I'm Pregnant With Villain's Child [Bahasa Indonesia] - Chapter 15
Putar balik sedikit.
Alur akan menjadi klise ketika ada banyak penulis.
Contohnya, tidur dengan seseorang akan menyebabkan kehamilan, berlutut untuk meminta perlindungan di bawah hujan, bertemu seseorang yang berkemampuan tinggi setelah terjun ke jurang. Jika kau ragu ketika pergi, maka kau pasti tidak akan bisa pergi pada akhirnya. Jika kau mengatakan untuk menungguku kembali, kau pasti tidak akan kembali.
Ye Zhen memahami hal ini dengan sangat baik.
Setelah mengetahui bahwa dirinya hamil, Ye Zhen meminta Ayah Ye untuk membeli tiket pesawat internasional untuknya dan pergi tidur. Malam itu terasa panjang, dan dia memiliki banyak mimpi, ada terlalu banyak jenisnya.
Karena dia tidak lagi meminta sejumlah besar uang, Ayah Ye tentu saja sangat bahagia. Malam itu juga, beliau membeli tiket tercepat yang ada untuknya.
Keesokan harinya, Ye Zhen merasa bahwa dia harus  bergegas menuju bandara. Dia merasa tidak tenang sejak pagi hari. Intuisi wanitanya memberitahunya bahwa hari ini bukan hari yang baik untuk bepergian.
Ye Zhen berlama-lama berada di sekitar vila keluarga Ye hingga pukul 4 sore. Setelah bolak balik berdebat dengan dirinya sendiri, dia memutuskan untuk tidak mundur dan pergi ke bandara untuk mengambil penerbangan jam 5 sore.
Sambil menunggu di area keberangkatan, Ye Zhen terus meragu apakan sebuah kejadian dramatik akan terjadi di depannya. Sesaat sebelum dia akan menyerahkan dokumen kepada pramugari untuk diverifikasi, dia masih merasa gembira.
Secara tak terduga, Lu Beichuan muncul di area keberangkatan! Kenapa dia ada disini?!
Ye Zhen menatap ke arah pintu masuk. Dia melihat sosok Lu Beichuan yang tinggi dan lurus. Dia memakai setelan yang dirancang khusus dengan model simpul dasi yang berada di jakun dan manset yang dilipat kebelakang di amankan denga  kancing manset. Kehadirannya lebih terlihat tidak biasa. Itu tidak bisa disepelekan. Ketika dia berjalan mendekat, tidak ada ekspresi di wajahnya. Dia diikuti oleh dua penjaga, yang juga memakai setelan. Pandandannya tertuju pada dirinya. Ada sedikit pandangan suram di dalam matanya yang dalam. Dia sangat menonjol, dan dia sangat mudah menarik perhatian banyakpejalan kaki di sekitarnya.
Ye Zhen merasa kepalanya mati rasa begitu dia melihat Lu Beichuan. Dia berbalik dan menundukkan kepalanya. Ketika dia menyerahkan tiket masuknya kepada pramugari, sepasang tangan yang berbeda terjulur mengambil tiket itu sebelum si pramugari dapat menerimanya.
Si pramugari tersenyum profesional, tapi dia masih menatap Lu Beichuan dengan sedikit antusiasme, “Tuan, pesawat akan segera berangkat. Apakah ada masalah disini?”
Dengan jarak dekat seperti itu diantara mereka, dia bisa mendengar suara rendah Lu Beichuan di telinganya, “Dia tidak akan pergi.”
Alis Ye Zhen agak mengerut. Dia mengangkat kepalanya; pandangannya menunjukkan bahwa dia benar-benar kebingungan. Dalam suara yang cukup keras untuk dapat didengar oleh semua orang yang berada di pintu keberangkatan, Ye Zhen berseru, “Tuan, saya tidak mengenal anda sama sekali! Tolong jangan menghalangi saya dalam perjalanan saya. Bisakah anda mengembalikan tiket masuk saya ke pramugari?”
Setelah mengatakan ini, Ye Zhen segera berkata kepada si pramugari, “Maaf, saya tidak mengenal orang ini. Tolong bantu saya naik ke pesawat.”
Si pramugari mempertahankan senyum profesionalnya. “Tentu. Tuan, mohon kembalikan tiket masuknya. Mohon jangan ganggu keberangkatan, oke?”
