I'm Pregnant With Villain's Child [Bahasa Indonesia] - Chapter 40
- Home
- I'm Pregnant With Villain's Child [Bahasa Indonesia]
- Chapter 40 - Aku Akan Menunggu Disini Untukmu dan Si Bayi Keluar
Untuk mengikuti perintah Tuan Tua Lu, seseorang akan dikirimkan ke Myanmar untuk membeli giok disana dan menemukan pemahat paling terkenal untuk memahat hadiah untuk cicit lelaki Tuan Tua Lu.
Si kepala pelayan diam-diam mencatat perintah-perintah ini. Itu adalah hal yang baik bahwa Tuan Tua Lu mengalihkan perhatiannya untuk memanjakan calon cicitnya.
***
Tahun Baru berlalu, dan itu adalah awal dari tahun baru. Segera, musim semi menggantikan perginya musim dingin. Dalam waktu cepat, perut Ye Zhen membesar dan membesar. Pada malam hari, dia hanya bisa berbaring di tempatnya untuk tidur. Tangan dan kakinya membengkak, dan perut serta punggunggnya terasa sakit. Dia akan sering berganti posisi, tidak mampu menemukan posisi yang nyaman untuk tidur. Terkadang, dia akan terbangun di tengah malam karena kram kaki.
Lu Beichuan terbangun pada malam-malam yang tak terhitung jumlahnya untuk memijat kram kakinya Ye Zhen. Melihat air mata mengalir di wajah Ye Zhen, dia merasa tidak nyaman. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah memeluknya untuk menenangkannya.
“Kita tidak akan memiliki anak lagi setelah ini.” Ye Zhen menghapus air matanya dan menarik nafas dalam untuk menenangkan diri.
Selama periode ini, dia sudah membaca banyak buku kehamilan dan mengetahui jenis-jenis gejala yang akan dimiliki seorang wanita selama trisemester kedua dan ketiga. Dia sudah mempersiapkan dirinya secara mental untuk apa yang akan terjadi pada tahap akhir kehamilannya dan mencoba yang terbaik untuk menjaga suasana hatinya tetap stabil. Dokter menasehati bahwa dia tidak boleh terlalu gusar. Itu akan buruk bagi dirinya dan si bayi.
Terbangun di tengah malam karena kesakitan, dia tidak merasa mengantuk dan tidak bisa tertidur lagi.
Ye Zhen bersandar pada kepala ranjang dan membelai perut besarnya. “Tunggu saja, begitu bocah kecil ini keluar, aku pasti akan menghukumnya!”
Lu Beichuan merangkulkan tangannya pada Ye Zhen dan menggemakan, “Ya, dia perlu dihukum karena bertindak sangat buruk.”
“Apakah kau mendengarnya, nak? Jika kau tidak mau dihukum oleh ayah dan ibu ketika kau keluar, mulailah bertindak lebih baik dan tenang. Jika kau menyiksa ibumu lagi, kau pasti akan dihukum ketika kau keluar!”
Tepat ketika kalimat ini dikatakan, itu seakan si kecil di dalam perutnya memahami kata-katanya. Si bayi merespon dengan tendangan nakal.
Ye Zhen berteriak, “Kau bocah kecil!”
Itu adalah hal yang normal bagi janin untuk bergerak-gerak.
Lima bulan ke dalam kehamilannya, si bayi mulai bergerak. Ketika perutnya tumbuh besar, bocah ini juga bertambah nakal. Bahkan dokter mengatakan bahwa dia pasti akan melahirkan bayi yang sehat dan nakal.
Ye Zhen mememegang tangan Lu Beichuan dan meletakkannya di atas titik dimana si bayi menendang. “Rasakanlah apa yang dia lakukan. Dia sangat enerjik. Ketika dia tumbuh besar, dia pasti akan menghancurkan vila.”
Lu Beichuan berkata dengan pelan, “Aku akan mengawasinya. Jika dia berani melakukan itu, aku akan memukul pantatnya.”
Sepertinya si bayi juga bisa memahami apa yang dia katakan; si bayi lebih gelisah dari pada sebelumnya dan bahkan menendang dengan lebih keras.
Ye Zhen tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis. “Jangan mengakatakan kata tentang menghukumnya lagi. Luar biasa bagaimana dia menanggapinya…”
Sebelum dia bisa selesai berbicara, Ye Zhen merasakan rasa sakit yang intens berasal dari perut bawahnya. Mengernyitkan alis dengan erat, dia dengan pelan mendesis kesakitan. Dia menyambar tangan Lu Beichuan dan berkata dengan genting, “Beichuan… perutku sakit…”
Panik, yang merupakan hal yang jarang terlihat pada Lu Beichuan, muncul di wajahnya. Tapi, dia masih dengan tenang dan secara metodis membaringkan Ye Zhen di atas tempat tidur. Dia berkata dengan menenangkan, “Jangan takut, aku berada di sini bersamamu. Tidak ada hal buruk yang akan terjadi.”
