Eliza (I Reincarnated as a Noble Girl Villainess) [Bahasa Indonesia] - Chapter 46
- Home
- Eliza (I Reincarnated as a Noble Girl Villainess) [Bahasa Indonesia]
- Chapter 46 - Pertempuran Bertahan di Benteng Jugfena (4)
“Aku tidak bisa membaca niat musuh dengan baik. Aku pikir tentara Densel pastinya menyadari bahwa kita meninggalkan Benteng Jugfena… ·Tapi kemana mereka pergi setelah meninggalkan kamp mereka dan meninggalkan umpan orang – orangan sawah di belakang…”
“Memang, rasanya mereka sedang merencanakan sesuatu.”
Faktanya, aku tidak bisa memikirkan apapun selain ini adalah semacam jebakan. Kami mengobrol sambil mencoba untuk melihat Great Plains yang menjadi kamp mereka, dan Ergnade setuju denganku bahwa ini semacam jebakan.
“… Aku akan memberi perintah pada ksatriaku dan pergi memeriksa kamp mereka. Semuanya, bersiap disini.”
“Bukankah itu berbahaya tidak melakukan apapun disini sementara kita masih belum tahu niat dari musuh?”
“Memang benar, tapi saat ini kita berada di Great Plains yang bisa melihat sekeliling kita dengan mudah. Seharusnya masih aman untuk mendekat ke kemah musuh. Kau harus kembali sekarang ke formasi sayap kiri, dan melanjutkan rencana awal untuk tentara domainmu bertugas melindungi suku Shiru dari penyerang yang mengejar mereka begitu mereka terlacak. Apakah aku bisa memintamu untuk menjelaskan situasi terkini pada kapten pasukan Frank juga?”
Ketika aku mendengar dia menyebutkan pasukan Frank, perasaan pahit terhadap wakil kapten pasukan Frank muncul di dalam diriku saat aku mengingat pertemuan kami dengannya tadi. Tidak ada gunanya menyampaikan pesan pada seseorang yang tidak mau mendengarmu.
… Dia yang mengabaikan pesanku pada situasi ini, adalah pelanggaran serius yang harus diselesaikan ketika semua ini berakhir. Setidaknya, dia bisa dituduh karena tidak hormat pada bangsawan, aku ingin tahu apakah wakil kapten berjanggut putih masih bisa mempertahankan posisinya di benteng setelah itu.
“Aku mengerti.”
Aku menelan kembali perasaanku dan mengangguk. Lalu, aku tiba – tiba merasa melayang lagi saat Ergnade sekali lagi mengangkatku.
“Gadis baik. Jaga dirimu.”
Dia berbisik padaku dengan sikap yang sangat baik saat dia menurunkanku ke atas kudaku. Dengan begitu, sekali lagi aku duduk di depan Paulo, tentara muda, yang sedang kesulitan mengendalikan kudaku seorang diri.
Aku segera mengambil kendali saat kudaku meringkik dan sedikit berdiri. Saat aku mengambil kendali dan mulai bergerak untuk kembali, aku mengintip ke arah Ergnade.
Dia sudah tidak terlihat dimanapun.
Aku menuju barisan depan pasukan Frank. Karena pasukan formasi tengah telah berhenti bergerak, dan tampaknya pasukan sayap lain sedikit bingung mengenai apa yang sedang terjadi.
“Apakah kapten pasukan Frank disini?”
Wakil kapten mereka yang datang ke pasukan barusan, jadi aku pikir kemungkinan besar kapten mereka juga berada di barisan depan, tapi sekali lagi wakil kapten berjanggut putih yang datang untuk menyambutku. Wakil kapten tersenyum padaku, dan bertanya, “Ada apa?”
“Ini perintah dari Ergnade – sama, untuk menghentikan pasukanmu. Seluruh tentara untuk saat ini harus bersiaga. Dimana kaptenmu?”
“Jika kau bertanya mengenai kaptenku, dia baru saja pergi ke tentara Kaldia?”
“Apa?”
Karena aku mendengar sesuatu yang tidak terduga, aku tidak bisa menahan untuk merespon dengan gaya yang memalukan. Apa yang sebenarnya kapten pasukan Frank inginkan dari tentaraku?
Aku melihat secercah kebencian dari senyum wakil kapten.
“Baru saja, kapten kami menyadari Viscountess Kaldia pergi ke suatu tempat. Karena kami tidak bisa memiliki pasukan tanpa pemimpin, jadi kapten menuju kesana untuk menjadi komandan pengganti sebagai penggantimu. Bagaimanapun, sudah cukup terkenal bahwa tentara Kaldia adalah tentara tingkat rendah yang tidak terorganisir yang bahkan tidak memiliki pangkat militer.”
“…”
Dengan anak kecil sebagai musuhnya, dia berkata dengan gembira hal mendasar tersebut dengan kebencian yang terus terang, bahkan tidak mencoba untuk menyembunyikannya. Dihadapkan dengan keburukannya, aku hanya bisa merasakan aku tidak mau berurusan dengannya lebih lama daripada yang seharusnya.
