Eliza (I Reincarnated as a Noble Girl Villainess) [Bahasa Indonesia] - Chapter 5
- Home
- Eliza (I Reincarnated as a Noble Girl Villainess) [Bahasa Indonesia]
- Chapter 5 - Ini adalah latihan dasar
“Jangan biarkan sisimu terbuka!”
Bersamaan dengan suara marah yang tak kenal ampun, pedang kayuku terlempar dari tanganku. Partner latihanku, Gunther, dia tidak menahan dirinya sama sekali. Sambil memegang pergelangan tanganku yang masih mati rasa karena syok, aku mengucapkan terima kasih padanya dengan sopan.
Rashiok telah tumbuh sampai dimana dia baik-baik saja meskipun aku tidak mengawasinya setiap saat lagi, sekarang ini adalah akhir musim panas. Barak yang sedang dibangun untuk pasukan wilayahku berada tepat di sebelah kediaman Golden Hills telah selesai dibangun, Earl Terejia telah mengorganisir pasukan yang telah dia pekerjakan bersamaan dengan pasukan asli dari wilayahku ini. Sungguh sebuah bangunan yang bagus yang telah mereka bangun… rasanya seperti belum lama ini aku masih melihat konstruksinya dari jendelaku.
Tepat setelah pasukan dipindahkan ke barak, untuk alasan tertentu, Earl menyuruhku untuk mulai belajar bela diri. Untuk menanamkan fondasi untuk menggunakan pedang dan tombak padaku, menu latihan prajurit selama tiga bulan (untuk seorang bangsawan) telah dipersiapkan khusus untukku.
Tapi sungguh, aku ini kan perempuan. Aku bertanya-tanya, apakah mungkin Earl Terejia lupa jenis kelaminku.
Mungkin juga ini sebuah standar bagian dari pendidikan untuk bangsawan, jadi tidak ada yang salah tentang hal ini. Tidak ada masalah sih, tapi… masalah lainnya adalah aku merasa bahwa sekarang hidupku mungkin berada di dalam bahaya.
Setelah berpikir sejenak, aku memutuskan untuk tetap melakukannya.
Bangunan barak ini diputuskan dibuat agar supaya pasukan wilayah Kaldia bisa tetap ditempatkan di sini sepanjang waktu. Karena ini adalah pasukan milik Kaldia, prajurit-prajuritnya kebanyakan adalah penduduk wilayah ini. Artinya, diantara mereka masih banyak orang yang membenci ayahku sampai-sampai mereka ingin merebusnya hidup-hidup, mereka juga memasukkanku sebagai target kebencian mereka. Mereka membenciku hanya karena darah yang mengalir di tubuhku… mereka seperti orang-orang yang tidak beradab.
Aku pergi keluar dari kediaman untuk pertama kalinya. Untuk kejahatan berat, tempat dimana kau akan dicincang menjadi memori pertamaku dari tempat yang aku kunjungi di luar kediaman, jadi aku berpikir apakah ada yang namanya karma, aku berpikir seburuk apakah karmaku ini.
Yang lebih parahnya lagi adalah, lebih dari setengah pasukan wilayahku ini adalah bekas bandit. Aku berpikir apakah aku akan keluar dari latihan tiga bulanku hidup-hidup.
Paling tidak, Kamil dan Rashiok bersamaku sebagai pengasuh dan peliharaanku, tapi, jika aku terlalu dimanjakan oleh Kamil, mungkin saja hal itu bisa menyebabkan kepalaku terpisah dari tubuhku dalam waktu dekat, jadi aku cepat-cepat menarik kemampuanku untuk dapat bertahan hidup sendirian dari kehidupanku sebelumnya yang aku telah lupakan setelah aku bereinkarnasi.
“Jalan berbaris sebanyak sepuluh putaran di sini, dan jangan berpikir untuk bermalas-malasan!”
“Siap!”
“Apa kau masih ingat berapa-kali sudah ku bilang, gunakan suara dari perut ketika menjawab!”
“Siap, pak! Maaf!”
Teriakan-teriakan itu akhirnya berhenti setelah beberapa saat, ya mungkin bisa lebih buruk lagi.
Selama ini aku selalu seperti dikurung di dalam sangkar emas dan dibesarkan dengan sangat hati-hati, namun latihan ini membuatku muntah tiap malam dan membuatku bermandikan keringat dan berlumuran pasir dan lumpur. Sungguh sebuah hal yang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.
