mereka kepada David, mereka juga merencanakan langkah yang akan mereka ambil untuk di masa mendatang. Mereka dikepung oleh pasukan yang berjumlah 60,000, hujan batu terus berdatangan dari atas kepala mereka, dan yang paling penting, parit yang mengelilingi Kastil Belta terus diisi dengan kantong-kantong berisi pasir.
Kastil ini tanpa ragu pasti akan jatuh. Jika mereka tetap melakukan apa yang mereka lakukan sekarang, mereka akan dianggap sebagai kaki tangan David, sebagai dalang pelaku pembantaian.–Masih ada waktu. Jika mereka berpindah afiliasi, mungkin mereka masih akan dianggap sebagai tahanan perang biasa.
Jika mereka dapat memastikan bahwa mereka akan tetap memiliki status sosial dan pangkat mereka, mereka mungkin akan mengabaikan Pasukan Pembebasan. Perbuatan-perbuatan baik mereka mungkin akan diperhitungkan: membuka lebar gerbang, membakar suplai makanan, dan lalu, menyerahkan kepala David.
Untuk melaksanakannya mereka memerlukan pasukan mereka sendiri. Mereka telah mempersiapkan fondasi untuk mendapatkan dukungan dari para Jenderal. Hal ini akan menjadi sesuatu yang berpacu dengan waktu. Semuanya akan sia-sia saja jika seseorang dari mereka berkhianat terlebih dahulu.
Kecuali Kepala Staf Perwira dan mantan Staf Perwira, tidak satu pun dari mereka yang berada di ruangan itu yang bersedia mati bersama David.
“………. Hari ini, pertemuan ini selesai. Kalian semua dibubarkan. Kerja yang bagus.”
“Pak-, kami permisi.”
David juga adalah seorang bangsawan yang telah bertarung di dalam perselisihan antar fraksi sampai akhir dan dapat merangkak naik hingga mencapai posisinya saat ini. Untuk memahami apa yang ada di dalam isi hati mereka itu seperti mengambil permen dari anak bayi. Dia tidak berencana untuk membiarkan mereka semua kabur. Dia akan membawa mereka ke neraka bersamanya. Ketika para staf perwira pergi meninggalkan rombongan David, dia berbicara kepada mantan Staf Perwiranya, Konrad.
“……….Kondrad. Mulai hari ini kau dibebas tugaskan sebagai Staf Perwira, dan kau akan diangkat kembali menjadi Perwira Militer. Aku akan memberikanmu instruksi untuk mengatasi masalah-masalah yang akan datang. Sampai saat itu tiba, kau akan memimpin polisi militer dan melakukan patroli di setiap gerbang dan gudang suplai. Tidak ada ampun bagi mereka yang melakukan tindakan yang mencurigakan. Tidak peduli siapapun orang itu, kau kuberikan hak untuk mengeksekusinya.”
“Siap, Pak!”
Mayor Konrad memberikan hormat. Sebagai orang militer yang dididik dari kecil, secara pribadi dia tidak mengerti hal-hal yang sulit. Dia hanya akan menjalankan perintah atasannya. Karena, setelah apa yang telah terjadi, dia tidak memiliki niat untuk merendahkan dirinya untuk mendapatkan belas kasihan dari musuhnya.
“….. Kepala Staf Perwira. Ini yang akan terjadi. Tugas yang kau emban akan semakin berat, maafkan aku, dan aku mohon.”
“Saya mengerti. Yang mulia dan saya akan berbagi takdir yang sama. Saya akan mengikuti Anda sampai akhir.”
Dia telah mempertaruhkan segalanya kepada David. Jika mereka akan kalah saat ini juga, dia telah membuat keputusan untuk menerima segala sesuatunya. Setelah semua yang dia lalui, dia tidak punya rencana untuk berpindah kepada sisi yang menang.
“……. Maaf, tapi biarkan aku istirahat sebentar. Hmph. aku tidak menyangka bahwa aku akan jatuh serendah ini. Tidak peduli seberapa tinggi sebuah menara, hanya butuh waktu sekejap untuk tumbang. Aku tidak bisa menertawai Sidamo jika seperti ini.”
Sambil disokong oleh Konrad, David kembali ke kamarnya. Masa-masa kejayaanya telah jatuh dan tercerai-berai dari tanganya. Sebagai gantinya, dia telah mendapatkan cap sebagai orang yang keji hingga ke generasi berikutnya. Seorang bangsawan keji yang telah membantai rakyat sipil. Bagaimanakah dia akan berakhir?
Dia tidak dapat berbuat apa-apa selain tertawa. Jika dia akan jatuh, maka dia ingin para pengkhianat itu menemui nasib yang sama sepertinya. Dia telah mendengar bahwa orang mati selalu mencoba untuk menarik orang hidup. Jika seperti itu, bukankah dia juga bisa menirunya? Untungnya, ada seseorang di bawah komandonya yang cocok untuk peran itu.
“……. Dewa Kematian, huh?
“Yang mulia David?”
“…… tidak. Tidak ada apa-apa.”
Dia merasa ada sabit besar yang mengalungi lehernya. Dia merasakan bahwa monster itu tidak sabar dan dengan gelisah menunggu waktu untuk menuai nyawanya. Sosok yang dia bayangkan itu adalah Schera Zade.
.
.
.
-
- Menara kepung:
- Menara kepung:
-
- Pelantak tubruk:
.
.
Terjemahan ini milik Centinni
Bergabunglah bersama kami di discord untuk mendapatkan update terbaru dan kesempatan untuk bertemu penerjemah favorit Anda ~
Jadilah bagian dari komunitas indonesia yang menyenangkan ~
Tautan discord: https://discord.gg/qHkcfMcKami juga membuka donasi via Gojek pay guys. Setiap Rp. 10.000 yang terkumpul, kalian akan dapat satu chapter ekstra. Dan kalian juga, jangan lupa tulis untuk buku apa kalian berdonasi yaa. Kode QR ada di halaman muka yaaa.
- Pelantak tubruk:
- Home
- The Girl Who Ate a Death God [Bahasa Indonesia]
- Chapter 16 - Jika Makanan Jatuh dari Langit, Pasti Itu Lezat
Donasi pada kami dengan Gojek!