Ye Zhen meirik padanya dan dengan gugup bertanya, “Apakah si bayi akan lahir?”
“Kita akan pergi ke rumah sakit sekarang juga. Jangan takut.”
Sambil menggenggam erat tangan Ye Zhen, dia menggunakan tangan satunya untuk mengeluarkan ponselnya untuk membuat panggilan.
Tidak butuh waktu lama sebelum seluruh vila menyala terang.
Mama Lu melihat keringat menuruni wajah Ye Zhen dan berulang kali mendesak, “Cepat, cepat, cepat, bawa dia ke rumah sakit!”
Lu Beichuan membawa Ye Zhen ke lantai bawah. Supir sudah menunggu di luar pintu depan dengan sebuah mobil.
Setelah puteranya dan menantunya masuk ke mobil, Mama Lu mendesak ini dan itu sebelum kembali ke dalam vila dengan gelisah untuk mengambil beberapa barang-barang penting untuk dibawa ke rumah sakit.
‘This translation belongs to centinni’
Tuan Tua Lu juga terbangun. Dia melihat ketika mobil menjauh dalam keremangan cahaya malam. Memegang tongkatnya dengan erat dengan kedua tangannya, dia bertanya dengan gelisah, “Apa yang terjadi? Bukankah dokter mengatakan tanggal jatuh temponya belum minggu depan?”
Mama Lu menghela nafas beberapa kali. “Zhenzhen berencana untuk pergi ke rumah sakit lusa dan menetap disana sampai si bayi lahir. Siapa yang bisa mengira akan terjadi sesuatu malam ini? Tapi, kau tidak perlu khawatir. Kita sudah mempersiapkan hal-hal di rumah sakit, dan dokter akan berada disana begitu Zhenzhen sampai disana. Ayah, si bayi tidak akan segera lahir. Kembalilah ke kamar untuk beristirahat. Kita bisa pergi ke rumah sakit dan menemui Zhenzhen besok.”
Tuan Tua Lu mengetukkan tongkatnya terhadap lantai marmer yag cerah. “Bagaimana bisa aku tertidur di saat seperti ini? Jangan buang-buang berbicara kepadaku. Pergi persiapkan kebutuhan sehari-hari dan kirimkan ke rumah sakit. Tidak ada apa-apa di rumah sakit dan menggunakan barang-barang dari rumah akan lebih nyaman dari pada membeli barang-barang yang baru.”
“Baiklah, aku akan melakukannya sekarang juga.” Mama Lu dengan penuh makna menatap si kepala pelayan yang ada di dekat mereka sebelum berjalan menjauh. Kepala pelayan memahami maksudnya dan mengangguk.
***
Adalah hal yang sangat biasa bagi seorang wanita hamil untuk melahirkan lebih awal daripada tanggal jatuh tempo yang telah diperkirakan. Tapi karena hari perkiraannya masih belum minggu besok, Ye Zhen belum pergi ke rumah sakit sampai sekarang.
Lu Beichuan sudah mengatur bagi Ye Zhen untuk pergi ke rumah sakit bersalin terbaik di kota pesisir ini. Keluarga Lu memiliki koneksi dengan kepala rumah sakit ini. Begitu orang tersebut mendapatkan telepon dari Lu Beichuan, dia segera mempersiapkan ruagan terbaik di rumah sakit dan mengatur agar kepala dokter Memeriksa Ye Zhen sepanjang malam.
Kondisi Ye Zhen belum membaik. Keringatnya bahkan membasahi menembus pakaian Lu Beichuan di mobil dalam perjalanan menuju rumah sakit. Ekspresinya kesakitan, dan dia terus mengerang.
Dihadapkan dengan tanda-tanda Ye Zhen yang akan menjalani pra-persalinan, Lu Beichuan benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Dia hanya bisa meletakkan seluruh harapannya kepada dokter.
“Dokter, bagaimana keadaannya?”
“Air ketubannya masih belum pecah. Masih membutuhkan waktu beberapa saat sebelum dia melahirkan. Saya akan memerintahkan seorang perawat untuk menetap disini untuk mengamati keadaannya. Begitu ada perubahan situasi, Nyonya Lu akan didorong menuju ruang operasi.” Setelah menjelaska situasinya, si dokter menenangkan Lu Beichuan dengan tepat, “Tuan Lu, jangan khawatir. Kondisi isteri anda sangat normal. Dalam pemeriksaan sebelumnya, isteri anda dan bayinya sangatlah sehat. Tidak akan ada masalah serius selama melahirkan si bayi. Jika ada masalah apapun, anda akan segera diberitahu.”