“Kau tidak mengenalku?” Lu Beichuan menatap Ye Zhen dengan ketertarikan yang besar, kemudian menatap sekilas pada tiket masuk. “Ye Zhen?”
Ye Zhen mengangguk.
“Kalau begitu aku tidak salah.” Mata Lu Beichuan sedikit menyipit. Ekspresinya benar-benar tidak dapat dipertimbangkan sebagai ekspresi yang bagus. “Izinkan aku memperkenalkan diri. Namaku Lu Beichuan. Aku suami kakakmu.”
Ye Zhen berpura-pura terlihat terkejut. “Kakak ipar? Oh, jadi itu kau. Sungguh suatu kebetulan bertemu denganmu di sini. Pesawatku akan segera berangkat. Aku pasti akan mengunjungimu dan kakak setelah aku pulang bepergian.”
“Tidak perlu untuk hal itu. Hari ini aku kemari karena kakakmu mempercayakanku untuk membawamu pulang.”
“Kakakku?”
“Kakakmu berkata bahwa kau melarikan diri dari rumah karena cinta. Anggota keluargamu kbawatir dan takut bahwa mungkin akan terjadi sesuatu padamu ketika kau menghilang. Sepanjang waktu ini mereka mencarimu. Beberapa waktu yang lalu, kakakmu memintaku untuk membantunya mencarimu,” Setelah mengatakan ini, Lu Beichuan menggenggam tangan Ye Zhen.
Tangan Ye Zhen gemetar. Secara naluri, dia menelan ludah.
Itu benar bahwa dia pernah meminta Lu Beichuan untuk membantunya mencari kakaknya ketika mereka mengunjungi keluarga Ye.
Namun, dia hanya menyebutkannya dengan santai. Dan, dia yakin bahwa Lu Beichuan pasti tidak akan menganggapnya serius pada saat itu. Menemukan seseorang hanyalah masalah kecil baginya. Kenapa dia harus datang ke bandara secara pribadi untuk menangkapnya?
Apakah ini lelucon?
Dia tidak bisa menarik keluar tangannya dari genggaman Lu Beichuan. Lu Beichuan menggenggam tangannya dengan terlalu erat. Begitu dia memikirkan bayi yang ada di perutnya, dan juga masa depan si bayi serta masa depannya sendiri, dia langsung merasa gelisah dan marah. “Lepaskan aku! Itu bukan urusanmu dengan siapa aku melarikan diri!”
Seorang wanita paruh baya yang ada di dekat mereka yang menunggu di antrian keberangkatan, mencoba untuk membujuknya, “Nona muda, seharusnya kau tidak mengatakan itu. Kau tidak tahu bisa jadi sekejam apa hati seseorang. Sekarang ini, hatimu tertuju pada seorang pria dan cinta. Perasaanmu terguncang dan kau ingin melarikan diri bersama pacarmu. Tapi, bukan hanya kau harus memikirkan masa depanmu, kau juga harus memikirkan bagaimana khawatirnya perasaan orang tuamu. Jangan gegabah. Jika tidak, kau akan menyesali keputusanmu ketika kau lebih dewasa!”
“Ya, pernikahan hanya mungkin terlihat sebagai urusan antara dua orang. Tapi pada akhirnya, itu benar-benar sebuah urusan antara dua keluarga. Melarikan diri tidak akan menyelesaikan masalah. Pulanglah bersama kakak iparmu dan bicarakan hal itu dengan serius kepada keluargamu.”
“Tepat sekali, orang tuamu hanya menginginkan yang terbaik untukmu. Mereka memiliki lebih banyak pengalaman hidup daripada dirimu. Kau hanyalah gadis muda. Jangan mau dibodohi oleh pacarmu.”
Satu per satu, orang-orang mencoba untuk membujuknya. Pada akhirnya, bahkan si pramugari yang tersenyum juga mencoba untuk membujuknya, “Adik, bagaimana jika kau mempertimbangkan masalah ini dengan hati-hati?”
Ye Zhen melihat ketika waktu berdetik. Lu Beichuan belum melonggarkan genggamannya pada pergelangan tangannya sama sekali. Dia tahu bahwa hari ini dia tidak akan mungkin bisa pergi.
“Kalau begitu lepaskan aku, aku akan pulang sendiri.”
