Eliza (I Reincarnated as a Noble Girl Villainess) [Bahasa Indonesia] - Chapter 11
- Home
- Eliza (I Reincarnated as a Noble Girl Villainess) [Bahasa Indonesia]
- Chapter 11 - Latihan Baris Berbaris (part 2)
Walau bagaimana pun juga, Marquis Rittergau adalah kakak Earl Terejia. Aku berpikir, kenapa aku belum pernah mendengar bahwa mereka berdua adalah saudara sambil mencubit pipi kananku dan memikirkan hal itu berulang kali.
Senior Marquis Rittergau. Seorang bangsawan kelas atas yang juga merupakan Perdana Menteri dari Kerajaan Arxia, dan juga merupakan kepala dari keluarga Terejia. Seorang aristokrat yang namanya langsung diberikan oleh raja.
…… Jadi adiknya adalah Sang Earl. nampaknya waliku didukung oleh orang yang cukup memiliki pengaruh di belakangnya. Karena Keluarga Terejia adalah sebuah keluarga yang besar yang memiliki sebelas cabang keluarga, aku pikir bahwa orang yang yang dikirim ke daerah terpencil seperti ini hanyalah seseorang yang berasal dari cabang keluarga yang kecil.
Meskipun dia adalah adik kandung dari kepala keluarga, sang Earl tidak membuat cabang keluarganya sendiri, ataupun memiliki wilayah kekuasaannya sendiri meskipun dia adalah orang yang sangat berbakat, rasanya ada sesuatu yang harus ku khawatirkan jika ini masalahnya. Meskipun begitu, aku tidak akan berbuat gegabah dan mencoba mencari tahu situasi yang sebenarnya. Yang harus ku lakukan hanyalah melupakan semuanya, karena bagaimanapun juga, aku hanya memiliki kekuatan yang terbatas. Apapun masalah Keluarga Terejia, itu semua tidak ada hubungannya denganku.
Ya, aku mengangguk pada diriku dan memutuskan untuk melakukan hal kupikirkan tadi, aku mendengarkan percakapan antara dua saudara Terejia dengan patuh. Semua yang dibicarakan adalah hal-hal yang menarik dan tidak membosankan sama sekali, namun fakta bahwa mereka tidak membicarakan hal yang penting atau apapun itu adalah sesuatu hal yang mengerikan dari dua bersaudara tua ini. Dalam percakapan ini, salah satu pihak akan memberikan respon yang elegan kepada lawan bicaranya yang tidak menyinggung pihak tersebut, dan dalam percakapan ini tidak ada tempat bagiku untuk menyela. Namun, hal ini sangat mendidik bagiku untuk mengasah kemampuanku untuk bercakap.
Sebagai kakak dari sang Earl, umur dari Marquis Rittergau dapat dibilang luar biasa dalam Kerajaan Arxia, dan kehadiran dan sikapnya sangatlah luar biasa. Aku merasa para petinggi dari masyarakat kelas atas Arxia membuat sang orang tua bekerja terlalu keras. Nampaknya dia berkunjung dari Ibu Kota Kerajaan selama dua hari, dan dia akan kembali besok hari.
Meskipun aku tahu bahwa seorang perdana menteri mungkin tidak memiliki banyak waktu luang, bukankah akan lebih baik bagi tubuhnya jika dia bekerja lebih sedikit dan lebih banyak rileks. Akan tetapi, karena perangainya, mungkin dia akan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang menyusahkan.
– Malam itu. Marquis Rittergau, seperti yang sering dilakukan oleh saudaranya, mendekatiku ketika aku berdiri di dekat jendela. Langit yang dipenuhi bintang terlihat aneh dilihat melalui kaca patri tebal yang tidak berwarna.
“Apakah Anda tidak merasa dingin, Viscountess Kaldia?”
Memanggilku dengan “Viscountess Kaldia” sambil tidak mengetahui apa yang dia inginkan, hal ini cukup membuatku bergidik dan membuatku tegang.
“Hal ini bukan masalah bagi saya. Karena saya masih anak-anak, temperatur tubuh saya jauh lebih hangat. Jika saya merasa kedinginan, saya hanya tinggal menyuruh pelayan untuk menyalakan api.”
“Saya akan sangat berterima kasih atas hal itu. Tulang-tulang saya yang sudah renta sangat rentan terhadap dingin.”
Meskipun dia berkata demikian, Marquis Rittergau sepertinya tidak bermaksud untuk pergi. Aku berpikir apakah dia memiliki sesuatu hal yang ingin dibicarakan kepadaku. Meskipun aku masih anak-anak, hal apa yang ingin dikatakan oleh orang yang super berpengaruh seperti Marquis Rittergau padaku?
Aku tidak dapat menyembunyikan keteganganku. Lebih baik jika aku tunjukkan saja daripada berpura pura bersikap normal. Karena aku hanya anak kecil berusia enam tahun, mungkin dia berpikir “dia merasa canggung untuk bagaimana bersikap dengan orang dewasa yang memiliki pengaruh penting.” Sang Marquis tidak memandang ke araku, namun melihat langit yang terdistorsi di luar kaca.
“……. Menurut Anda, apa itu bangsawan?”
Dia bertanya kepadaku setelah lama berdiam. Kaum bangsawan di kehidupanku sebelumnya, hal itu bukanlah sesuatu yang penting lagi. Namun nasibku yang sekarang, kehidupanku didukung dan terancam karena hal ini.
Jadi apakah bangsawan itu, aku bertanya-tanya. Apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukan hal itu, dan apa itu. Aku juga ingin tahu semua hal itu.
“…… Aku tidak tahu.”
Meskipun aku berusaha untuk memikirkan hal itu selama sepuluh detik, aku tidak dapat memikirkan respon yang sesuai. Lagipula, posisiku saat ini seperti seakan-akan aku melayang di luar angkasa. Seperti hantu dalam masyarakat kelas atas, apapun yang ku katakan, hal itu tidak akan memiliki bobot ataupun pengaruh apapun.
“Jadi Anda mengakui ketidaktahuan Anda sendiri? …….sungguh hal yang bijak untuk mengetahui batasan diri sendiri. Ada banyak sekali orang-orang di luar sana yang tidak menyadari kebodohan dari pengetahuan mereka.”
Aku juga tidak tahu jawaban dari pertanyaan itu sendiri, itu yang aku dengar dari bisikan yang keluar dari mulutnya.
- Home
- Eliza (I Reincarnated as a Noble Girl Villainess) [Bahasa Indonesia]
- Chapter 11 - Latihan Baris Berbaris (part 2)
Donasi pada kami dengan Gojek!