Ekspresi dan penampilan Lu Beichuan terlihat tenang, tapi tangannya mengepal erat tanpa dia sadari. “Terimakasih.”
“Tidak masalah.”
Setelah kepala dokter pergi, dua perawat tetap tinggal. Mereka akan bergiliran merawat Ye Zhen.
Lu Beichuan duduk di samping tempat tidur Ye Zhen. Melihat bahwa keringat menetes menuruni kepalanya karena rasa sakit yang disebabkan oleh kontraksi yang kuat, dia merasa sangat tertekan untuk Ye Zhen.
“Apakah masih sakit?”
Rasa sakit itu akhirnya berhenti setelah putaran terakhir.
Ye Zhen tersenyum lemah padanya. “Aku baik-baik saja. Ini tidak sakit.” Dia membelai tonjolan bayinya. “Si bayi akhirnya berhenti menyiksaku.”
“Jika kau lelah, tidurlah. Aku akan berada disini di sampingmu.”
Ye Zhen telah disiksa oleh si bayi hingga tengah malam. Sekarang bahwa rasa sakit itu telah berhenti, rasa lelah itu datang seperti gelombang. Dia sangat lelah bahwa dia bahkan tidak ingin menggerakkan satu jarinya.
“Bagaimana denganmu?”
“Aku tidak akan pergi. Aku akan tetap disini untuk mengawasimu.”
Ye Zhen merasa sangat tenang setelah mengetahui suaminya akan berada di sampingnya. Baru saja, dia merasa sangat khawatir, tapi mendengar kepastiannya, semua rasa takutnya menghilang. Ketika dia menatap Lu Beichuan, yang pandangannya terfokus pada dirinya, kelopak matanya perlahan memberat, dan dia tertidur.
Ketika Mama Lu bergegas ke rumah sakit bersama barang-barang yang telah ia persiapkan, Ye Zhen sudah tertidur dengan damai. Melihat bahwa menantunya baik-baik saja, dia menghembuskan nafas panjang dari kelegaan. Dia menyuruh pelayan meletakkan barang-barang yang telah ia bawa secara pelan-pelan, kemudian dia pergi ke kantor kepala doker untuk menanyakan tentang kondisi Ye Zhen.
Setelah dokter memberitahunya apa yang ingin ia ketahui, Nyonya Lu pergi kembali ke bagsal dan memanggil Lu Beichuan keluar ruangan untuk mengatakan, “Kau tidak tidur nyenyak sepanjang malam. Pergilah beristirahat. Aku akan berada disini untuk mengawasi Ye Zhen.”
Adalah hal yang biasa bagi Lu Beichuan untuk begadang untuk bekerja, jadi melewatkan tidur satu malam bukalah masalah besar baginya. Dia menggelengkan kepalanya. “Kau bisa tidur di ruang sebelah. Aku baik-baik saja. Aku bisa begadang lebih lama.”
Nyonya Lu menghela nafas. “Bagaimana bisa aku tidur?”
Ketika dia mengandung Lu Beichuan, dia melahirkan secara prematur. Itu membutuhkan waktu sehari semalam merasakan sakit sebelum dia akhirnya melahirkannya. Menatap Ye Zhen, dia yakin bahwa masih ada penderitaan yang tersimpan untuk menantunya.
Tumbuhnya empati antara dua wanita adalah hal yang mudah. Begitu dia memikirkan pengalaman kesatitanya sendiri dalam melahirkan, dia tidak bisa tidak berkeringat dingin untuk Ye Zhen.
Perlahan, sinar oranye matahari terbit muncul di cakrawala menggantikan langit malam. Fajar berganti menjadi pagi ketika matahari yang jauh naik dan menerangi bumi. Dinding kaca mengkilap gedung pencakar langit merefleksikan keadaan sibuk di bawah.
Seberkas sinar matahari lewat melalui jendela dan membuat terang bangsal rumah sakit. Ye Zhen merasa setengah buta oleh cahaya dan menaikkan tangannya untuk menutupi mataya. Dia berkata dengan gugup, “Terang sekali…”
Lu Beichuan berdiri dan menutup tirai. Ketika dia memalingkan kepalanya untuk melihat, Ye Zhen sudah sepenuhnya bangun.
“Bagaimana keadaanmu? Apakah masih sakit?”
Ye Zhen menggelengkan kepalanya. “Aku baik-baik saja. Ini tidak terlalu sakit. Bukakah kau harus pergi bekerja hari ini?”
“Isteriku akan segera melahirkan. Kenapa aku harus pegi bekerja hari ini?”
Pertunjukan yang sagat bagus.