“Tidak! Kakakmu ingin melihatmu. Pulanglah bersamaku.”
Tepat ketika kalimat ini terucap, beberapa pengelola bandara bergegas mendekat. Melihat Lu Beichuan, mereka menyapanya dengan senyuman dan menjabat tangannya. Lu Beichuan melepaskan pergelangan tangannya, dan berjalan ke sisi untuk berbicara dengan mereka. Sedangkan untuk kedua penjaganya, mereka berdiri di kedua sisinya, dan berkata dengan hormat, “Nona Ye, silahkan lewat sini.”
Ye Zhen melirik Lu Beichuan dengan alis berkerut. Satu tangan Lu Beichuan ada di sakunya. Dia berdiri tegak seperti batang senapan di sana dengan santai memakai setelan baratnya yang pas berbincang dengan para pengelola itu. Kakinya yang panjang terlihat sangat sehat. Wajahnya tak berekspresi di hadapan  para pekerja yang tersenyum itu.
Di bawah paksaan iringan dua pengawal itu, Ye Zhen meninggalkan bandara, menuju ke arah area parkir, dan masuk ke dalam mobil.
Suhu di dalam mobil diatur pada suhu yang tepat, tapi tangan Ye Zhen tidak bisa berhenti gemetar.
Sementara tindakan Lu Beichuan memiliki jejak kewajaran, ada banyak celah dalam logika ketika dia memikirkannya dengan hati-hati.
Pertanyaan paling penting adalah, kenapa Lu Beichuan pergi ke bandara dengan meriah untuk mencarinya?
Baru saja ketika dia memikirkan tentang ini, pintu mobil terbuka, dan Lu Beichuan duduk. Itu seakan mobil tersebut langsung jenuh dengan sebuah hormon yang tidak asing. Otot Ye Zhen tiba-tiba tegang dalam kegugupan dan kewaspadaannya.
Lu Beichuan meliriknya. “Apakah kau takut padaku?”
Dia sudah begitu dekat dengan hidup indahnya, dan Lu Beichuan dengan mudahnya telah merusak itu untuknya. Mungkin, dia terpengaruh oleh si bayi. Ye Zhen menundukkan kepalanya, dalam suasana hati yang sedih, dia berkata, “Kakak ipar, aku bisa pulang ke rumah saja. Tidak perlu merepotkanmu dan kakak.”
Dengan mata yang agak menyipit, Lu Beichuan menatapnya dari ujung matanya dengan ekspresi yang sulit di baca, dan berkata. “Tidak merepotkan.”
Setelah mengatakan ini, dia menyerahkan sebuah selimut lembut kepada Ye Zhen.
Dalam nada yang tak terbantahkan, dia berkata, “Pakai ini.”
Belakangan ini, Ye Zhen selalu kesulitan untuk merasa nyaman (T/N : Aelahh belibet gini… semoga kalian paham ya :v). Tangan dan kakinya cenderung terasa dingin, dan sulit untuk menghangatkannya. Selimut itu datang pada saat yang tepat.
Ye Zhen menghela nafas. Dia menerima selimut itu seakan dia menerima takdirnya. Tubuhnya yang dingin perlahan menghangat.
Itu tidak memakan waktu lama bagi mereka untuk tiba di vila keluarga Lu.
Lu Beichuan memimpin meninggalkan mobil. Ye Zhen mengikuti di belakangnya, dan dengan ragu dan perlahan berjalan masuk ke dalam vila keluarga Lu.
Mama Lu sekarang ini sedang mendiskusikan sesuatu bersama kepala pelayan tua di ruang keluarga.
Mendengar suara langkah kaki, si kepala pelayan tua melihat ke arah pintu masuk. Melihat pemandangan di pintu masuk, dia tergerak secara emosional. Air mata muncul di matanya, “Tuan muda…”
Menghadapi kepala pelayan tua yang telah merawatnya selama bertahun-tahun, ekspresi Lu Beichuan sedikit tenang. “Paman Xiao.”
“Beichuan!” Mama Lu menatap Lu Beichuan yang berdiri di hadapan beliau. Beliau terus menatapnya dari atas ke bawah. Matanya penuh dengan kegembiraan yang luar biasa. “Kau… kau bisa berdiri?”