Meskipun sarapan dan santapan ringan untuk makan siangku dipersiapkan dengan baik untuku oleh para prajurit, pada malam harinya aku harus mempersiapkan makananku sendiri. Tampaknya hal ini adalah latihan yang biasa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan bertahan hidup ketika sedang berada di medan pertempuran.
Malam hari terasa panjang di Kaldia bagi prajurit rendahan yang tidak mendapatkan lilin. Karena aku selalu memuntahkan makananku selama latihan, pada malam hari aku selalu merasa kelaparan, tapi karena hal itu disebabkan oleh kelemahanku sendiri, aku dengan mati-matian mencari dan mengumpulkan apapun yang dapat dimakan. Dalam kehidupanku sebelumnya,aku tidak pernah bersusah payah untuk mencari makan, dan dikehidupan ini, aku dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga bangsawan yang juga tidak kekurangan harta, jadi sampai saat ini aku tidak pernah tahu betapa menyakitkannya rasa kelaparan dapat menjadi-jadi.
Kabar baik bagiku adalah Rashiok diperbolehkan untuk membantuku, karena mencari sesuatu yang dapat dimakan bagi anak berumur lima tahun sedikit di luar kemampuanku. Sisik-sisik mulai tumbuh di tubuh Rashiok, dan tubuhnya sekarang seukuran anjing kecil, dan dia senang dan menikmati waktu berburu makanan bersamaku. Setelah aku kembali ke barak, makanan yang telah aku kumpulkan akan diperiksa apakah itu dapat dimakan atau tidak, seorang pasukan yang sedang dalam latihan akan memeriksa beracun tidaknya makanan tersebut sendiri, jadi sepertinya aku diperlakukan istimewa dalam hal ini.
Tentu saja, setidaknya aku diajarkan dengan baik tentang racun yang dapat menyebabkan kematian dengan cepat.
Meskipun perutku rasanya seperti diremuk-remuk setiap malamnya, dan bahkan gelembung balon pun bisa membuatku terjungkal, paling tidak, suasana di dalam barak selalu tenang dan damai ketika aku berkunjung.
Bagi negeri yang kuat dan tidak ada perang, rasanya mereka memiliki tingkat yang tidak wajar dalam pentingnya latihan untuk mengumpulkan makanan. Aku berpikir, mungkin ini adalah warisan dari masa ketika mereka masih menjadi bandit dan kekurangan makanan… berani sekali mereka! Pasti ada yang salah di kepala mereka. Apa mungkin semangat orang-orang menjadi lembek karena perkembangan jaman atau mungkin mereka membuatku berlatih seperti ini karena ada yang salah dengan mereka, aku bingun yang mana yang benar.
Karena ada banyak jenis jamur beracun, hal itu menjadi pelajaran pertama yang tanamkan ke dalam otakku.
Burung-burung dan kelinci biasa dimakan oleh orang-orang di wilayahku, tapi tidak perduli seberapa banyak aku mencoba untuk berburu mereka bersama Rashiok, kami tidak bisa menangkap satupun.
Yang ada hanyalah katak kecil yang bisa dimakan, aku belajar bahwa mereka yang berukuran besar berada di dalam lumpur. Telur mereka sih seharusnya bisa dimakan, sayangnya ini bukanlah musim untuk mereka bertelur.
Ular-ular yang aku bisa cari rata-rata berukuran besar, dan belakangan ini aku disuguhi seekor ular salju. Karena mereka adalah mangsa utama bagi Draconis, nilai nutrisinya pasti sangatlah tinggi.
Kebanyakan dari laba-laba, bahkan yang beracun sekalipun, dapat dimakan setelah dimasak.
Karena banyak tanaman herbal yang sangat beracun dan berbahaya bagi pencernaan, memakan itu semua hanyalah untuk langkah terakhir.
Aku mengumpulkan berbagai jenis buah-buahan dari berbagai pohon, kebanyakan sih bisa dimakan. Karena buah-buahan yang kumakan akan keluar lagi dengan betuk yang persis ketika aku muntah, aku menyerah untuk memakan ini.
Yang paling gampang ditangkap olehku adalah kadal. Kekurangannya adalah kadal-kadal tersebut harus dimasak dengan benar sampai matang di atas api untuk mencegah berbagai parasit, tapi ya, aku sekarang belajar dengan tubuhku sendiri bahwa manusia itu memang benar-benar omnivora.
Karena hasil berburuku tidak juga membaik akhir-akhir ini, hari sebelum kemarin, aku mencoba untuk merebus rumput di dalam air garam, dan kemarin aku juga menemukan jangkrik yang bukan musimnya, aku juga mencoba berbagai rerumputan yang tumbuh diberbagai tempat. Siapa yang menyangka bahwa ternyata rumput Pampas muda dapat dimakan….
