Divine Doctor: Daughter of the First Wife [Bahasa Indonesia] - Bab 119.2
- Home
- Divine Doctor: Daughter of the First Wife [Bahasa Indonesia]
- Bab 119.2 - Undangan untuk Menghadiri Perjamuan di Istana
Hal semacam ini merupakan kewajiban bagi Yao Shi. Maka Yao Shi-pun dengan cepat berdiri dan mematuhinya.
Melihat ekspresi Feng Xiang Rong yang terlihat gugup namun bersemangat, Feng Yu Heng merasa bahwa hal ini cukup menarik. Melihat Feng Chen Yu, yang berada di seberangnya, dan ekspresi Feng Chen Yu yang terlihat sedih itu, Feng Yu Heng juga merasa terhibur. Karena itu Feng Yu Heng memutuskan untuk memanas-manasi Feng Chen Yu, “Aku mendengar bahwa dalam perjamuan makan ini tidak hanya dihadiri oleh para wanita bangsawan dan juga para pejabat. Semua Pangeran juga akan hadir dalam perjamuan ini. Aku juga mendengar bahwa tidak akan ada pemisahan antara tamu pria dan tamu wanita, dan mereka semua akan duduk bersama.”
“Betul sekali.” Nenek Besar menjelaskan, “Karena ‘Perayaan Pertengahan Musim Gugur’ ini adalah hari persatuan, maka tidak ada aturan pemisahan seperti itu. Perjamuan ini seperti pesta Tahun Baru, tamu laki-laki dan perempuan tidak dipisahkan menjadi dua kelompok.”
Feng Yu Heng dengan hati-hati mendengarkannya kemudian berkata dengan nada yang sangat memancing, “Selain Pangeran Yu dan Pangeran Chun, yang sering aku temui, dan Pangeran Xiang yang muncul di pemakaman Ibu, aku belum pernah melihat Pangeran yang lain!”
Feng Xiang Rong juga merasa tidak tahan lagi dan ikut bergabung dalam percakapan itu, dan diam-diam bertanya: “Berapa banyak Pangeran yang ada di istana?”
“Aku sudah mengetahuinya.” Feng Yu Heng menaikkan volum suaranya, “Pangeran Yu adalah yang termuda, maka seharusnya ada sembilan orang Pangeran. Tidak ada putri. Putri Kekaisaran Wu Yang adalah putri satu-satunya dalam keluarga Xuan.”
Nenek Besar mengangguk, “A Heng benar. Kau akan pergi ke Istana. Memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai keluarga Kekaisaran juga bagus. Dengan cara ini kau tidak akan terlihat tidak peduli dan tidak membuat keluarga Feng kehilangan muka.”
Feng Xiang Rong dengan cepat berdiri dan memberi hormat, “Ajaran Nenek benar. Xiang Rong pasti akan belajar sebanyak mungkin dari Kakak Perempuan Kedua dan Ibu Selir Yao. Xiang Rong tidak akan membuat keluarga Feng kehilangan muka.”
Nenek Besar merasa sangat puas dan melambaikan tangannya, “Jika demikian mari kita membubarkan diri. Kembali dan persiapkan semuanya dengan baik. Jika dipikir-pikir, tidak banyak hari yang tersisa.”
Semua orang berdiri secara bersamaan dan memberi hormat kepada Nenek Besar.
Sementara Feng Yu Heng berjalan menuju ke halaman, Feng Yu Heng bercakap-cakap dengan Feng Xiang Rong, akan tetapi suara Feng Yu Heng terdengar sedikit lebih keras, “Xiang Rong, tahukah kau? Membicarakan mengenai hal itu, semua itu sangatlah lucu. Jangan melihat bagaimana Yang Mulia Pangeran Chun selalu mengenakan pakaian berwarna putih ataupun pakaian berwarna terang dan berpenampilan menarik. Pada kenyataannya, aku mendengar bahwa warna kesukaan Yang Mulia Pangeran Chun adalah warna merah! Yang Mulia Pangeran Chun terutama menyukai gadis yang mengenakan warna merah. Para gadis yang mengenakan warna merah selalu dapat membuat Yang Mulia Pangeran Chun merasa tertarik dan memperhatikan mereka sedikit lebih lama lagi.”
Feng Xiang Rong adalah anak yang sangat bersungguh-sungguh. Feng Xiang Rong merasa bahwa Feng Yu Heng mengatakan hal yang sebenarnya, maka Feng Xiang Rong tidak bisa tidak mulai membicarakan mengenai hal itu.
Kedua saudari perempuan itu berjalan dan bercakap-cakap, dan kata-kata yang mereka ucapkan sampai ke telinga Feng Chen Yu.
Merah, Pangeran Ketujuh menyukai warna merah!