Lu Beichuan mengangguk kecil. “Semua berkat William.”
Mama Lu selalu merasa khawatir sejak kecelakaan mobil Lu Beichuan. Ketika awalnya beliau mengetahui bahwa Lu Beichuan mengalami kecelakaan mobil, beliau berharap dia akan baik-baik saja. Ketika dia tak sadarkan diri, beliau berharap dia akan bangun. Setelah dia bangun, beliau berharap dia bisa berdiri lagi. Sekarang bahwa dia sudah bisa berdiri, itu terasa seakan sebuah beban berat pada tubuh Mama Lu telah diturunkan.
Beliau memeluk Lu Beichuan seakan berpegang pada hidupnya.
“Kau bocah… Kau benar-benar akan membuat mamah khawatir sampai mati lebih awal!” Mama Lu menangis untuk waktu yang lama. Di sampingnya, si kepala pelayan tua juga menghapus air matanya. Begitu beliau sudah cukup menangis, beliau akhirnya menghapus air matanya dan memanggil Ye Zhen. “Qingqing, kemarilah.”
Ye Zhen berdiri di sisi dan merasa sangat khawatir.
Belakangan, kasih sayang Mama Lu terhadap menantunya telah mencapai titik dimana dia seperti pesona keberuntungan yang berharga. Hanya jangka waktu yang pendek setelah Nona Ye menikah ke dalam keluarga mereka, puteranya bangun dari koma. Setelah hanya beberapa hari perawatan dari menantunya, puteranya bisa berdiri dari kursi roda. Mama Lu dengan jelas mengingat kalimat yang telah dikatakan oleh peramal nasib. Menantunya diberkati dengan nasib baik!
“Dia bukan Ye Qing.” Lu Beichuan menjelaskan dengan ringan, “Namanya Ye Zhen. Dia adik kembar Ye Qing.”
“Adik kembar? Ye Qing memiliki…” Sebelum Mama Lu  bisa selesai berbicara, Ye Qing datang ke lantai bawah. Ketika pandangannya yang terkejut senang beralih dari Lu Beichuan ke sosok Ye Zhen, itu berubah menjadi keterkejutan yang tidak dapat dipercaya.
“Ye… Ye Zhen?”
Ketika Lu Beichuan melihat Ye Qing, tidak ada niat baik di wajahnya. “Bukankah kau memintaku untuk membantumu mencari adikmu?”
Ekspresi Ye Qing menegang. “Aku tidak mengira bahwa kau akan menemukannya dengan begitu cepat… Terimakasih.”
Lu Beichuan menatap Ye Zhen dengan mendalam. “Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan.”
Wajah Ye Qing pucat. Matanya tertuju pada Ye Zhen ketika dia menaikkan sudut bibirnya ke dalam senyum yang dipaksakan.
Memegang tangan Ye Zhen, dia berkata, “Ye Zhen, ayo ke lantai atas dan berbincang.”
Ye Zhen tahu apa yang akan didiskusikan Ye Qing padanya. Lagipula, Ye Qing sederhananya khawatir melihatnya kembali ke sini.
Mama Lu berada dalam suasana hati yang sangat bagus. Beliau tidak mengatakan apapun dari luar. “Tentu, berbincanglah dengan saudarimu.”
Ye Qing menjaga senyum di wajahnya ketika dia menarik Ye Zhen ke kamarnya ke lantai atas. Setelah mengunci pintu, dia mulai mengkritik Ye Zhen, “Ye Zhen, bagaimana bisa kau kembali ke sini?!”
Ye Zhen membuka mulutnya untuk membantah, tapi Ye Qing meledak dalam kemarahan  dan tidak memberikannya kesempatan untuk menanggapi. Kehadiran Ye Zhen disini telah menyebabkannya kehilangan seluruh kerasionalannya. Rasa takut kehilangan segalanya menyebar dalam pikirannya.
“Apakah kau menyesalinya? Apakah kau menyesal menyerahkan status Nyonya Lu, jadi kau kembali ke sini dan ingin bertukar? Ye Zhen, aku memperingatkanmu. Jangan berani-berani kau memiliki pemikiran yang lucu itu. Posisi Nyonya Lu adalah milikku mulai dari awal! Jangan berani kau menginginkan apa yang bukan milikmu!”
Donasi pada kami dengan Gojek!