“Aku pikir tentara kami memang lebih tinggi daripada di bawah kepemimpinan yang tidak kompeten yang bahkan tidak bisa menilai situasi di medan perang dengan akurat.”
Paulo yang duduk di belakangku tiba – tiba ikut campur dengan komentarnya. Itu sungguh tiba – tiba dan dia mengatakannya dengan cukup keras.
Senyum menjijikkan dari wakil kapten berjanggut putih akhirnya menghilang.
“Apa…?”
“Merendahkan seseorang hanya karena dia anak kecil, memiliki otak bodoh, dan selera buruk karena mengolok – olok bangsawan, aku pikir itu luar biasa bahwa tidak ada orang sepertimu di tentara Kaldia.”
Hal yang ingin aku sampaikan pada wakil kapten, Paulo telah mengatakannya untukku tanpa khawatir pada konsekuensinya, menyemangati dengan sangat baik. Mungkin dia begitu tegang dari kemungkinan menghadapi pertempuran untuk pertama kalinya dan dia melupakan tempatnya.
Aku tidak merasa ingin menemani wakil kapten yang wajahnya memerah lebih lama, dan aku membalikkan kudaku untuk pergi. Saat kudaku mulai berlari, hal yang mudah untuk memberi jarak antara aku dengan wakil kapten dalam waktu yang singkat.
Wakil kapten, yang bereaksi cukup lambat, mengangkat lengannya tanpa alasan, yang aku tidak lihat. Yah, aku mungkin terlalu kesal untuk memikirkan apa yang dia maksudkan dengan itu.
Lalu, aku bertanya – tanya apa yang sedang pasukanku lakukan. Berdasarkan wakil kapten, kaptennya seharusnya berada dengan pasukanku sekarang. Aku ingin tahu seperti apa kapten mereka, mengapa aku tidak melihatnya sendiri.
“Aku sungguh minta maaf, aku tiba – tiba menginterupsi tuanku di tengah percakapanmu.”
Saat kami meninggalkan pasukan Franks, Paulo yang duduk di belakangku meminta maaf karena sikap tidak sopannya. Karena aku merasa apa yang dia katakan lucu, itu benar – benar menghapuskan semua keteganganku.
“Tidak masalah. Aku merasa telingaku menjadi kotor karena mendengarkan kotorannya.”
Saat kami melanjutkan perjalanan kami, Paulo tertawa terbahak – bahak.
“Jadi itulah yang tuan pikirkan. Seperti yang aku perkirakan, kau bahkan terlihat lebih dewasa daripada aku.”
Ketika aku kembali ke pasukanku, pasukanku sedang berbaris maju, sementara aku bisa mendengar Gunther berteriak marah pada seseorang.
“Seperti yang aku katakan, bukankah kau dengan egois memutuskan sendiri untuk mengambil alih! Viscountess Kaldia sendiri yang berkata aku bisa mengambil komando disini!”
“Keributan apa ini, Gunther?”
Saat aku menutupi telingaku sedikit untuk melindungi mereka dari teriakan kuat Gunther, aku memanggil Gunther.
“…Oh, ahh, tuanku. Waktu yang tepat. Apa kau bisa menyingkirkan orang ini?”
Ketika Gunther berbalik dan menatapku, aku bisa melihat ekspresinya yang putus asa. Karena Gunther mencapai titik didihnya dengan mudah dan lebih suka menggunakan tinjunya ketika marah, dia benar – benar menunjukkan pengendalian diri yang cukup banyak. Ini pastinya karena peringkat orang yang sedang berurusan dengannya.
“Ahh, Viscountess Kaldia. Aku lihat kau sudah kembali, selamat datang.”
Berdiri di samping Gunther yang sedang memberengut adalah seseorang yang berbicara dengan suara riang yang berlebihan yang tampak tidak pada tempatnya di medan perang. Menatapnya, aku melihat pria paruh baya yang bertubuh tegap yang wajahnya mengingatkanku pada reptil. Dia pastinya adalah kapten pasukan Frank.
“…Gunther, ada perintah dari Ergande – sama agar pasukan berhenti maju. Seluruh pasukan harus dalam keadaan siaga.”
Aku mengabaikan bahasa berbunga – bunga dari kapten dan segera memberi Gunther perintah, dan Gunther mendesah, berkata akhirnya sambil mengeluarkan pedangnya dan mengangkatnya untuk memberi perintah. Bola mata kapten bergerak ke segala arah saat menyaksikan kami.
“Hentikan pawai!”
Semua tentaraku tiba – tiba berhenti. Bagaimanapun, tentara Kaldia cukup sedikit. Salah satu keuntungannya adalah mengomando mereka cukup mudah.
Kapten yang datang kesini dengan dalih mengambil komando karena kurangnya kemampuan komando di tentara Kaldia, memiliki ekspresi cukup bosan di wajahnya saat menonton kami.
- Home
- Eliza (I Reincarnated as a Noble Girl Villainess) [Bahasa Indonesia]
- Chapter 46 - Pertempuran Bertahan di Benteng Jugfena (4)
Donasi pada kami dengan Gojek!