Pintu bangsal terbuka, dan Mama Lu masuk bersama Bibi Yue, seorang pelayan yang memiliki kemampuan merawat wanita hamil. Mereka membawa beberapa tempat penyimpanan besar dan kecil.
“Zhenzhen, kau sudah bangun? Bagaimana? Apakah masih sakit?”
Ye Zhen menggelengkan kepalanya. “Terimakasih, Bu. Ini tidak sakit.”
“Oh kau bocah, kau tidak perlu berterimakasih padaku. Juru masak sudah mengirimkan sarapan. Beichuan, kau bisa membantu dengan menyuapi Zhenzhen.”
Ye Zhen meringis, “Bu, aku tidak lapar.”
“Kau tetap harus memakan sesuatu bahkan jika kau tidak lapar. Kalau tidak, kau tidak akan memiliki tenaga yang cukup ketika kau melahirkan. Jadilah baik, dengarkan aku, ibu menyuruh juru masak menyiapkan makanan kesukaanmu. Bibi Yue menghabiskan setengah malam untuk mendidihkan sup ini untukmu. Paling tidak ambillah sedikit tegukan dan beberapa gigitan. Itu penting untuk menjaga tenagamu!”
Mama Lu sudah mengatakan semua itu, jadi itu tidak akan baik bagi Ye Zhen untuk menolaknya. Lu Beichuan membantu isterinya duduk, kemudian dia menyuapinya sup itu, sendok demi sendok, agar paling tidak dia memakan sesuatu.
Sekitar pukul 10 pagi, Tuan Tua Lu dan kepala pelayan datang untuk mengunjungi Ye Zhen. Sekali lagi, kepala dokter dengan sabar menjelaskan kondisi Ye Zhen dalam detail lagi untuk meletakkan kekhawatiran Tuan Tua Lu.
Ye Zhen tidak bisa tahan melihat orang tua seperti Tuan Tua Lu berada disini untuk menemaninya. Itu akan terlalu melelahkan untuknya. Setelah berbincang dengan Tuan Tua Lu sebentar, dia meminta kepala pelayan untuk membawa pulang Tuan Tua Lu untuk beristirahat.
Namun, Tuan Tua Lu dengan keras kepala menolak untuk pulang. Dia mengatakan bahwa dia cukup sehat dan bersikeras untuk menetap di rumah sakit sampai si bayi lahir.
Tidak ada yang bisa membujuk Tuan Tua Lu untuk mengubah pikirannya. Beberapa kontraksi kemudian, perawat yang berjaga menemukan bahwa air ketuban Ye Zhen sudah pecah. Dia buru-buru mendorong Ye Zhen menuju ruang persalinan.
Sebelum memasuki ruang persalinan, Ye Zhen menyambar tangan Lu Beichuan. Dia mendesis ketika dia menahan rasa sakit yang menusuk.
Lu Beichuan mencondongkan badan agar telinganya berada di depan mulutnya. Dia mendengar Ye Zhen bertanya kepadanya dengan pelan, “Lu Beichuan, apakah kau akan menungguku? Apakah kau benar-benar akan berada disini untuk menungguku?”
Lu Beichuan menatap mata Ye Zhen. Suaranya stabil ketika dia berkata, “Aku akan menunggumu. Kau akan baik-baik saja. Aku akan menunggu disini untukmu dan si bayi keluar.”
Ye Zhen menatap matanya dengan tak tergoyahkan seakan dia mencoba untuk menemukan sesuatu disana yang akan meyakinkannya.
Itu hanya sesaat ketika mata mereka bertemu, tapi Ye Zhen mempercayainya dan tangannya dengan lemah melepaskan tangan Lu Beichuan. Dokter segera membantu mendorongnya ke dalam ruang persalinan. Baru ketika pintu menuju ruang persalinan ditutup dan lampu menyala bahwa Lu Beichuan terhuyung mundur beberapa langkah dan bersandar pada dinding.
Tuan Tua Lu duduk di luar ruang persalinan, dan bahkan tidak ada riak emosi di wajahnya, tapi peganggannya yang erat terhadap tongkatnya menguak bahwa dia sangat khawatir.
Mama Lu menyatukan tangannya berdoa dan terus berjalan mondar mandir di lorong.
Si kepala pelayan melihat ruang persalinan dari waktu ke waktu. Ekspresinya gelisah.
Empat orang ini memiliki sikap berbeda, tapi suasana hati mereka sama secara virtual.
T/N : Yuhuuu guys!! Ketemu disini kita 😀
- Home
- I'm Pregnant With Villain's Child [Bahasa Indonesia]
- Chapter 40 - Aku Akan Menunggu Disini Untukmu dan Si Bayi Keluar
Donasi pada kami dengan Gojek!
