Divine Doctor: Daughter of the First Wife [Bahasa Indonesia] - Bab 20
- Home
- Divine Doctor: Daughter of the First Wife [Bahasa Indonesia]
- Bab 20 - Ayah Ternyata Berperasaan dan Adil
Feng Zi Rui tidak mengerti dan dengan sedih bertanya: “Mengapa?”
Yao shi menjelaskan kepadanya: “Karena di dalam istana ini, kalian berdua hanya memiliki satu ibu, dan itu adalah Chen shi. Tidak hanya kalian berdua, tetapi semua anak di kediaman Feng hanya memiliki satu ibu. ”
Feng Zi Rui masih tidak mengerti tetapi tidak bertanya lagi. Dia menundukkan kepalanya dan menggembungkan pipinya sambil cemberut.
Yao shi menoleh dan memohon pada Feng Yu Heng, “A-Heng, sebagai kakak, kau tidak bisa bertindak seenaknya. Setidaknya bersikaplah sopan di depan orang lain. ”
Feng Yu Heng mengangguk menandakan dia mengerti. Tindakan Yao shi ini sudah merupakan kemajuan besar. Dia tidak bisa memintanya untuk segera berubah terlalu banyak.
“Zi Rui.” Dia menepuk kepala anak itu, “Kita selalu hanya memiliki satu ibu, tetapi di depan orang-orang kita harus sopan. Itu saja. Untuk saat ini, panggil orang itu ibu. Cepat atau lambat, suatu hari akan tiba di mana kita tidak akan diperlakukan seperti ini Lagi. ”
Feng Zi Rui suka mendengarkan kakaknya yang sekarang banyak berbicara, terutama setelah meninggalkan desa. Di bandingkan dengan sebelumnya nampaknya sangat berbeda. Anak-anak kecil tidak tahu bagaimana menggunakan kata-kata untuk menggambarkan suasana hatinya, tetapi dia berpikir kakaknya menjadi lebih ganas. Dia lebih mengaguminya.
Dia mengangguk dengan tegas, “Zi Rui akan mendengarkan semua yang kakak katakan. Kami akan sopan dan memanggil orang itu ibu untuk saat ini. Itu saja.”
Feng Yu Heng merasa terhibur dengan ekspresi Zi Rui. Melihat anak-anaknya, Yao shi, sekali lagi, merasa bangga.
Dia merasa jiwanya hilang ketika sedang berjalan menuju halaman Willow. Dia kemudian sadar seakan-akan ada yang mendorong perubahan halus dalam pola pikirnya. Saat ini, perubahan halus itu mulai berkembang perlahan. Seolah-olah ada semacam kekuatan yang memyemangatinya untuk merasakan kehidupan yang tidak berani ia jalani sebelumnya. Itu membuat dia berharap dan senang dengan perubahan Feng Yu Heng.
Tidak lama kemudian, nenek Sun kembali bersama nenek Li, Man Xi dan Bao Tang.
Wajah Nenek Sun terlihat tenang, sementara tiga pelayan di belakangnya membawa nampan. Diatas baki terdapat mangkuk dan sumpit, mengingatkan mereka bahwa sudah waktunya makan siang.
Nenek Li memasang senyum profesional di wajahnya saat memasuki ruangan dan memberi isyarat kepada kedua gadis itu untuk meletakkan mangkuk dan sumpit di atas meja. Lalu dia berkata kepada Yao shi: “Selir Yao, silahkan makan.”
Mereka melihat ke arah piring, dan Yao shi mengerutkan kening, sementara Feng Zi Rui terpana, tidak berani memercayai matanya. Feng Yu Heng langsung tertawa dengan nada marah.
Apa yang dibawa ke sini? Makanan untuk manusia?
Mangkuk kecil yang isinya nasi tidak sampai setengah mangkok; selanjutnya, nasinya masih terbungkus kulit arinya. Sepiring lobak rebus yang di cincang, selada mentah dan semangkuk sup hanya dengan dua batang sayuran. Tidak ada setetes minyak, atau sepotong daging pun bisa terlihat.
Melihat ketiga tatapan kosong saat hidangan disajikan, nenek Li tersenyum pada dirinya sendiri.
Ada banyak cara berurusan dengan orang-orang di dalam kediaman tanpa menggunakan kekerasan atau kutukan, beberapa cara ada yang secara khusus membuat orang mati. Nona kedua baru berusia dua belas tahun. Penampilan tegas sebelumnya hanya cukup untuk menggertak anak seperti nona keempat. Melihat situasinya, bagaimana mungkin dia, yang telah diperlakukan dengan baik seumur hidupnya, takut terhadap seorang anak?
Man Xi dan Bao Tang juga mengamati dengan cermat ‘tuan’ mereka. Mereka menahan kegembiraan mereka dan menunggu nona kedua mulai menangis tersedu-sedu. Lagipula, nona kedua yang bisa diintimidasi lebih mudah ditangani daripada nona kedua yang menakutkan seperti sebelumnya.
Feng Yu Heng mengerjap beberapa kali lalu tiba-tiba meraih tangan nenek Li. Nenek Li begitu ketakutan, dia mundur beberapa langkah dan sangat ingin menarik tangannya; Namun, dia merasa kekuatan nona kedua itu tidak seperti biasanya. Kedua tangannya seperti baja, dengan kuat menahannya tetap di tempat. Tidak peduli apa, dia tidak bisa menarik tangannya kembali.
“Nona kedua.” Nenek Li mulai merasa takut. “Apa maksud nona kedua dengan ini?”
Melihat Feng Yu Heng, dia memang memiliki wajah tertekan yang hampir menangis. “Para selir dari bangsawan Feng diberi makan ini? Bagaimana seseorang menelan makanan seperti ini? ”
Nenek Li menghela nafas lega, dia mengalah.
Tapi Yao shi dan Feng Zi Rui bersama nenek Sun telah bersama Feng Yu Heng sepanjang waktu. Mereka memahami kepribadiannya dengan sangat baik. Mereka tidak percaya bahwa Feng Yu Heng akan berhenti sampai di masalah hidangan ini saja. Skenario terburuk, dia punya trik jahat lain. Bahkan, mereka sedikit tertarik untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.
Benar saja, perasaan bahagia yang ketiga pelayan mulai rasakan dengan cepat hilang, ketika Feng Yu Heng melanjutkan: “Aku awalnya berpikir bahwa ayah mengasingkan kami ke desa di pegunungan karena dia tidak menginginkan kami. Ternyata dia sedang menjaga kesehatan kami. ”
- Home
- Divine Doctor: Daughter of the First Wife [Bahasa Indonesia]
- Bab 20 - Ayah Ternyata Berperasaan dan Adil
Donasi pada kami dengan Gojek!