Pada saat ini, dalam pikiran Feng Chen Yu terus saja terngiang-ngiang kata-kata itu, yang perlahan mulai mengakar dan tumbuh dalam benak Feng Chen Yu. Setelah terhasut oleh kata-kata Feng Yu Heng itu, Feng Chen Yu mengirim Yi Yue ke Gedung Ming Yue untuk membuat janji dengan Putri Kekaisaran Qing Le pada malam itu.
===
Feng Yu Heng menyeret Feng Xiang Rong dan An Shi ke paviliun Tong Sheng. Bersama dengan Yao Shi, Feng Yu Heng menyeret mereka semua ke halaman rumahnya.
Huang Quan mengeluarkan dua set pakaian, dengan beberapa orang pelayan yang memegang pakaian itu untuk diperlihatkan kepada mereka.
Salah satu dari pakaian itu adalah gaun panjang yang terbuat dari sutra awan halus dan yang lainnya adalah jubah yang terbuat dari brokat biasa. Matahari Musim Gugur bersinar dengan tepat, sehingga menyebabkan dua potong pakaian yang berharga itu tampak bersinar terang, dan langsung mengubah halaman kecil itu menjadi pemandangan yang mempesona. Pemandangan itu terlalu menyilaukan bagi orang untuk melihatnya secara langsung, tetapi mereka juga enggan untuk berpaling.
Bukan hanya An Shi dan Feng Xiang Rong, bahkan Feng Yu Heng sendiri juga merasa bahwa pakaian itu terlalu indah. Tidak heran jika masyarakat jaman dulu menganggap kain ini sebagai harta negara. Ketika kain itu dibiarkan tergeletak begitu saja, maka kain itu tidak tampak merupakan sesuatu yang istimewa, tetapi sekarang setelah dibuat menjadi pakaian, maka akan terlihat bahwa kain itu sebenarnya sangat mempesona.
Di bawah sinar matahari, sutra awan halus tampak seperti sesuatu yang fana. Apakah itu asap ataukah kabut, sutra awan halus itu terlihat mistis. Huang Quan berkata, “Di bawah sinar bulan, sutra awan halus ini memantulkan cahaya dengan cemerlang seolah-olah sutra awan halus ini adalah permukaan air.”
Melihat pakaian yang terbuat dari brokat biasa di siang hari itu, pakaian itu langsung menyentuh hati. Tidak peduli seberapa mudah seseorang merasa tersinggung, ketika melihat pakaian ini, mereka akan langsung merasa tenang. Huang Quan kemudian berkata, “Ketika malam tiba, siapapun yang melihat pakaian ini akan merasa sangat senang melakukan apapun yang diinginkan oleh pemakainya. Jika keinginan itu adalah keinginan yang aneh, maka keinginan itu akan melahirkan harapan di dalam hati mereka, tetapi harapan itu tidak akan menyebabkan sesuatu yang berlebihan.”
Kain ini adalah harta negara.
An Shi tidak tahu bagaimana harus berterima kasih kepada Feng Yu Heng. An Shi hanya menarik Feng Xiang Rong dan berkata, “Nona Muda Kedua terlalu baik. Kami Ibu dan anak ini tidak memiliki cara untuk membalas semua ini. Di masa depan, apapun yang terjadi, kami berdua akan selalu mendukung Nona Muda Kedua dan melakukan apapun yang kami bisa.”
Feng Yu Heng tidak terlalu bersikap sopan dan hanya menyuruh Huang Quan untuk membungkus pakaian itu dengan rapi, bersama dengan gaun yang terbuat dari sutra awan halus dan kemudian bungkusan itu diserahkan kepada pelayan Feng Xiang Rong. Feng Yu Heng kemudian berkata, “Ketika Xiang Rong nanti menikah, Kakak Perempuanmu ini tentu saja akan memberimu satu set pakaian baru.”
===
Malam itu, Feng Chen Yu dan Putri Kekaisaran Qing Le duduk berseberangan di sebuah ruangan pribadi di Gedung Ming Yue. Feng Chen Yu terdengar memohon kepada Putri Kekaisaran Qing Le, “Aku meminta Putri Kekaisaran memikirkan cara untuk membantuku memasuki Istana pada malam perjamuan itu.”
===
Chapter extra ini masih tetap disponsori oleh “d******** (+628*******349)” yang sudah mengirimkan donasi melalui Go-Pay. Terima Kasih d********, semoga Tuhan selalu melimpahimu dengan kebahagiaan. Sekali lagi Terima Kasih banyak d********, salam sayang Zixia untukmu 🙂
- Home
- Divine Doctor: Daughter of the First Wife [Bahasa Indonesia]
- Bab 119.2 - Undangan untuk Menghadiri Perjamuan di Istana
Donasi pada kami dengan Gojek!