“Charlie belum pernah pergi ke sungai, hah. Ada banyak serangga, ular dan tanaman di sana, dan kalau kamu mau coba, kamu bisa aja nangkep ikan di sana.”
“Kalau ada yang bilang bahwa bocah kotor ini adalah bangsawan, sepuluh dari sepuluh orang nggak mungkin ada yang percaya.”
Semua prajurit dalam latihan memanggilku Charlie. Kamil pasti menyebarkan hal ini tanpa sepengetahuanku, atau mungkin juga ini adalah sebuah nama kuno untuk suatu hal di wilayah ini. Aku tidak tahu apakah nama ini adalah hinaan atau bentuk kasih sayang. Aku berpikir apakah mereka melampiaskan kebencian mereka terhadap kaum aristokrat karena aku adalah gadis bangsawan, atau mereka akrab denganku karena kita semua adalah teman seperjuangan dan berada dalam latihan ini bersama-sama, berbagi makanan yang sama.
Di suatu hari mereka bersikap sedingin es padaku, dan pada harinya mereka bersikap hangat padaku bahkan seperti menganggapku anak mereka sendiri. Emosi dan perasaan manusia sangatlah rumit bahkan sampai sekarang aku tidak bisa memahaminya.
“Sungai, huh… Charlie, ku pikir kau tau sudah mengetahui hal ini, tapi jika kau pergi ke sana, bawalah Kamil bersamamu.”
“Benar. Kalau nggak kamu bakalan tersesat dan nggak bisa pulang, terus nangis deh.”
Para orang dewasa ini memperlakukanku seperti anak kecil dengan bahasa mereka, dan para prajurit yang sedang berlatih menjadi riuh dengan candaan mereka ini. Ya, faktanya secara teknis aku masih anak-anak, jadi aku hanya mengangguk tanpa memusingkan apa yang mereka katakan, dan seperti biasanya, pesona dari seorang anak yang dicintai, yang tidak dimiliki oleh orang-orang ini, bisa membuat kebanyakan dari mereka diam keheranan.
Aku tidak bermaksud menyalahkan siapapun, namun, meskipun aku telah beradaptasi dengan kehidupan di barak, aku masih belum pernah pergi keluar dari wilayah yang berada langsung di bawah kekuasaan Kaldia. Tanah yang berada langsung di bawah kekuasaan termasuk sebagian kecil dari hutan dan sebuah kolam. Aku belum pernah pergi cukup jauh ke titik di mana barak dan kediaman tidak dapat terlihat lagi, karena aku merasa bahwa lebih baik untuk tetap berada dalam pengawasan orang dewasa, aku dapat langsung minta tolong jika terjadi sesuatu.
“Oh, bukannya ini waktunya buat anak ini tidur? Kau bakal dihajar habis-habisan lagi ama Gunther pagi esok tahu?”
Seorang yang paling tua diantara prajurit sedang dalam masa latihan, yang biasanya tidak pernah bicara banyak, tiba-tiba berkata dengan keras, dan membuat yang lain tertawa. Setiap harinya setelah sarapan, adalah waktunya bagi semua untuk membantu di ladang yang berada disekitar area yang berada berada di bawah kendali langsung, selain aku yang hanya menjadi beban bahkan jika aku pergi ke ladang karena kemauanku sendiri, jadinya aku berlatih ilmu pedang di bawah instruksi Gunther. Pedangku selalu terlempar dari tangan belasan kali, lalu setelah itu aku mendapatkan latihan bela diri dan babak belur, meskipun tidak sampai terlalu parah. Ini adalah rutinitas harianku.
Karena aku kecapekan dan didorong hingga keambang batas oleh Gunther tiap harinya, aku dapat merasakan prajurit yang lain menjadi lebih ramah padaku. Setelah mereka melihat putri musuh mereka dihajar dan berguling-guling di tanah, mungkin amarah mereka sedikit mereda.
“Itu benar. Aku akan tidur sekarang, selamat malam semuanya.”
Aku mengucapkan selamat malam dengan sopan dan meringkuk di atas tempat tidur jeramiku. Disaat aku berbaring, saat itu juga aku dapat merasakan kesadaranku hilang dan aku langsung tertidur.
- Home
- Eliza (I Reincarnated as a Noble Girl Villainess) [Bahasa Indonesia]
- Chapter 5 - Ini adalah latihan dasar
Donasi pada kami dengan Gojek!
